Rabu, 31 Desember 2008

Apa Arti Musibah Bagi Manusia ? (3)

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa musibah itu bisa merupakan adzab atau siksa yang sangat besar, misalnya hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, banjir dan gempa bumi. [QS Al Ankabut (29)_ ayat 40]. Tetapi musibah itu juga dapat berupa siksa atau adzab yang tidak terlalu besar misalnya keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan. Orang tertusuk duri pun juga termasuk siksa atau adzab yang cukup ringan. Bala itu artinya ujian atau cobaan. Kalau ujian itu bukan merupakan siksa atau adzab tetapi merupakan sesuatu yang ditimpakan kepada manusia untuk mengetahui sampai sejauh mana kadar iman atau taqwa manusia tersebut. Yang ditimpakan itu adalah yang sifatnya hanya sedikit dan hanya merupakan sedikit kekurangan. Apakah kekurangan harta, sedikit kelaparan, sedikit ketakutan dan sebagainya. Untuk musibah dan bala dapat membacanya pada artikel “Apa arti musibah bagi manusia (1) dan (2)”. Nah, sekarang yang dibahas kali ini adalah fitnah. Arti fitnah ini juga sering diartikan dengan cobaan. Fitnah mempunyai beberapa arti yaitu godaan (trial) seperti dalam ayat berikut ini.

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ائْذَن لِّي وَلاَ تَفْتِنِّي أَلاَ فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُواْ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ

Waminhum man yaqoolu ithan lee wala taftinnee ala fee alfitnati saqatoo wainna jahannama lamuheetatun bialkafireena

Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.

And among them is he who says:"Grant me leave (to be exempted from Jihad) and put me not into trial." Surely, they have fallen into trial. And verily, Hell is surrounding the disbelievers. [QS Taubah (9) ayat 49]

Arti yang kedua adalah penganiayaan. …..Berbuat fitnah itu lebih besar dosanya dari pada membunuh....... [QS Al Baqarah (2) ayat 217]. Jadi berbuat penganiayaan itu lebih besar dosanya dari pada membunuh.

وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ

Sedang yang ketiga fitnah mempunyai arti alasan; subterfuge, sebagaimana dalam Surat Al An’aam (6) ayat 23.

ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ وَاللّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ

Thumma lam takun fitnatuhum illa an qaloo waAllahi rabbina ma kunna mushrikeena

Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah".

There will then be (left) no subterfuge for them but to say: "By Allah our Lord, we were not those who joined gods with Allah."

Fitnah sering dikaburkan dengan bala (cobaan), sebagaimana dengan ayat berikut ini.

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

WaiAAlamoo annama amwalukum waawladukum fitnatun waanna Allaha AAindahu ajrun AAatheemun

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [QS Al An faal (8) ayat 28].

Demikian juga fitnah dalam ayat dibawah ini juga dikaburkan dengan bala (cobaan).

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Kullu nafsin thaiqatu almawti wanablookum bialshsharri waalkhayri fitnatan wailayna turjaAAoona

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [QS Al Anbiyaa’ (21) ayat 35].

Sebenarnya dalam dua ayat terakhir ini fitnah diterjemahkan dengan cobaan. Sedangkan cobaan atau ujian itu artinya adalah bala. Fitnah disini sesungguhnya mempunyai arti godaan atau hasutan. Allah menguji atau memberikan cobaan (bala) kepada manusia dengan godaan atau hasutan (fitnah) berupa kebaikan dan keburukan. Allah juga memberikan godaan atau hasutan (fitnah) tetapi tidak dalam pengertian menguji, karena pada dasarnya jiwa manusia itu dilhamkan oleh Allah jalan kefasikan dan ketaqwaan [QS Asy Syams (91) ayat 8].

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Selasa, 30 Desember 2008

Tuhan, Mengapa Engkau Tidak Menolong Mereka ?

Pada pagi hari tanggal 29 Desember 2008 terdengar berita bahwa jet-jet tempur Israel kembali menghujani dengan puluhan misil ke permukiman penduduk Palestina di seantero jalur Gaza. Akibat serangan mendadak itu 195 orang dilaporkan tewas dan 310 lainnya luka-luka. Tidak henti-hentinya warga Palestina menderita akibat ulah Israel. Bahkan penderitaan warga Palestina ini sudah dimulai sejak 60 (enam puluh ) tahun silam dan sudah ribuan warga Palestina tewas dibunuh oleh Israel sejak Israel menduduki tanah Palestina sejak tahun 1948. Mengapa warga Palestina mesti menderita begitu lama ? Enam puluh tahun itu bukanlah waktu yang pendek. Tuhan, kepada siapakah Engkau berpihak ? Mengapa do’a warga Palestina yang sangat menderita ini tidak Engkau kabulkan ? Bahkan do’a untuk kemenangan bangsa Palestina telah disampaikan dan dikumandangkan oleh umat Islam di seluruh dunia. Mengapa do’a yang panjang ini seakan-akan tidak Engkau dengar ? Sedangkan Engkau telah berjanji dalam firman-Mu ” Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” [QS Ar Ruum (30) ayat 47]. Dan ”Sebagai janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [QS Ar Ruum (30) ayat 6].

Apabila Allah tidak menolong bangsa Palestina, apakah ada yang yang salah, yang dilakukan oleh bangsa Palestina ? Perlu introspeksi total secara tulus dan berani. Hanya orang-orang yang beriman yang wajib ditolong oleh Allah. Siapakah orang yang beriman itu ?
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” [QS Al Anfaal (8) ayat 2-3]

Agar kita mendapat pertolongan dari Allah disamping persyaratan iman, kita wajib menolong Allah, sebagaimana yang disampaikan Allah dalam Al Qur’an.
”Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [QS Muhammad (47) ayat 7]. Menolong Allah dalam ayat ini menurut Departmen Agama diterjemahkan menolong agama Allah. Menolong Allah itu seyogyanya diterjemahkan ”melaksanakan sunatullah” atau menerapkan ilmu Allah. Seandainya engkau di dalam kamar yang terkunci dari dalam dan engkau meminta tolong kepada Allah untuk keluar dari kamar. Walaupun engkau berdoa dalam hati dua hari dua malam, pasti engkau tidak akan keluar dari kamar. Tetapi kalau engkau melaksanakan ilmu Allah dengan berteriak minta tolong atau berjalan mendekati pintu dan membuka pintu dengan kunci, maka engkau akan keluar dari kamar. Dengan demikian menolong Allah itu berarti menggunakan segala daya upaya baik tenaga dan pikiraan untuk menyelesaikan persoalan dan Allah akan menolongnya dan meneguhkannya. Kembali kepada bangsa Palestina, berimanlah kepada Allah sebenar-benarnya dan gunakanlah segala daya upaya baik tenaga dan pikiran. Dan bagi umat Islam seluruh dunia khususnya umat Islam di Timur Tengah bantulah bangsa Palestina karena kita telah diperintahkan oleh Allah untuk saling tolong menolong dalam hal kebajikan dan ketaqwaan.Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”[QS Al Maa’idah (5) ayat 2]
Semoga Allah segera menolong bangsa Palestina dari segala penderitaan dan kembali kepada tanah tumpah darahnya.
Wa llahu ’alam bish shawab.



Senin, 22 Desember 2008

Ulil Albab (2) Siapakah Mereka ?

Dalam Al Qur’an banyak ditemui ayat-ayat yang menerangkan tentang Ulil Albab. Siapakah mereka itu ? Tanda-tanda atau ciri-ciri Ulil Albab adalah:

(1) Merekalah yang memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali Imran (3) ayat 190-191]. Adakah umat Islam yang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ? Pasti ada ! Hanya saja mereka belum mendunia atau belum dikenal banyak orang. Kebetulan yang meneliti dan memikirkan tentang teori kosmologi, gravitasi kuantum dan lubang hitam adalah Stephen William Hawking, seorang professor di bidang fisika teoritis. Sepertinya, kehadiran Hawking di dunia sudah ditunggu-tunggu untuk meneruskan pekerjaan Newton dan Einstein dalam mengupas tabir semesta. Dikatakan dalam Al Qur’an bahwa Tuhan tidak menciptakan langit dan bumi ini dengan sia-sia. Tetapi alam semesta diciptakan dengan perhitungan yang sangat luar biasa dan dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan umat manusia, sehingga muncul kata-kata dari Einstein dan Bose yang tekenal: “ Tuhan tidak melempar dadu”.

(2) Mereka selalu memikirkan penciptaan langit dan bumi, maka mereka yang dapat mengambil pelajaran [ QS Al Baqarah (2) ayat 269]. Banyak pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari penciptaan alam semesta, misalnya mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia [QS Yusuf (12) ayat 111]. Mereka yang melakukan penelitian sejarah umat manusia ini tentunya adalah para antropolog. Tokoh antropolog Islam yang terkenal di dunia adalah Antropolog asal Uganda Mahmood Mamdani. Tokoh yang terkenal yang mengambil pelajaran tentang isi pokok-pokok Al Qur’an [QS Ali Imran (3) ayat 7) adalah Syekh Yusuf al-Qaradawi. Yang mengambil pelajaran di bidang ekonomi adalah Muhammad Yunus, penerima hadiah Nobel 2006, karena jasanya mengembangkan industri kecil di Bangladesh dengan memberikan pinjaman kepada pengusaha-pengusaha kecil yang miskin melalui Grameen Bank. Orhan Pamuk yang juga pemenang hadiah Nobel 2006 asal Turki, karena mengambil pelajaran di bidang sastra. Sedang peraih Nobel di bidang kedokteran tahun 2007 Mario Capecchi, Martin Evans dan Oliver Smithies. Rasanya tidak berlebihan jika ditampilkan pula tokoh Indonesia yang mendapatkan penghargaan Habibie Award Tahun 2007. Prof. Sri Widiyantoro dari bidang ilmu dasar yang memiliki penemuan mutakhir tentang gempa dan seismologi, Prof. Elin Yulinah Sukandar dari bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi yang menemukan beberapa formula obat, dan Dr. H. C. Rosihan Anwar dari bidang sosial dan Dr. H. C. Taufik Ismail dari bidang budaya.

(3) Mereka itu kritis, rasional dan objektif sebagaimana yang disampaikan dalam Al Qur’an bahwa "Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan mereka itulah ulul-albab." (QS Az Zumar (39) ayat 18)

Apakah ulil albab itu hanya memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi secara kritis, rasional dan objektif serta hanya mengambil pelajaran dari alam semesta ini ? Tentu saja tidak ! Ulil albab itu selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri pada saat bekerja, ingat kepada Allah dalam keadaan duduk pada saat belajar , bahkan dalam keadaan berbaring pada saat istirahat tetap ingat kepada Allah [QS Ali Imran (3) ayat 191]. Mungkin banyak orang hanya memenuhi satu atau dua kriteria ulil albab. Oleh karena itu Allah memerintahkan Ulil Albab (1) "Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab." (QS Al Baqarah (2) ayat 197). Berbekal tidak hanya waktu haji saja. Dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di hari akhir juga perlu bekal, tetapi sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. (2) Didalam dunia banyak yang buruk yang menarik oleh karena itu, ". . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS Al Maa’idah ayat 100]

Jadi kesimpulan yang dapat ditarik menurut Dr. Imaduddin Abdul Rahim "Ulul Albab adalah sama dengan intelektual plus ketakwaan, intelektual plus kesalehan. Di dalam diri ulul-albab berpadu sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat orang yang dekat dengan Allah Swt." Semoga Dr (fisika) Imaduddin Abdul Rahim merupakan salah satu ulil albab sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam Al Qur’an dan mendapatkan anugrah di sisi Allah.

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Minggu, 14 Desember 2008

Ulil Albab (1) : Ibadah ritual saja, mungkinkah ?

Pada hari Minggu, tanggal 16 Nopember 2009 aku pulang dari Jogja dengan membawa mobil sendiri bersama istri. Di Banaran Cafe aku sempat mampir makan dan minum kopi. Setelah segar kuteruskan perjalananku ke Semarang dalam hujan yang sangat lebat. Sampai di rumah kira-kira pukul 18.00. Menjelang pukul 20.00 dada sebelah kanan terasa sakit, semakin lama semakin sakit. Aku tidak tahan lagi. Ku-tilpun sopir dan pergi ke dokter spesialis rematologi. Aku pikir sakitku ini Atritis Gout. Eh..ternyata ada sesuatu sumbatan di jantung. Aku langsung dibawa ke rumah sakit Panti Wiloso Dr Cipto. Enam hari di ICU aku dipindahkan ke Rumah Sakit Dr Kariadi, langsung dari UGD di rawat inap di Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah. Kaki dan tanganku bengkak karena atritis gout. Setelah atritis goutku sembuh, aku juga merasa jangtungku sudah mulai sembuh dan tidak perlu tindakan medis apapun. Tetapi pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2009, aku terasa seperti disambar petir di siang bolong. Dokter memberitahuku bahwa pada hari Jum’at, tanggal 5 Desember 2009 akan di lakukan tindakan Katerisasi. Aku mengatakan kepada dokter apakah tidak ada alternatif lain seperti CT-Scan. Dokter mengatakan, walaupun dengan CT-Scan, akan tetap direkomendasi untuk katerisasi bila terjadi sumbatan. Dari pada dua kali tindakan medis, kan lebih baik langsung Katerisasi. Gambaran katerisasi bagi aku yang awam tentang medis seperti ini. Setelah di suntik “pati-roso”, slang yang sangat kecil dimasukkan ke dalam pembuluh darah dari di pangkal paha (bhs Jawa: selangkangan) sampai ke ujung jantung kemudian diberi semprotan kontras, kemudian di foto. Dari foto ini diketahui apakah ada sumbatan atau tidak. Ternyata dalam jantungku di sebelah depan terdapat dua sumbatan yang berdekatan. Kemudian dipasang satu “ring” di dua sumbatan itu sehingga aliran darah dapat lancar kembali. Mungkin ada yang bertanya, apakah pada saat dikaterisasi ini merasa sakit. Tidak.....Tidak sakit. Dalam proses penyembuhan mulai dari ICU sampai di ruang Katerisasi, aku selalu berdzikir, berdo’a dan tidak pernah meninggalkan shalat. Sebagai penggganti air wudhu, aku tayyamum saja.
Yang menjadi perhatianku, subhanallah...semua peralatan yang ada dalam ruang katerisasi adalah sangat moderen. Ilmu ini tentunya semua berasal dari Allah. Tanpa adanya pemikiran yang sangat intens dan hidayah dari Allah, tentunya tidak akan menghasilkan peralatan katerisasi yang sangat moderen. Nah, bagaimana dengan pemikiran Islam dewasa ini. Kalau Islam hanya menekankan pada ibadah ritual saja, sahadat, shalat, puasa, zakat dan haji serta dzikir, tentunya orang-orang muslim tidak akan menghasilkan temuan-temuan di bidang teknologi baik di bidang kedokteran maupun di bidang lainnya dan umat muslim akan menjadi terbelakang. Islam dewasa ini harus melakukan “
pemikiran ulang” dan mengedepankan akal-pikiran sehingga dapat menelorkan Ulil-albab atau ulama yang memikirkan ayat-ayat kauniyah. Dengan demikian umat muslim akan maju dan dapat bersaing dengan negeri barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Siapa yang yang dimaksud dengan Ulil-albab ? Terjemahan Al Qur’an yang diterbitkan Departemen Agama menterjemahkan Ulil-albab dengan “Orang-orang yang berakal” dan Nabiel Fuad Al-Musawa menterjemahkan dengan “Ilmuwan Muslim”. Sedang Yusuf Ali dan Dr M. Taquid-Din & Dr M. Khan menterjemahkan dengan “men of understanding”. Nah, sekarang kita simak tanda-tanda Ulil-albab itu dalam Al Qur’an.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Inna fee khalqi alssamawati waalardi waikhtilafi allayli waalnnahari laayatin liolee alalbabi,
Allatheena yathkuroona Allaha qiyaman waquAAoodan waAAala junoobihim wayatafakkaroona fee khalqi alssamawati waalardi rabbana ma khalaqta hatha batilan subhanaka faqina AAathaba alnnari

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali Imran (3) ayat 190-191].

Umat Islam dewasa ini sangat memerlukan ulil albab-ulil albab atau ilmuwan muslim atau apapun namanya yang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi termasuk segala isinya. Memikirkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidangnya untuk kemaslahatan umat Islam. Sungguh tidak terpikirkan bagaimana jadinya umat Islam, kalau orang-orang muslim tidak mau memikirkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Rabu, 12 November 2008

Apa Arti Musibah Bagi Manusia ? (2)

Allah menimpakan musibah atas manusia dikarenakan dosa-dosa yang dilakukan manusia itu sendiri [QS Al Maidah (5) ayat 49]. Musibah itu adalah siksa yang ditimpakan kepada manusia yang telah melakukan dosa. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [QS Asy Syuura (42) ayat 30].
Musibah yang ditimpakan kepada seseorang itu dikarenakan oleh perbuatan orang itu sendiri. Perbuatan apa yang dapat menghadirkan musibah kepada kita ? Ya, tentunya perbuatan-perbuatan dosa. Perbuatan-perbuatan dosa seperti ini tidak akan dapat dihapus dengan shalat, puasa, haji dan umrah.
“Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu ada yang tidak dapat dihapus oleh shalat, puasa, haji, dan umrah. Akan tetapi dosa-dosa itu hanya dapat dihapus dengan kesulitan (kesusahan) dalam mencari kehidupan"[ HR Ibnu 'Asakir]
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa musibah itu bisa merupakan adzab atau siksa yang sangat besar, misalnya hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, banjir dan gempa bumi. [QS Al Ankabut (29)_ ayat 40]. Tetapi musibah itu juga dapat berupa siksa atau adzab yang tidak terlalu besar misalnya keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan. Orang tertusuk duri pun juga termasuk siksa atau adzab yang cukup ringan. Perhatikan hadits yang diriwayatkan Al Bukhary dan Muslim.
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan, hingga duri menusuknya melainkan Allah menghapus sebagian kesalahan-kesalahannya” (HR Al Bukhary dan Muslim).
Orang biasanya mengaburkan arti musibah dengan bala dan fitnah. Sedangkan pengertian fitnah akan dibahas di artikel berikutnya. Bala itu artinya ujian atau cobaan. Kalau ujian itu bukan merupakan siksa atau adzab tetapi merupakan sesuatu yang ditimpakan kepada manusia untuk mengetahui sampai sejauh mana kadar iman atau taqwa manusia tersebut. Yang ditimpakan itu adalah yang sifatnya hanya sedikit dan hanya merupakan sedikit kekurangan. Apakah kekurangan harta, sedikit kelaparan, sedikit ketakutan. Coba perhatikan ayat berikut ini.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Walanabluwannakum bishayin mina alkhawfi waaljooAAi wanaqsin mina alamwali waalanfusi waalththamarati wabashshiri alssabireena

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. [QS Al Baqarah (2) ayat 155]

Jadi musibah terjadi karena dosa, sedangkan bala terjadi bukan karena dosa tetapi merupakan ujian atau cobaan untuk mengetahui tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang anak manusia. Kapan dosa itu dilakukan ? Bisa jadi sejak aqil baligh sampai dengan waktu ditimpa musibah. Nah, bagaimana kalau sejak lahir sudah ditimpa dengan musibah ? Artinya, sejak kecil sudah menderita kesusahan, penyakit, kesedihan. Bisa jadi dosa yang dilakukan adalah dosa-dosa yang dilakukan dikehidupan sebelumnya. Coba simak ayat-ayat berikut ini.

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ
لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ

Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?
Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,
bekerja keras lagi kepayahan,
memasuki api yang sangat panas (neraka),
diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.
Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
yg tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
[QS Al Ghaasyiya (88) ayat 1-7)
Nah, sekarang marilah kita perhatikan dan renungkan. Ghasiyah itu dari sudut bahasa artinya malapetaka (bhs. Inggris : calamity). Yusuf Ali dan Dr M. Taquid-Din dan Dr. M Khan menterjemahkan “ghasiyah” itu dengan kata “kebanjiran bencana” (bhs. Inggris : overwhelming). Jadi kalau boleh saya menterjemahkan adalah sbb : “ Sudah datangkah berita (tentang) musibah, bencana atau malapetaka ? Pada hari itu banyak muka tunduk terhina yang sedang bekerja keras lagi kepayahan ( laboring hard, weary) terbakar api yang membakar (hamiyah = burning), diberikan air yang panas, tidak diberi makan kecuali makanan “Dhari’ yang pahit (Yusuf Ali menterjemahkan “bitter Dhari’) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
Kalimat “Tasla naran hamiyatan” bukan berarti memasuki api yang sangat panas, tetapi “terbakar api yang membakar”. Kata “memasuki api” dengan “terbakar api” tentunya beda maknanya. Ayat 1-7 ini menggambarkan keadaan orang yang kena musibah. Orang dengan muka tertunduk terhina yang sedang bekerja keras lagi kepayahan dan terbakar panas dari terik matahari. Saking teriknya minumanpun menjadi panas dan makananpun terasa duri serta tidak menggemukkan dan menghilangkan lapar. Kadangkala keadaan ini juga sudah di alami atau diderita oleh seorang anak yang baru lahir dari seorang ibu yang rumahnya di bawah jembatan dan sebagainya.
Ini terjadi tentunya di bumi. “Nar” ini bukan di alam ruh, tetapi “Nar” ini berada di bumi. Indikasi ini juga dapat dilihat dalam hadits dari Abu Hurairah. Rasul sedang menjenguk seseorang yang sedang sakit demam yang disertai Abu Hurairah. Kemudian Rasul bersabda “Bergembiralah karena Allah Azza wa Jalla berfirman, “ Inilah nar-Ku (neraka-Ku). Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang Mukmin di DUNIA, agar dia jauh dari “Nar” (neraka) pada hari akhirat (pada akhir-nya ) [ Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah dan Al Hakim dan disahihkan oleh Al Bany dalam “Silsilatul Ahaditsish Shahihah nomor 557]
Hadits ini menunjukkan bahwa sakit demam (panas-dingin) itu sama dengan juga terbakar api atau Allah menimpakan “Nar” kepada hamba –Nya sehingga sakit demam. Jadi “Nar” itu adalah api yang membakar dalam diri manusia. Termasuk juga “Nar” yang diterangkan juga pada surat Al Humazah ayat 6-7.
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Selasa, 04 November 2008

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (3)

Di dalam tulisan terdahulu “Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi (2)”, saya mengatakan bahwa ada dua jenis tiupan sangkakala pertama. Yang pertama, ketika sangkakala pertama itu ditiupkan, maka segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi ini binasa atau mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah [QS Az Zumar (39) ayat 68]. Artinya pada saat pertama sangkakala ditiup, tidak semuanya binasa atau mati tetapi ada yang masih hidup. . Yang kedua, segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi hancur ketika sangkakala ditiupkan pertama kali. [QS Al Haaqqah (69) ayat 13-16]. Artinya segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88]. Dan pada tulisan itu, saya menyimpulkan bahwa sangkakala ditiupkan bukan berarti pada saat kehancuran alam semesta saja tetapi juga pada saat kematian seseorang atau sebagian penduduk langit dan bumi.
Sebenarnya kesimpulan yang saya ambil ketika itu sebenarnya ada 3(tiga) tiupan sangkakala pertama. Yaitu bahwa sangkakala ditiupkan itu dapat menjadikan kehancuran semesta alam dan dapat menjadikan kematian pada sebagian penduduk langit dan bumi serta menjadikan kematian seseorang. Nah, ternyata di dalam Al Qur’an juga menunjukkan adanya tiupan sangkakala pertama yang dapat menyebabkan kematian seseorang saja.
Cobalah simak dan perhatikan ayat-ayat Al Qur’an berikut ini. Ayat ini menunjukkan bahwa setelah terjadi sakaratul maut atau menjelang kematian seseorang, maka ditiupkanlah sangkakala sehingga seseorang itu benar-benar binasa atau mati.

وَجَاءتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ

Wajaat sakratu almawti bialhaqqi thalika ma kunta minhu taheedu.
Wanufikha fee alssoori thalika yawmu alwaAAeedi

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman

And the stupor of death will come in truth: "This is what you have been avoiding!" And the Trumpet will be blown, that will be the Day whereof warning (had been given) (i.e. the Day of Resurrection). [QS Qaaf (50) ayat 19-20].

Ayat-ayat ini sangatlah terang menjelaskan bahwa orang akan mati setelah ditiupkan sangkakala. Dan kemudian diri (nafs) tersebut datang menghadap kehadirat Ilahi dengan diiringi oleh malaikat pengiring dan penyaksi [QS Qaaf (50) ayat 21].
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Senin, 03 November 2008

Apa Arti Musibah Bagi Manusia ? (1)

Orang biasa mengatakan bahwa musibah itu merupakan sesuatu bencana atau bala yang menimpa manusia. Sekecil apapun yang mencelakakan, membahayakan yang menimpa manusia itu disebut dengan musibah. Apakah itu kekalahan perang [QS Ali Imran (3) ayat 165], kecelakaan dalam perjalanan sampai meninggal [QS Al Maa’idah (5) ayat 106] dan walaupun sekedar hanya lampu mati, ucapkanlah kalimat istirjaa ( kembali kepada Allah ) "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

Allatheena itha asabathum museebatun qaloo inna lillahi wainna ilayhi rajiAAoona

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [QS Al Baqarah (2) ayat 156]

Apakah musibah ini dapat dikatakan sebagai adzab ? Sebelum menjelaskan tentang hubungan adzab dan musibah, sesungguhnya adzab itu dalam arti bahasa adalah “menghalangi seseorang dari makan dan minum” atau “ perbuatan memukul seseorang” dan juga bisa berarti “keadaan yang memberati pundak seseorang”. Dengan demikian adzab itu adalah segala sesuatu yang menimbulkan kesulitan atau menyakitkan dan memberatkan beban jiwa dan atau fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adzab itu adalah siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang melanggar larangan agama.

Musibah itu tidak akan terjadi bila tidak ada izin Allah. Kalau musibah itu terjadi, maka pasti Allah telah memberikan izin.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Ma asaba min museebatin illa biithni Allahi waman yumin biAllahi yahdi qalbahu waAllahu bikulli shayin AAaleemun

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS At Taghaabun (64) ayat 11]

Mengapa Allah mengizinkan musibah itu terjadi dan menimpa manusia?. Karena manusia itu telah melakukan dan berbuat dosa.

وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ اللّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

Waani ohkum baynahum bima anzala Allahu wala tattabiAA ahwaahum waihtharhum an yaftinooka AAan baAAdi ma anzala Allahu ilayka fain tawallaw faiAAlam annama yureedu Allahu an yuseebahum bibaAAdi thunoobihim wainna katheeran mina alnnasi lafasiqoona

dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), MAKA KETAHUILAH BAHWA SESUNGGUHNYA ALLAH MENGHENDAKI AKAN MENIMPAKAN MUSHIBAH KEPADA MEREKA DISEBABKAN SEBAHAGIAN DOSA-DOSA MEREKA. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [QS Al Maidah (5) ayat 49]

Nah, musibah yang ditimpakan kepada manusia itu adalah adzab atau siksa yang diganjarkan kepada manusia yang telah melakukan perbuatan dosa.

Adzab itu dapat berupa hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, dibenamkan ke dalam bumi dan ditenggelamkan ke dalam air dan lain sebagainya.

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Fakullan akhathna bithanbihi faminhum man arsalna AAalayhi hasiban waminhum man akhathathu alssayhatu waminhum man khasafna bihi alarda waminhum man aghraqna wama kana Allahu liyathlimahum walakin kanoo anfusahum yathlimoona

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [QS Al Ankabut (29) ayt 40].

Adakalanya orang itu tidak merasa berdosa atau tidak melakukan dosa apapun di bumi ini, tetapi kemudian datang musibah yang menimpanya. Misalnya, seorang anak balita bermain-main di depan rumahnya tiba-tiba truk menyelonong masuk halaman dan menabrak anak balita itu hingga mati. Adapula anak beserta keluarganya tertimpa musibah banjir atau gempa bumi, dia tinggal sendiri di dunia ini. Bila peristiwa ini tidak dijelaskan secara memadai akan timbul persepsi yang keliru terhadap Tuhan, sehingga muncullah lagu yang dibawakan Desy Ratnasari yang mengatakan takdir itu kejam. Dan banyak orang yang keliru sangka kepada Tuhan. Banyak orang yang memberikan atribut atau sebutan kepada Tuhan bahwa Tuhan itu penyiksa dan Maha Kejam.

Apakah benar seandainya terjadi musibah misalnya, gempa bumi, angin topan, banjir bandang, tsunami itu disebabkan oleh Allah ?. Apakah Allah yang menimpakan semua musibah itu kepada manusia? Apakah Allah sekejam itu ? Tidak, kata Allah.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [QS Al Ankabut (29) ayt 40].

Allah itu tidak sewenang-wenang. Allah itu adalah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Allah tidak mungkin menimpakan musibah atau adzab kepada manusia yang tidak bersalah atau yang tidak berdosa.

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Wama asabakum min museebatin fabima kasabat aydeekum wayaAAfoo AAan katheerin

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [QS Asy Syuura (42) ayat 30]

Nah, apapun musibah apakah itu kecelakaan, penderitaan, banjir, gempa bumi, tsunami maupun angin topan yang menimpa manusia itu disebabkan dosa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri

Apakah orang yang meninggal atau menderita akibat tsunami atau gempa bumi, semuanya telah berbuat dosa ?

فَإِن تَوَلَّوْاْ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ

MAKA KETAHUILAH BAHWA SESUNGGUHNYA ALLAH MENGHENDAKI AKAN MENIMPAKAN MUSHIBAH KEPADA MEREKA DISEBABKAN SEBAHAGIAN DOSA-DOSA MEREKA. [QS Al Maidah (5) ayat 49]

Apakah Anda tidak percaya ? Wa llahu ‘alam bish shawab.

Rabu, 22 Oktober 2008

Mengapa Malaikat dan Iblis Harus Bersujud Kepada Manusia ?

Sejak dulu sampai sekarang, sebelum menulis artikel ini, saya selalu bertanya-tanya mengapa malaikat dan iblis dari bangsa jin harus bersujud kepada manusia ? Dalam terjemahan al qur’an Departemen Agama RI, sujud itu berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah sujud berarti memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Terus terang saja saya masih bertanya-tanya. Kalau sujud itu dalam arti menghormati mengapa kata yang dipakai “ asjuduu" = sujudlah, bow down, prostrate, worship “ ? Mengapa tidak menggunakan kata “ qodaruu = menghormati, menghargai, appreciate ” ? Seperti dalam surat Al An’am (6) ayat 91 “…. Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya,……”. Saya percaya bahwa dengan menggunakan kata “sujud” itu pasti Allah mempunyai maksud tertentu yang harus direnungkan. Seandainya Allah tidak meniupkan Ruh-Nya kepada manusia, apa jadinya manusia ?. Bisa jadi bayi itu tetap tumbuh dan menjadi dewasa. Bisa jadi mempunyai mata tetapi tidak bisa melihat. Punya telingan tetapi tidak bisa mendengar. Punya otak tetapi tidak bisa berfikir.Bisa jalan tetapi tidak punya kehendak. Jadi manusia hidup itu seperti tanaman dan binatang. Nah, apa yang membedakan tanaman dan binatang dengan manusia ? Rahmat Allah yang berupa Ruh-Nya. Dengan ditiupkan Ruh-Nya, Ruh milik Allah kepada manusia, maka sebagian sifat-sifat Allah dan sifat yang tercermin dari Asma (nama) Allah itu menurun kepada manusia.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ

Faitha sawwaytuhu wanafakhtu feehi min roohee faqaAAoo lahu sajideena

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. [QS Al Hijr (15) ayat 29].

Menurut Hasan Asy’ari sifat Allah itu ada dua puluh sifat antara lain Qudrat = Berkuasa, Iradat = Berkehendak, Sama’ = Mendengar, Bashar = Melihat, Kalam = Berkata-kata. Dan asma Allah itu ada sembilan puluh sembilan (99) yang sangat penting. Dengan Ruh-Nya itu manusia bisa melihat, mendengar , berkuasa dan berkehendak serta mencipta. Walaupun manusia itu dapat berkuasa, berkehendak, melihat, mendengar dan berfikir, tetapi tidak dapat menyamai atau setara dengan Allah [QS Ikhlas (104) ayat 4] dan tetap berlainan dengan Penciptanya (mukhalafatuhu lil hawadits) yaitu Allah. Allah itu berkata-kata tetapi tidak seperti manusia berkata-kata. Allah itu melihat atau mendengar tetapi tidak seperti manusia melihat atau mendengar. Allah itu “laysa kamitslihi syai’” atau Allah itu tidak ada yang menyerupainya. Dalam bahasa Jawa, Allah itu “tan kena kinoyo ngopo” atau Allah itu tidak dapat dikatakan atau digambarkan seperti apa. Manusia dengan Ruh-Nya itulah sehingga Malaikat dan Iblis dari bangsa Jin harus bersujud kepada Manusia. Manusia bisa berkuasa, berkehendak dan berkreasi. Tetapi Malaikat dan Jin tidak, karena mereka hanya melakukan tugas sesuai dengan perintah yang telah ditentukan oleh Allah.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Waith qulna lilmalaikati osjudoo liadama fasajadoo illa ibleesa aba waistakbara wakana mina alkafireena

Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [QS Al Baqarah (2) ayat 34]

فَسَجَدَ الْمَلآئِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
ِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى أَن يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلاَّ تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ
قَالَ لَمْ أَكُن لِّأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

Fasajada almalaikatu kulluhum ajmaAAoona
Illa ibleesa aba an yakoona maAAa alssajideena
Qala ya ibleesu ma laka alla takoona maAAa alssajideena
Qala lam akun liasjuda libasharin khalaqtahu min salsalin min hamain masnoonin

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama- sama, kecuali iblis. Ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?" Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" [QS Al Hijr (15) ayat 30-33]

Iblis yang sombong itu ternyata lupa bahwa didalam diri manusia itu Ruh milik Allah. Manusia tidak perlu takut kepada Iblis dari bangsa Jin, karena sesungguhnya mereka harus bersujud kepada manusia.
Wa llahu ‘alam bis shawab

Rabu, 15 Oktober 2008

Seandainya Alam Semesta Tidak Diciptakan ?

Dulu saya pernah berfikir atau berandai-andai. Mungkin juga ada orang yang memikirkan seperti saya. Seandainya alam semesta ini tidak diciptakan. Mungkin tidak ada manusia, tidak ada aku, juga tidak ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Suasananya suwung (bhs.jawa), tidak ada apa-apa, kosong. Bagi orang yang beragama tentunya yang ada adalah Tuhan. Dalam keadaan ini, Tuhan tidak dikenal. Lha wong yang ada hanya Tuhan, tentunya yang mengenal Tuhan ya Tuhan sendiri. Tuhan bersifat Qidam. Sifat Qidam artinya tidak ada yang mendahului Tuhan. Tuhan-lah yang pertama (prima causa), tidak ada yang mendahului. Tuhan tidak berawal (al-Awwal) dan Tuhan juga tidak berakhir (al-Akhir). Tuhan itu baqa’. Artinya Tuhan itu mempunyai sifat hidup yang tidak pernah berakhir. Tuhan adalah Dzat yang maha hidup. Kalau Dia berakhir, maka jelas bahwa Dia tidak hidup. Dia tidak baqa’ artinya tidak hidup selamanya. Ini tidak sesuai dengan sifat-sifat Tuhan yang dua puluh, yangtelah dirumuskan oleh Ali ibnu Ismail Abu al-Hasan al-Asyari yang dikenal dengan al-Asyari.

Sekarang saya baru tahu bahwa alam semesta , termasuk manusia, hewan dan tanaman, diciptakan agar dapat mengenal Tuhan. Diciptakan alam semesta ini, agar Tuhan itu dikenal. Tidak ada alam semesta (manusia, hewan dan tanaman) yang diciptakan, maka tidak ada yang mengagungkan, memuji dan bertasbih kepada Tuhan. Alam semesta beserta isinya ternyata bertasbih kepada Tuhan. Semua yang ada di langit dan bumi apakah itu burung, gunung, tanaman dan manusia, semuanya mengagungkan, memuji dan bertasbih kepada Tuhan.

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Sabbaha lillahi ma fee alssamawati wama fee alardi wahuwa alAAazeezu alhakeemu

Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Ash Shaff (61) ayat 1]

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Tusabbihu lahu alssamawatu alssabAAu waalardu waman feehinna wain min shayin illa yusabbihu bihamdihi walakin la tafqahoona tasbeehahum innahu kana haleeman ghafooran

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [QS Al Israa’ (17) ayat 44]


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

Alam tara anna Allaha yusabbihu lahu man fee alssamawati waalardi waalttayru saffatin kullun qad AAalima salatahu watasbeehahu waAllahu AAaleemun bima yafAAaloona

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya [1044], dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. [QS An Nuur (24) ayat 41]

[1044] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.


Semuanya bertasbih. Artinya semua bergerak mengikuti perintah dan menuju kepada Tuhan. Alam semesta ini diciptakan agar Tuhan itu dikenal, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam hadits qudsi sebagi berikut.

Kuntu kanzan makhfiyan fa ahbabtu an u’rafa fakhalaqtu al khalqa fa bi ‘arafuni.

Aku harta yang tersembunyi. Dan Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan alam semesta sehingga dengannya mereka mengenal-Ku.

Kalau saya simak hadits ini, maka Tuhan itu membutuhkan alam semesta agar Tuhan dapat dikenal. Nah, kalau alam semesta ini hancur seperti yang digambarkan dalam Al Qur’an Surat Al Waqi’ah, Al Haqqah, Al Qari’ah dan Al Qiyamah, maka alam semesta ini tentunya akan diciptakan lagi karena Tuhan itu baqa’. Tuhan itu hidup selamanya. Tuhan itu kekal selamanya. Sedangkan alam semesta ini mempunyai sifat tidak kekal (fana), maka alam semesta ini pada waktu yang telah ditentukan pasti akan hancur. Jadi terjadi siklus penciptaan dan kehancuran alam semesta. Alam semesta diciptakan kemudian hancur, diciptakan lagi hancur lagi, diciptakan lagi hancur lagi, diciptakan lagi hancur lagi sampai yang dikehendaki Allah. Apakah siklus alam semesta ini terjadi selamanya ? Bisa jadi, karena berdasarkan hadits qudsi diatas, selama Tuhan itu ada (karena Tuhan tidak pernah berakhir (Al Akhir), maka siklus alam semesta akan terjadi. Karena Tuhan membutuhkan agar Tuhan dapat dikenal sehingga Tuhan dapat diagungkan, dipuji dan disucikan (tasbih).

Pada saat alam semesta (bumi dan langit) hancur, maka pada hari itu bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit. Dan bila bumi dan langit itu hancur, maka akan diganti lagi dan seterusnya sampai dikehendaki oleh Tuhan. Indikasi adanya pergantian atau penciptaan bumi dan langit dapat disimak pada ayat al Qur’an berikut ini.

يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

Yawma tubaddalu alardu ghayra alardi waalssamawatu wabarazoo lillahi alwahidi alqahhari

Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

On the Day when the earth will be changed to another earth and so will be the heavens, and they (all creatures) will appear before Allah, the One, the Irresistible. [QS Ibrahim (14) ayat 48]

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Senin, 06 Oktober 2008

Pembantu RT dan TKW bersabarlah !

Di media cetak maupun elektronik sering kita dengar atau kita baca bahwa banyak pembantu rumah tangga yang dianiaya oleh majikannya. Ada yang disetrika, ada yang disiram air panas, ada pula yang sering dipukuli. Tentu bagi pembantu rumah tangga tidak dapat berbuat apa-apa, bahkan memperoleh bulan-bulanan pukulan dan banyak pula mereka yang diperkosa, karena mereka tidak boleh keluar dari rumah majikannya. Mereka tidak bisa melarikan diri. Demikian juga banyak kejadian sama di negara-negara lain tempat tenaga kerja wanita itu bekerja, apakah mereka berada di Hongkong, Korea, Malaysia, Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya.
Wahai, para pembantu rumah tangga atau tenaga kerja wanita bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar [QS Al An faal (8) ayat 46] dan jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu [QS Al Baqarah (2) ayat 45]. Kalau engkau berbuat dosa karena tidak sengaja dan karena kelaparan. Semoga Tuhan mengampunimu. Sesungguhnya Allah maha pengampun dan maha penyayang.

..............الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS Al Maidah (5) ayat 3].

Dan bagi majikan tidak takutkah kamu dengan adzab jahanam dan adzab yang menyala-nyala. Kenapa kamu menyiksa, menganiaya dan bahkan membunuh pembantu rumah tangga atau tenaga kerja wanita. Kenapa tidak kamu keluarkan mereka atau kamu kembalikan ke keluarganya bila engkau tidak cocok dengan pekerjaannya. Mengapa tidak mencari pembantu rumah tangga yang lain, yang lebih baik pekerjaannya ? Dari pada kamu diancam adzab yang membakar oleh Allah sebagaimana dalam Al Qur’an berikut ini. Bertobatlah !

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Inna allatheena fatanoo almumineena waalmuminati thumma lam yatooboo falahum AAathabu jahannama walahum AAathabu alhareeqi

Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1569] kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. [QS Al Buruuj (85) ayat 10] . Wa llahu ‘alam bish shawab.
[1569] Yang dimaksud dengan "mendatangkan cobaan" ialah, seperti menyiksa, mendatangkan bencana, membunuh dan sebagainya.

Sabtu, 20 September 2008

Manajemen Diri Dalam Perspektif Islam

Setiap orang harus mempunyai tujuan dalam hidupnya. Apakah kita sudah mempunyai tujuan dalam hidup ini ? Kenapa kita harus mempunyai tujuan (goal) ? Allah saja dalam menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar [QS Al Jaatsiyah (45) ayat 22]. Kita harus meniru sifat-sifat Allah. Kalau Allah saja mempunyai tujuan, maka kita harus menentukan tujuan agar kita tahu arah yang harus dituju atau dicapai dalam hidup kita.

Setelah menetapkan tujuan dengan benar sesuai dengan situasi dan kondisi setiap orang, maka tentunya kita juga harus membuat suatu rencana hari esok dalam hidup kita. Apakah Allah juga mempunyai rencana-rencana yang lebih baik ? Allah berfirman Dan Akupun membuat rencana dengan sebenar-benarnya” [QS Ath Thaariq (86) ayat 16]. Allah juga membuat rencana kenapa kita tidak ? Kita harus juga membuat rencana-rencana ( planning) dalam hidup kita agar dapat mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan.

Rencana- rencana yang telah dibuat, perlu disiapkan segala sesuatunya untuk menyongsong hari esok. Rencana itu tidak akan berhasil tanpa ada sesuatu yang dipersiapkan. Kalau kita ingin lulus ujian misalnya, maka perlu dibuat rencana-rencana kapan harus belajar dan buku-buku dan peralatan tulis apa yang harus dibutuhkan. Buku-buku yang akan dipelajari dan peralatan tulis harus dipersiapkan dengan baik. Sehingga pada saat kita belajar, semua sudah tersedia dengan baik dan kelulusan ujian yang menjadi tujuan kita pasti akan tercapai. Kalau tidak tercapai bukan karena Allah tetapi karena dirimu sendiri yang belum optimal dalam melaksanakan rencana-rencan yang sudah ditetapkan. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,…..” [QS Asy Syuura (42) ayat 30]

Allah juga mengingatkan kita bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk hari esok. Segala sesuatu apapun, kalau tidak disiapkan dengan baik, pasti akan terjadi kesulitan atau kesukaran pada saat melaksanakan sesuatu itu di kemudian hari. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS Al Hasyir (59) ayat 18].

Setelah rencana dan segalanya telah dipersiapkan, maka selanjutnya adalah mengatur (organizing). Langit dan bumi serta segala sesuatunya diantaranya, pasti akan terjadi kesimpang siuran, kalau tidak diatur oleh Allah.. Mestinya malam akan jadi siang. Waktunya siang bekerja, tiba-tiba jadi malam waktunya untuk tidur. Planet-planet juga akan saling bertubrukan kalau jalannya tidak datur oleh Allah. “Sesungguhnya Allah kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan….” [QS Yunus (10) ayat 3] Rencana-rencana itu pun harus diatur. Rencana mana yang harus didahulukan dan siapa yang melaksanakannya.

Selanjutnya siapa yang diberikan tanggung jawab harus menjalankan (actuating) rencana yang telah ditetapkan. Rencana itu tidak akan ada artinya bila rencana itu dijalankan.

Untuk menjalankan rencana agar mencapai tujuan yang diinginkan, maka kita hendaknya berusaha berkerja dengan optimal [QS Az Zumar (39) ayat 39]. Artinya, ketika kita mampu mengangkat 100 Kg, maka angkatlah 100 Kg. Jangan mengangkat hanya 10 Kg. Hendaklah berusaha bagi orang-orang yang bekerja [QS Ash Shaaffaat (37) ayat 61. Artinya ketika bekerja janganlah hanya sekedar bekerja tetapi berusahalah dengan penuh semangat. Kita juga harus bekerja, bekerja dan bekerja [QS Alam Nasyrah (94) ayat 7].

Nah, sekarang ketika bekerja kita harus mengawasi diri kita sendiri apakah pekerjaan kita ini sesuai dengan rencana atau tidak agar dapat mencapai tujuan kita. Pekerjaan kita akan dilihat oleh Allah [QS At Taubah (9) ayat 105), oleh karena itu kita harus menghitung-hitung apakah pekerjaan kita ini sudah benar dan sesuai dengan rencana dan tujuan kita.

Suatu saat kita memang perlu menghitung-hitung (meng-hisab) apakah pekerjaan kita ini sudah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Allah saja juga akan meng-hisab diri kita pada saat kita akan dibangkitkan.” kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” [QS Al Ghaasyiyah (88) ayat 26]. Maka kita juga harus meng-hisab kita dan pekerjaan kita sebelum dihisab oleh Allah. Dengan demikian diharapkan tujuan (goal) kita dalam hidup ini dapat tercapai dengan baik. Wa llahu ‘alam bish shawab.

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (2)

Tiupan sangkakala yang pertama terdapat dua jenis tiupan.Yang pertama, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini binasa atau mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah [QS Az Zumar (39) ayat 68]. Artinya pada saat pertama sangkakala ditiup, tidak semuanya binasa atau mati tetapi ada yang masih hidup. Yang kedua, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi hancur [QS Al Haaqqah (69) ayat 13-16]. Artinya segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88].

Jadi sangkakala ditiupkan bukan berarti pada saat kehancuran alam semesta saja tetapi juga pada saat kematian seseorang atau sebagian penduduk langit dan bumi.

Nah, sekarang apa yang terjadi ? Dimanakah mereka yang binasa atau mati itu berada ? Ruh mereka berada di alam barzakh.

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” [QS Al Mu’minuun (23) ayat 99-100]

Pada saat di alam barzakh, ruh mereka diperlihatkan jannah dan nâr. Bagi ruh yang jahat atau buruk akan diperlihatkan nâr pagi dan petang [QS Al Mu’min (40) ayat 46]. Berapa lama ruh tinggal di alam barzakh ? Ruh mereka tinggal di alam barzakh sampai mereka dibangkitkan. Di alam barzakh tidak dikenal ruang dan waktu, sehingga ruh mereka dapat melihat jannah dan nâr.

Kemudian ditiup sangkakala itu ditiupkan sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [QS Az Zumar (39) ayat 68]. ]. Kapan sangkakala itu ditiupkan yang kedua kali ? Apakah harus menunggu hancurnya langit dan bumi (alam semesta) ? Ternyata tidak ! Ternyata sangkakala kedua ditiupkan juga ketika kehancuran sebagian penduduk langit dan bumi. Lihat dan simak ayat dalam Surat Az Zumar (39) ayat 68.

Ruh, di alam barzakh, dibawa ke hadapan Tuhan dengan berbaris (QS Al Kahfi[18] ayat 48). Ruh dan malaikat bershaf-shaf dan tidak berkata-kata(QS An Naba’[78] ayat 38). Tiap-tiap diri (ruh) didampingi oleh malaikat sebagai saksi (QS Qaf[50] ayat 21).Mereka dikumpulkan semua [QS Al Kahfi (18) ayat 99].

Dan terang benderanglah bumi dengan cahaya Ilahi. Kemudian diberikanlah mereka sebuah “buku” dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi diberikan keputusan diantara mereka dengan adil ,sedang mereka tidak dirugikan [QS Az Zumar (39) ayat 69].

Buku itu ada yang namanya “Illiyyin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 18] yang diterima dengan tangan kanan. Mereka yang menerima buku itu (Illiyyin) termasuk golongan yang berada dalam kehidupan yang di ridhai Allah. Sedang buku yang lainnya namanya “Sijjin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 7], yang diterima dengan tangan kiri. Mereka yang menerima buku “Sijjin” ini termasuk golongan yang menyesali perbuatannya.

Dan setiap jiwa (ruh, diri) membayar atau memenuhi apa yang mereka telah kerjakan dan Dia (Allah) lebih mengetahui apa yang dikerjakan mereka. [QS Az Zumar (39) ayat 70]. Barang siapa yang berat timbangannya, mereka akan mendapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, mereka akan mendapatkan kerugian [QS Al Mu’minuun (23) ayat 102-103].

Setelah di hisab, kemudian ruh (jiwa, diri) dipertemukan dengan tubuhnya (and when the souls shall be joined with their bodies ) [QS At Takwiiir(81) ayat 7]. Ruh itu kemudian dibangkitkan atau dihidupkan kembali dengan badan atau tubuh. Ini berarti badan atau tubuh seperti kita ini. Lha, kalau badan seperti kita ini, maka tentunya dilahirkan kembali atau dibangkitkan di bumi seperti yang kita diami ini. Jannah dan nâr berarti juga di bumi.

Di bangkitkan di bumi, karena sangkakala pertama yang ditiupkan itu tidak mengancurkan seluruh penduduk langit dan bumi (alam semesta). Jadi kebangkitan atau kelahiran kembali ini tidak menunggu kehancuran penduduk langit dan bumi (alam semesta).

Bagaimana prosesnya ruh itu dipertemukan dengan tubuh atau badan. Prosesnya seperti penciptaan keturunan manusia seperti dalam Al Qur’an surat As Sajdah (32) ayat 8-9.

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina, kemudian Dia (Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh -Nya dan Dia (Allah) menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

Ruh (jiwa, diri) itu tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan tubuhnya yang lama atau tubuh sebelumnya. Coba perhatikan ayat Al Qur’an berikut ini,

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kembali (kelak) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.” [QS Al Waaqi’ah (56) ayat 60-61] Dalam bahasa Inggris, dapat dibaca sebagai berikut;

We have decreed death to you all, and We are not unable, To transfigure you and create you in (forms) that you know not.

Dengan demikian manusia itu diciptakan lagi atau dilahirkan kembali (dibangkitkan) dengan rupa (bentuk roman) yang tidak sama dengan sebelumnya. Jadi tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan bentuk tubuh sebelumnya atau yang lama. Kalau ruh itu banyak dosanya, maka akan dipertemukan dengan tubuh yang cacat atau tubuh yang menderita. Dan kalau ruh itu banyak amalnya, maka akan dipertemukan dengan tubuh atau badan

Perhatikan ayat dalam Al Qur’an surat Al Mu’minuun (23) ayat 104 dalam bahasa Inggris.

“The Fire will burn their faces, and they will therein grin, with their lips displaced.”

Artinya, Nâr (di bumi) akan membakar wajah mereka dan mereka menyeringai dengan bibir yang cacat.

Nâr itu pasti berada di bumi. Kalau nâr itu sungguh merupakan api yang menyala-nyala, tidak perlu orang itu dicacatkan lagi. Dengan dimasukkan kedalam api yang menyala-nyala, pasti akan hancur lebur jadi debu seperti orang dikremasi.

Wa llahu alam bish shawab.

Jumat, 12 September 2008

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (1)

Pada saat sangkakala ditiupkan pertama kali [QS Al Haaqqah(69) ayat 13], maka diangkatlah bumi dan gunung-gunung sehingga hancur [QS Al Haaqqah(69) ayat 14]. Pada hari ini terjadi bencana keruntuhan atau kehancuran 1) [ QS Al Haaqqah(69) ayat 15]. Langit menjadi lemah dan terbelah [QS Al Haaqqah(69) ayat 16]. Kehancuran bumi dan langit (alam semesta) pasti terjadi. Penciptaan langit dan bumi telah ditentukan periode ‘ajalnya atau waktunya [QS Al Ahqaaf (46) ayat 3]. Tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88]. Artinya seluruh alam semesta akan binasa atau hancur. Apakah itu manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan, bermilyar bintang atau planet, bermilyar Nebula atau Gucci semuanya akan hancur. Yang ada, hanya Dia yang maha besar, yaitu Allah.
Apakah tiupan sangkakala pasti menunjukkan adanya kehancuran alam semesta dan semua binasa kecuali wajah Allah ? Mungkin tidak. Marilah kita simak dan cermati ayat-ayat al Qur’an sebagai berikut :
Az-Zumar (39)
-Ayat 68-
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُم قِيَامٌ يَنظُرُونَ
Wanufikha fee alssoori fasaAAiqa man fee alssamawati waman fee alardi illa man shaa Allahu thumma nufikha feehi okhra faitha hum qiyamun yanthuroona

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.

An Naml (27)
-Ayat 87-
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
Wayawma yunfakhu fee alssoori fafaziAAa man fee alssamawati waman fee alardi illa man shaa Allahu wakullun atawhu dakhireena

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri’.

Dari ayat 68 surat Az Zumar (39) diatas dapat dijelaskan bahwa ketika ditiup sangkkala itu ternyata masih ada yang tidak binasa atau tidak mati, baik di bumi maupun yang di langit. Ini mengindikasikan bahwa ketika sangkakala ditiup masih ada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup. Demikian juga bintang dan planet yang dilangit juga masih hidup, artinya belum hancur. Dari ayat 87 surat An Naml (27) juga dapat dijelaskan bahwa ketika sangkakala ditiup itu masih ada makhluk yang tidak terkejut.
Nah, sangkkala ini ditiup tidak mesti berkaitan dengan kehancuran alam semesta, tetapi bisa jadi juga terjadi sebelum hari kehancuran alam semesta. Kalau begitu, kapan sangkkala ditiup sebelum hari kehancuran alam semesta ? Ketika sangkakala ditiup, terjadilah gempa bumi di laut dekat wilayah Aceh sehingga terjadi tsunami (sebagai contoh). Siapakah yang terkejut [QS An Naml(27) ayat 87] ? Dan siapa yang mati atau binasa ? Yang terkejut hanya orang-orang , hewan dan tumbuhan di wilayah Aceh dan sekitarnya serta wilayah di Thailand. Demikian pula yang mati dan meninggal tidak di seluruh alam semesata tetapi hanya di daerah atau wilayah tertentu saja. Artinya, terkejut adalah orang berlarian tidak tentu arah untuk menghindari tsunami, tidak tahu sanak keluarga, yang penting bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Ia sudah merasa menggendong anaknya, ternyata yang digendong adalah guling. Sedang yang berada di sebagaian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi tidak terkejut dan tidak mati atau binasa terkena gempa atau tsunami. Ini menunjukan bahwa walaupun ditiup sangkakala, tidak semuanya yang di bumi dan di langit terkejut dan juga tidak semuanya mati atau binasa. Tiupan sangkakala yang pertama ini menunjukkan kebinasaan atau kematian secara kolosal. Apakah setiap kematian seseorang juga ditiupkan sangkakala yang pertama. Bisa jadi, karena pada saat sangkakala ditiup, maka pada saat itu bisa jadi beribu-ribu orang meninggal atau binasa. Sebagai contoh, seperti yang disampaikan Dr Robert Kim Farley bahwa berdasarkan hasil penelitian (WHO, 1998) bahwa setiap tahun lebih dari 3,5 juta orang meninggal karena merokok, atau rata-rata ada 10.000 kematian per hari. (http://www.suaramerdeka.com/). Di Indonesia menurut laporan Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (TCSC- IAKMI) diperkirakan 427.948 kematian pertahunnya atau dalam sehari ada sekitar 1.172 orang meninggal karena rokok. (http://www.dakwatuna.com/ ). Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setiap hari terdapat 28.000 orang mati karena kelaparan.(http://www.kabarindonesia.com/). Dalam catatan UNFPA, diperkirakan pada setiap tahun, sekitar 500.000 perempuan di dunia meninggal karena gangguan-gangguan yang berkaitan dengan kehamilan. Jika dihitung per-hari, maka setiap hari, sebanyak 1500 perempuan meninggal karena gangguan kehamilan.(http://www.rahima.or.id/). Belum lagi orang yang meninggal disebabkan perang atau penyakit jantung, kangker, liver dan lain-lain. Bisa jadi yang meninggal atau binasa pada suatu saat itu beribu-ribu orang-orang, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta bintang maupun planet yang telah menjadi meteor.
Wa llahu ‘alam bish shawab.
1)(al waaqi’ah =bencana, keruntuhan)

Minggu, 07 September 2008

Bagaimana Untuk Dapat Mencapai Derajat Taqwa ?

Banyak orang mungkin bertanya, bagaimana caranya agar dapat mencapai derajat taqwa. Sangat mudah sebenarnya, yaitu melatih diri untuk melaksanakan kriteria-kriteria orang yang bertaqwa. Secara teori memang gampang atau sangat mudah, tetapi dalam praktek sangatlah tidak mudah. Pelaksanaan kriteria taqwa ini tidak berkaitan dengan pikiran tetapi menyangkut masalah hati. Misalnya, belajar memberikan infaq. Kita sudah tahu bahkan mengerti bahwa kalau memberikan infaq, maka infaq itu akan dikembalikan lagi kepada kita berlipat ganda. Perumpamaan infaq yang dikeluarkan oleh orang-orang yang meng-infaq-kan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui [QS Al Baqarah (2) ayat 261]

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Mathalu allatheena yunfiqoona amwalahum fee sabeeli Allahi kamathali habbatin anbatat sabAAa sanabila fee kulli sunbulatin miatu habbatin waAllahu yudaAAifu liman yashao waAllahu wasiAAun AAaleemun

Apakah hati kita tergerak untuk memberikan infaq, belum tentu kenyataannya. Mungkin hati kita akan berkata bahwa sayang kalau uang kita digunakan infaq. Lebih baik digunakan untuk membeli yang lain yang akan memuaskan keinginan kita. Nah, bagaimana untuk menggugah hati kita sehingga kita mudah memberi kepada orang lain, menahan marah, mudah memaafkan kesalahan orang lain, tepat waktu shalat dan lain sebagainya.

Ada cara yang manjur, yang disampaikan oleh Allah dalam QS Al Baqarah (2) ayat 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ya ayyuha allatheena amanoo kutiba AAalaykumu alssiyamu kama kutiba AAala allatheena min qablikum laAAallakum tattaqoona

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Puasa itu di perintahkan kepada orang-orang beriman oleh Allah agar orang-orang yang beriman itu menjadi orang-orang yang bertaqwa. Puasa dalam Islam bermacam-macam. Puasa Ramadhan (puasa dalam bulan Ramadhan), Puasa Daud (puasa sehari buka sehari), Puasa Senin-Kamis, Puasa Kifarat (puasa karena telah melakukan pelanggaran), Puasa Putih (puasa setiap bulan pada tanggal 13,14 dan 15 menurut penanggalan hijri), Puasa Syawal (puasa enam hari dalam bulan Syawal) dan lain sebagainya.

Ramadhan mempunyai arti membakar atau mengasah. Artinya pada bulan Ramadhan digunakan untuk mengasah hati melalui puasa agar hati tidak menjadi keras tetapi menjadi lemah lembut. Sehingga nanti pada saat kembali kepada Tuhan, maka Tuhan memanggil kita dengan panggilan yang indah.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

وَادْخُلِي جَنَّتِي

Ya ayyatuha alnnafsu almutmainnatu

IrjiAAee ila rabbiki radiyatan mardiyyatan

Faodkhulee fee AAibadee

Waodkhulee jannatee

Hai jiwa yang tenang.

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

masuklah ke dalam syurga-Ku.

Dengan puasa, orang dapat mengendalikan diri dalam kebutuhan-kebutuhan kelezatan jasmani yang mendasar (makan, minum dan seks). Puasa merupakan perang yang sangat dahsyat, perang melawan atau mengendalikan hawa nafsu. Mengendalikan nafsu amarah sehingga dapat menahan nafsu. Dengan puasa hati menjadi lembut, sehingga tergerak untuk membantu orang miskin dan anak yatim piatu. Dengan puasa, kita dapat mengendalikan diri untuk melaksanakan apa yang diperintah oleh Allah dan menjahui larangan-larangan-Nya.

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Sabtu, 06 September 2008

Janji Allah Terhadap Orang Yang Bertaqwa

Apakah ada untungnya bagi orang bertaqwa ? Kalau dilihat salah satu kriteria orang yang bertaqwa, secara logika banyak untungnya. Misalnya, kriteria orang bertaqwa itu adalah berbuat kebajikan. Bagi orang yang berbuat baik atau berbuat kebajikan, tentunya mereka melakukan sesuatu pasti dengan baik. Mereka belajar dengan baik, bekerja dengan baik, berusaha dengan baik, berdagang dengan baik, berjualan dengan baik dan lain sebagainya, pasti akan membuahkan kebaikan. Sebagai contoh, bila mereka belajar dengan baik pasti hasilnya lulus ujian dengan baik. Bila mereka bekerja dengan baik, pasti mereka akan mendapatkan posisi atau promosi jabatan yang baik. Bila mereka berusaha, berdagang dan berjualan dengan baik, pasti akan memperoleh keuntungan dengan baik. Kalau mereka berbuat baik dengan orang lain, pasti orang itu akan berbuat baik juga dengan mereka.

Nah, bagaiman janji Allah dalam Al Qur’an bagi orang-orang yang bertaqwa ? Apakah Allah menepati janji-Nya ? Pasti Allah tidak akan pernah melanggar janji-Nya [QS Ali Imran (3) ayat 194 ] “Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."

Janji Allah terhadap orang yang bertaqwa dapat disimak dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut :

يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Ya ayyuha allatheena amanoo in tattaqoo Allaha yajAAal lakum furqanan wayukaffir AAankum sayyiatikum wayaghfir lakum waAllahu thoo alfadli alAAatheemi

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALlah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan . Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [ QS Al Anfaal (8) ayat 29 ]

Diberikan Furqaan artinya orang yang bertaqwa itu dapat membedakan yang baik dan yang buruk; yang haq dan yang bathil. Bila mereka dapat membedakan yang baik dan yang buruk, maka mereka dapat memilih berbuat yang baik saja. Dengan berbuat yang baik, pasti akan menghasilkan atau membuahkan kebaikan pula yang lebih baik. Melakukan penelitian (riset) dengan baik, pasti akan menghasilkan temuan (inovasi) yang baik pula, yang dapat berguna untuk dirinya sendiri (yang berupa hak paten) atau bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Orang yang beriman dan bertaqwa itu pasti tidak mengalami kekuatiran dan kesedihan, karena yang dilakukan orang bertaqwa itu selalu menghasilkan atau membuahkan kebaikan dan keuntungan. Tidak mungkinlah mereka merasa kuatir dan bersedih hati sebagaimana yang disampaikan dalam QS Yunus (10) ayat 62-63.

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُون

Ala inna awliyaa Allahi la khawfun AAalayhim wala hum yahzanoona

Allatheena amanoo wakanoo yattaqoona

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.

Sungguh sangat luar biasa bahwa orang-orang bertaqwa itu diberikan solusi atau jalan keluar dan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Bagaimana tidak ? Mereka berbuat kebaikan dimana-mana, memberikan infak dimana-mana, tidak pernah marah dan selalu mudah memberi maaf kepada siapapun. Alangkah sangat indahnya wajah orang yang benar-benar Islam. Mereka pasti di berikan pertolongan dimana-mana karena kebaikan mereka. Siapa menebar kebaikan pasti akan menuai kebaikan pula.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

……………………………………… waman yattaqi Allaha yajAAal lahu makhrajan

Wayarzuqhu min haythu la yahtasibu waman yatawakkal AAala Allahi fahuwa hasbuhu inna Allaha balighu amrihi qad jaAAala Allahu likulli shayin qadran.

……………………………………….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [QS Ath Thalaaq (65) ayat 2-3]

Dan yang paling luar biasa bagi orang yang bertaqwa adalah tempatnya adalah Jannah dan sungai-sungai yang merupakan tempat yang disenangi nanti setelah kembali di sisi Allah Tuhan yang berkuasa.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ

فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ

Inna almuttaqeena fee jannatin wanaharin

Fee maqAAadi sidqin AAinda maleekin muqtadirin

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,

di tempat yang disenangi [1442] di sisi Tuhan Yang Berkuasa. [QS Al Qamar (54) ayat 54-55]

Sungguh, tidakkah kita berusaha untuk mencapai tingkat taqwa sehingga Allah memudahkan jalan keluar, rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan sehingga tidak ada kekuatiran dan kesedihan? Marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.

Wa llahu ‘alam bish shawab.