Kamis, 31 Juli 2008

Syukur Dalam Perspektif Ekonomi

Berbicara tentang nikmat duniawi, sungguh sangat luar biasa. Nikmat bisa hidup dengan sehat, bisa berjalan, melihat dan mendengar, bisa belajar menambah ilmu dan pengetahuan, nikmat makan dan minum dan bisa menikmati kehidupan sex yang sehat dan halal serta bisa menikmati nikmat-nikmat yang lain yang tidak dapat dihitung. Termasuk nikmat iman dan islam. Apakah kita pernah membayangkan kalau kita tidak bisa berjalan, melihat dan mendengar serta tidak bisa berfikir dengan baik ? Dan tidak bisa melakukan hubungan sex. Renungkanlah...! Nikmat semua ini dari mana ? Ya, tentunya dari Allah yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya (QS An Nahl[16] ayat 18).
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Wain taAAuddoo niAAmata Allahi la tuhsooha inna Allaha laghafoorun raheemun
Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Segala kenikmatan yang kita terima, tidak boleh kita sembunyikan tetapi kita wajib sering menyebut-nyebutnya bahwa kita mendapat kenikmatan dari Allah. Bahkan berita kegembiraan yang merupakan kenikmatan ini wajib disampaikan kepada orang lain. Kadangkala kita malu atau segan menyampaikan kenikmatan Allah kepada orang lain. Kita khawatir dikira sombong. Tidak, ini perintah Allah. Bukan berarti sombong tetapi menunjukkan bahwa Allah-lah yang memberikan kenikmatan Ini firman Allah yang disampaikan dalam QS Adh Dhuha[93] ayat 11. Ayat ini sering kita baca. Jangan-jangan kita membaca tetapi tidak tahu artinya.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Waamma biniAAmati rabbika fahaddith
Dan terhadap ni'mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
Disamping nikmat pemberian Allah wajib disebut dan disiarkan. Kita wajib bersyukur kepada Allah yang maha pemberi karunia. Ketika kita bersyukur kepada Allah, nikmat kita akan ditambah berlipat ganda. Allahu akbar, Tuhan yang maha besar. Marilah kita simak janji Allah kalau bersyukur akan ditambah nikmat kita berlipat ganda (QS Ibrahim[14] ayat 7).
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Waith taaththana rabbukum lain shakartum laazeedannakum
walain kafartum inna AAathabee lashadeedun
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Apakah benar kalau bersukur, nikmat kita ditambah dengan berlipat ganda ?. Apakah masih tidak yakin ? Sungguh Allah itu tidak pernah mengingkari janjinya sebagaimana do’a orang-orang yang berakal- ulil albab (QS Ali Imran [3] ayat 194). Maaf...,kalau masih ndak percaya, ya berarti termasuk orang-orang yang tidak berakal.
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Rabbana waatina ma waAAadtana AAala rusulika wala tukhzina yawma alqiyamati innaka la tukhlifu almeeAAada
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."

Caranya bersyukur itu bagaimana ? Sehingga nikmat kita ditambah berlipat ganda. Apakah hanya mengucapkan secara lisan “ Syukur Alhamdulillah” saja. Mengucapkan “ Alhamdulillah” sebanyak-banyaknya tidak salah. Memang kita diperintahkan untuk berdzikir (ingat kepada Allah) sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab[33] ayat 41)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Ya ayyuha allatheena amanoo othkuroo Allaha thikran katheeran
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

Bahkan ketika kita berdiri, duduk dan berbaring diminta untuk mengingat Allah seperti orang-orang yang berakal (ulil albab) seraya memikirkan penciptaan langit dan bumi (QS Ali Imran[3] ayat 191)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Allatheena yathkuroona Allaha qiyaman waquAAoodan waAAala junoobihim wayatafakkaroona fee khalqi alssamawati waalardi rabbana ma khalaqta hatha batilan subhanaka faqina AAathaba alnnari
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Bersyukur itu harus ada perbuatannya. Tanpa ada perbuatan, berati tidak ada artinya alias omong kosong. Bekerjalah untuk bersyukur, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada Nabi Daud (QS Saba’ [34] ayat 13)
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاء مِن مَّحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
YaAAmaloona lahu ma yashao min mahareeba watamatheela wajifanin kaaljawabi waqudoorin rasiyatin iAAmaloo ala dawooda shukran waqaleelun min AAibadiya alshshakooru
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tung- ku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.

Bersyukur itu adalah menggunakan atau memanfaatkan pemberian Tuhan sesuai dengan fungsinya. Renungkanlah ! Dulu waktu kita masih belia. Kita tidak menggunakan atau memanfaatkan pemberian Allah berupa tangan dan kaki serta pancaindra termasuk otak secara optimal. Misalnya, tangan hanya untuk makan, kaki hanya dipakai ongkang-ongkang (goyang-goyang) saja, mata hanya digunakan untuk “merem-melek”, dan apalagi otak ndak pernah dipakai. Hasilnya tentu tidak seperti sekarang. Insyallah ndak punya apa-apa secara ekonomi. Tetapi ketika tangan dan kaki dimanfaatkan untuk pergi ke sekolah, pancaindra dan otak digunakan untuk berfikir dan belajar secara optimal, maka hasilnya seperti sekarang ini. Ada yang sudah sarjana srata satu dan ada pula sudah magister atau master. Bahkan secara ekonomi telah meningkat berlipat ganda. Dari tidak punya apa-apa, sekarang sudah punya rumah dan mobil. Kita tidak pernah merasakan kalau kita sudah diberikan nikmat berlipatganda atas pemanfaatan pemberian Tuhan secara optimal.
Demikian juga, pengertian syukur dapat dikaji dalam pespektif ekomomi. Y= C + S/I ( Y= pendapatan/penghasilan; C=konsumsi; S=tabungan; I=investasi). Kalau kita mendapatkan kenaikan penghasilan atau pendapatan. Uang atau kenaikan penghasilan itu Jangan seluruhnya digunakan untuk konsumsi. Artinya jangan melakukan konsumsi dengan boros. Sungguh orang yang boros itu saudaranya syaitan (QS Al Israa’[17] ayat 26-27)
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Waati tha alqurba haqqahu waalmiskeena waibna alssabeeli wala tubaththir
tabtheeran
Inna almubaththireena kanoo ikhwana alshshayateeni wakana alshshaytanu lirabbihi kafooran
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.

Manfaat uang adalah sebagai alat pertukaran yang dapat digunakan untuk konsumsi dan investasi.. Manfaatkan uang sesuai fungsinya. Uang atau kenaikan penghasilan itu kalau dikonsumsi, akan menjadi habis. Tetapi kalau ditabung atau diinvestasikan, insyallah akan berlipat ganda atau memberikan efek ganda (multiplier effect) terhadap personal income (pendapatan pribadi) atau national income (pendapatan nasional).
Kesimpulannya, syukur itu mengucapkan “alhamdulillah” dan melakukan perbuatan serta memanfaatkan pemberian Allah sesuai dengan fungsinya. Bisa jadi ayat tentang syukur ini (QS Ibrahim[4] ayat 7) merupakan ayat tentang investasi. Wa llahu ‘alam bish shawab.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih untuk blog yang menarik