Sabtu, 20 September 2008

Manajemen Diri Dalam Perspektif Islam

Setiap orang harus mempunyai tujuan dalam hidupnya. Apakah kita sudah mempunyai tujuan dalam hidup ini ? Kenapa kita harus mempunyai tujuan (goal) ? Allah saja dalam menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar [QS Al Jaatsiyah (45) ayat 22]. Kita harus meniru sifat-sifat Allah. Kalau Allah saja mempunyai tujuan, maka kita harus menentukan tujuan agar kita tahu arah yang harus dituju atau dicapai dalam hidup kita.

Setelah menetapkan tujuan dengan benar sesuai dengan situasi dan kondisi setiap orang, maka tentunya kita juga harus membuat suatu rencana hari esok dalam hidup kita. Apakah Allah juga mempunyai rencana-rencana yang lebih baik ? Allah berfirman Dan Akupun membuat rencana dengan sebenar-benarnya” [QS Ath Thaariq (86) ayat 16]. Allah juga membuat rencana kenapa kita tidak ? Kita harus juga membuat rencana-rencana ( planning) dalam hidup kita agar dapat mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan.

Rencana- rencana yang telah dibuat, perlu disiapkan segala sesuatunya untuk menyongsong hari esok. Rencana itu tidak akan berhasil tanpa ada sesuatu yang dipersiapkan. Kalau kita ingin lulus ujian misalnya, maka perlu dibuat rencana-rencana kapan harus belajar dan buku-buku dan peralatan tulis apa yang harus dibutuhkan. Buku-buku yang akan dipelajari dan peralatan tulis harus dipersiapkan dengan baik. Sehingga pada saat kita belajar, semua sudah tersedia dengan baik dan kelulusan ujian yang menjadi tujuan kita pasti akan tercapai. Kalau tidak tercapai bukan karena Allah tetapi karena dirimu sendiri yang belum optimal dalam melaksanakan rencana-rencan yang sudah ditetapkan. “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri,…..” [QS Asy Syuura (42) ayat 30]

Allah juga mengingatkan kita bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk hari esok. Segala sesuatu apapun, kalau tidak disiapkan dengan baik, pasti akan terjadi kesulitan atau kesukaran pada saat melaksanakan sesuatu itu di kemudian hari. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS Al Hasyir (59) ayat 18].

Setelah rencana dan segalanya telah dipersiapkan, maka selanjutnya adalah mengatur (organizing). Langit dan bumi serta segala sesuatunya diantaranya, pasti akan terjadi kesimpang siuran, kalau tidak diatur oleh Allah.. Mestinya malam akan jadi siang. Waktunya siang bekerja, tiba-tiba jadi malam waktunya untuk tidur. Planet-planet juga akan saling bertubrukan kalau jalannya tidak datur oleh Allah. “Sesungguhnya Allah kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan….” [QS Yunus (10) ayat 3] Rencana-rencana itu pun harus diatur. Rencana mana yang harus didahulukan dan siapa yang melaksanakannya.

Selanjutnya siapa yang diberikan tanggung jawab harus menjalankan (actuating) rencana yang telah ditetapkan. Rencana itu tidak akan ada artinya bila rencana itu dijalankan.

Untuk menjalankan rencana agar mencapai tujuan yang diinginkan, maka kita hendaknya berusaha berkerja dengan optimal [QS Az Zumar (39) ayat 39]. Artinya, ketika kita mampu mengangkat 100 Kg, maka angkatlah 100 Kg. Jangan mengangkat hanya 10 Kg. Hendaklah berusaha bagi orang-orang yang bekerja [QS Ash Shaaffaat (37) ayat 61. Artinya ketika bekerja janganlah hanya sekedar bekerja tetapi berusahalah dengan penuh semangat. Kita juga harus bekerja, bekerja dan bekerja [QS Alam Nasyrah (94) ayat 7].

Nah, sekarang ketika bekerja kita harus mengawasi diri kita sendiri apakah pekerjaan kita ini sesuai dengan rencana atau tidak agar dapat mencapai tujuan kita. Pekerjaan kita akan dilihat oleh Allah [QS At Taubah (9) ayat 105), oleh karena itu kita harus menghitung-hitung apakah pekerjaan kita ini sudah benar dan sesuai dengan rencana dan tujuan kita.

Suatu saat kita memang perlu menghitung-hitung (meng-hisab) apakah pekerjaan kita ini sudah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Allah saja juga akan meng-hisab diri kita pada saat kita akan dibangkitkan.” kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” [QS Al Ghaasyiyah (88) ayat 26]. Maka kita juga harus meng-hisab kita dan pekerjaan kita sebelum dihisab oleh Allah. Dengan demikian diharapkan tujuan (goal) kita dalam hidup ini dapat tercapai dengan baik. Wa llahu ‘alam bish shawab.

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (2)

Tiupan sangkakala yang pertama terdapat dua jenis tiupan.Yang pertama, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini binasa atau mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah [QS Az Zumar (39) ayat 68]. Artinya pada saat pertama sangkakala ditiup, tidak semuanya binasa atau mati tetapi ada yang masih hidup. Yang kedua, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi hancur [QS Al Haaqqah (69) ayat 13-16]. Artinya segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88].

Jadi sangkakala ditiupkan bukan berarti pada saat kehancuran alam semesta saja tetapi juga pada saat kematian seseorang atau sebagian penduduk langit dan bumi.

Nah, sekarang apa yang terjadi ? Dimanakah mereka yang binasa atau mati itu berada ? Ruh mereka berada di alam barzakh.

Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” [QS Al Mu’minuun (23) ayat 99-100]

Pada saat di alam barzakh, ruh mereka diperlihatkan jannah dan nâr. Bagi ruh yang jahat atau buruk akan diperlihatkan nâr pagi dan petang [QS Al Mu’min (40) ayat 46]. Berapa lama ruh tinggal di alam barzakh ? Ruh mereka tinggal di alam barzakh sampai mereka dibangkitkan. Di alam barzakh tidak dikenal ruang dan waktu, sehingga ruh mereka dapat melihat jannah dan nâr.

Kemudian ditiup sangkakala itu ditiupkan sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [QS Az Zumar (39) ayat 68]. ]. Kapan sangkakala itu ditiupkan yang kedua kali ? Apakah harus menunggu hancurnya langit dan bumi (alam semesta) ? Ternyata tidak ! Ternyata sangkakala kedua ditiupkan juga ketika kehancuran sebagian penduduk langit dan bumi. Lihat dan simak ayat dalam Surat Az Zumar (39) ayat 68.

Ruh, di alam barzakh, dibawa ke hadapan Tuhan dengan berbaris (QS Al Kahfi[18] ayat 48). Ruh dan malaikat bershaf-shaf dan tidak berkata-kata(QS An Naba’[78] ayat 38). Tiap-tiap diri (ruh) didampingi oleh malaikat sebagai saksi (QS Qaf[50] ayat 21).Mereka dikumpulkan semua [QS Al Kahfi (18) ayat 99].

Dan terang benderanglah bumi dengan cahaya Ilahi. Kemudian diberikanlah mereka sebuah “buku” dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi diberikan keputusan diantara mereka dengan adil ,sedang mereka tidak dirugikan [QS Az Zumar (39) ayat 69].

Buku itu ada yang namanya “Illiyyin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 18] yang diterima dengan tangan kanan. Mereka yang menerima buku itu (Illiyyin) termasuk golongan yang berada dalam kehidupan yang di ridhai Allah. Sedang buku yang lainnya namanya “Sijjin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 7], yang diterima dengan tangan kiri. Mereka yang menerima buku “Sijjin” ini termasuk golongan yang menyesali perbuatannya.

Dan setiap jiwa (ruh, diri) membayar atau memenuhi apa yang mereka telah kerjakan dan Dia (Allah) lebih mengetahui apa yang dikerjakan mereka. [QS Az Zumar (39) ayat 70]. Barang siapa yang berat timbangannya, mereka akan mendapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, mereka akan mendapatkan kerugian [QS Al Mu’minuun (23) ayat 102-103].

Setelah di hisab, kemudian ruh (jiwa, diri) dipertemukan dengan tubuhnya (and when the souls shall be joined with their bodies ) [QS At Takwiiir(81) ayat 7]. Ruh itu kemudian dibangkitkan atau dihidupkan kembali dengan badan atau tubuh. Ini berarti badan atau tubuh seperti kita ini. Lha, kalau badan seperti kita ini, maka tentunya dilahirkan kembali atau dibangkitkan di bumi seperti yang kita diami ini. Jannah dan nâr berarti juga di bumi.

Di bangkitkan di bumi, karena sangkakala pertama yang ditiupkan itu tidak mengancurkan seluruh penduduk langit dan bumi (alam semesta). Jadi kebangkitan atau kelahiran kembali ini tidak menunggu kehancuran penduduk langit dan bumi (alam semesta).

Bagaimana prosesnya ruh itu dipertemukan dengan tubuh atau badan. Prosesnya seperti penciptaan keturunan manusia seperti dalam Al Qur’an surat As Sajdah (32) ayat 8-9.

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina, kemudian Dia (Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh -Nya dan Dia (Allah) menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

Ruh (jiwa, diri) itu tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan tubuhnya yang lama atau tubuh sebelumnya. Coba perhatikan ayat Al Qur’an berikut ini,

Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kembali (kelak) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.” [QS Al Waaqi’ah (56) ayat 60-61] Dalam bahasa Inggris, dapat dibaca sebagai berikut;

We have decreed death to you all, and We are not unable, To transfigure you and create you in (forms) that you know not.

Dengan demikian manusia itu diciptakan lagi atau dilahirkan kembali (dibangkitkan) dengan rupa (bentuk roman) yang tidak sama dengan sebelumnya. Jadi tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan bentuk tubuh sebelumnya atau yang lama. Kalau ruh itu banyak dosanya, maka akan dipertemukan dengan tubuh yang cacat atau tubuh yang menderita. Dan kalau ruh itu banyak amalnya, maka akan dipertemukan dengan tubuh atau badan

Perhatikan ayat dalam Al Qur’an surat Al Mu’minuun (23) ayat 104 dalam bahasa Inggris.

“The Fire will burn their faces, and they will therein grin, with their lips displaced.”

Artinya, Nâr (di bumi) akan membakar wajah mereka dan mereka menyeringai dengan bibir yang cacat.

Nâr itu pasti berada di bumi. Kalau nâr itu sungguh merupakan api yang menyala-nyala, tidak perlu orang itu dicacatkan lagi. Dengan dimasukkan kedalam api yang menyala-nyala, pasti akan hancur lebur jadi debu seperti orang dikremasi.

Wa llahu alam bish shawab.

Jumat, 12 September 2008

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (1)

Pada saat sangkakala ditiupkan pertama kali [QS Al Haaqqah(69) ayat 13], maka diangkatlah bumi dan gunung-gunung sehingga hancur [QS Al Haaqqah(69) ayat 14]. Pada hari ini terjadi bencana keruntuhan atau kehancuran 1) [ QS Al Haaqqah(69) ayat 15]. Langit menjadi lemah dan terbelah [QS Al Haaqqah(69) ayat 16]. Kehancuran bumi dan langit (alam semesta) pasti terjadi. Penciptaan langit dan bumi telah ditentukan periode ‘ajalnya atau waktunya [QS Al Ahqaaf (46) ayat 3]. Tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88]. Artinya seluruh alam semesta akan binasa atau hancur. Apakah itu manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan, bermilyar bintang atau planet, bermilyar Nebula atau Gucci semuanya akan hancur. Yang ada, hanya Dia yang maha besar, yaitu Allah.
Apakah tiupan sangkakala pasti menunjukkan adanya kehancuran alam semesta dan semua binasa kecuali wajah Allah ? Mungkin tidak. Marilah kita simak dan cermati ayat-ayat al Qur’an sebagai berikut :
Az-Zumar (39)
-Ayat 68-
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُم قِيَامٌ يَنظُرُونَ
Wanufikha fee alssoori fasaAAiqa man fee alssamawati waman fee alardi illa man shaa Allahu thumma nufikha feehi okhra faitha hum qiyamun yanthuroona

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.

An Naml (27)
-Ayat 87-
وَيَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
Wayawma yunfakhu fee alssoori fafaziAAa man fee alssamawati waman fee alardi illa man shaa Allahu wakullun atawhu dakhireena

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri’.

Dari ayat 68 surat Az Zumar (39) diatas dapat dijelaskan bahwa ketika ditiup sangkkala itu ternyata masih ada yang tidak binasa atau tidak mati, baik di bumi maupun yang di langit. Ini mengindikasikan bahwa ketika sangkakala ditiup masih ada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup. Demikian juga bintang dan planet yang dilangit juga masih hidup, artinya belum hancur. Dari ayat 87 surat An Naml (27) juga dapat dijelaskan bahwa ketika sangkakala ditiup itu masih ada makhluk yang tidak terkejut.
Nah, sangkkala ini ditiup tidak mesti berkaitan dengan kehancuran alam semesta, tetapi bisa jadi juga terjadi sebelum hari kehancuran alam semesta. Kalau begitu, kapan sangkkala ditiup sebelum hari kehancuran alam semesta ? Ketika sangkakala ditiup, terjadilah gempa bumi di laut dekat wilayah Aceh sehingga terjadi tsunami (sebagai contoh). Siapakah yang terkejut [QS An Naml(27) ayat 87] ? Dan siapa yang mati atau binasa ? Yang terkejut hanya orang-orang , hewan dan tumbuhan di wilayah Aceh dan sekitarnya serta wilayah di Thailand. Demikian pula yang mati dan meninggal tidak di seluruh alam semesata tetapi hanya di daerah atau wilayah tertentu saja. Artinya, terkejut adalah orang berlarian tidak tentu arah untuk menghindari tsunami, tidak tahu sanak keluarga, yang penting bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Ia sudah merasa menggendong anaknya, ternyata yang digendong adalah guling. Sedang yang berada di sebagaian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi tidak terkejut dan tidak mati atau binasa terkena gempa atau tsunami. Ini menunjukan bahwa walaupun ditiup sangkakala, tidak semuanya yang di bumi dan di langit terkejut dan juga tidak semuanya mati atau binasa. Tiupan sangkakala yang pertama ini menunjukkan kebinasaan atau kematian secara kolosal. Apakah setiap kematian seseorang juga ditiupkan sangkakala yang pertama. Bisa jadi, karena pada saat sangkakala ditiup, maka pada saat itu bisa jadi beribu-ribu orang meninggal atau binasa. Sebagai contoh, seperti yang disampaikan Dr Robert Kim Farley bahwa berdasarkan hasil penelitian (WHO, 1998) bahwa setiap tahun lebih dari 3,5 juta orang meninggal karena merokok, atau rata-rata ada 10.000 kematian per hari. (http://www.suaramerdeka.com/). Di Indonesia menurut laporan Badan Khusus Pengendalian Tembakau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (TCSC- IAKMI) diperkirakan 427.948 kematian pertahunnya atau dalam sehari ada sekitar 1.172 orang meninggal karena rokok. (http://www.dakwatuna.com/ ). Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setiap hari terdapat 28.000 orang mati karena kelaparan.(http://www.kabarindonesia.com/). Dalam catatan UNFPA, diperkirakan pada setiap tahun, sekitar 500.000 perempuan di dunia meninggal karena gangguan-gangguan yang berkaitan dengan kehamilan. Jika dihitung per-hari, maka setiap hari, sebanyak 1500 perempuan meninggal karena gangguan kehamilan.(http://www.rahima.or.id/). Belum lagi orang yang meninggal disebabkan perang atau penyakit jantung, kangker, liver dan lain-lain. Bisa jadi yang meninggal atau binasa pada suatu saat itu beribu-ribu orang-orang, hewan dan tumbuh-tumbuhan serta bintang maupun planet yang telah menjadi meteor.
Wa llahu ‘alam bish shawab.
1)(al waaqi’ah =bencana, keruntuhan)

Minggu, 07 September 2008

Bagaimana Untuk Dapat Mencapai Derajat Taqwa ?

Banyak orang mungkin bertanya, bagaimana caranya agar dapat mencapai derajat taqwa. Sangat mudah sebenarnya, yaitu melatih diri untuk melaksanakan kriteria-kriteria orang yang bertaqwa. Secara teori memang gampang atau sangat mudah, tetapi dalam praktek sangatlah tidak mudah. Pelaksanaan kriteria taqwa ini tidak berkaitan dengan pikiran tetapi menyangkut masalah hati. Misalnya, belajar memberikan infaq. Kita sudah tahu bahkan mengerti bahwa kalau memberikan infaq, maka infaq itu akan dikembalikan lagi kepada kita berlipat ganda. Perumpamaan infaq yang dikeluarkan oleh orang-orang yang meng-infaq-kan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui [QS Al Baqarah (2) ayat 261]

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Mathalu allatheena yunfiqoona amwalahum fee sabeeli Allahi kamathali habbatin anbatat sabAAa sanabila fee kulli sunbulatin miatu habbatin waAllahu yudaAAifu liman yashao waAllahu wasiAAun AAaleemun

Apakah hati kita tergerak untuk memberikan infaq, belum tentu kenyataannya. Mungkin hati kita akan berkata bahwa sayang kalau uang kita digunakan infaq. Lebih baik digunakan untuk membeli yang lain yang akan memuaskan keinginan kita. Nah, bagaimana untuk menggugah hati kita sehingga kita mudah memberi kepada orang lain, menahan marah, mudah memaafkan kesalahan orang lain, tepat waktu shalat dan lain sebagainya.

Ada cara yang manjur, yang disampaikan oleh Allah dalam QS Al Baqarah (2) ayat 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ya ayyuha allatheena amanoo kutiba AAalaykumu alssiyamu kama kutiba AAala allatheena min qablikum laAAallakum tattaqoona

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Puasa itu di perintahkan kepada orang-orang beriman oleh Allah agar orang-orang yang beriman itu menjadi orang-orang yang bertaqwa. Puasa dalam Islam bermacam-macam. Puasa Ramadhan (puasa dalam bulan Ramadhan), Puasa Daud (puasa sehari buka sehari), Puasa Senin-Kamis, Puasa Kifarat (puasa karena telah melakukan pelanggaran), Puasa Putih (puasa setiap bulan pada tanggal 13,14 dan 15 menurut penanggalan hijri), Puasa Syawal (puasa enam hari dalam bulan Syawal) dan lain sebagainya.

Ramadhan mempunyai arti membakar atau mengasah. Artinya pada bulan Ramadhan digunakan untuk mengasah hati melalui puasa agar hati tidak menjadi keras tetapi menjadi lemah lembut. Sehingga nanti pada saat kembali kepada Tuhan, maka Tuhan memanggil kita dengan panggilan yang indah.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

وَادْخُلِي جَنَّتِي

Ya ayyatuha alnnafsu almutmainnatu

IrjiAAee ila rabbiki radiyatan mardiyyatan

Faodkhulee fee AAibadee

Waodkhulee jannatee

Hai jiwa yang tenang.

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

masuklah ke dalam syurga-Ku.

Dengan puasa, orang dapat mengendalikan diri dalam kebutuhan-kebutuhan kelezatan jasmani yang mendasar (makan, minum dan seks). Puasa merupakan perang yang sangat dahsyat, perang melawan atau mengendalikan hawa nafsu. Mengendalikan nafsu amarah sehingga dapat menahan nafsu. Dengan puasa hati menjadi lembut, sehingga tergerak untuk membantu orang miskin dan anak yatim piatu. Dengan puasa, kita dapat mengendalikan diri untuk melaksanakan apa yang diperintah oleh Allah dan menjahui larangan-larangan-Nya.

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Sabtu, 06 September 2008

Janji Allah Terhadap Orang Yang Bertaqwa

Apakah ada untungnya bagi orang bertaqwa ? Kalau dilihat salah satu kriteria orang yang bertaqwa, secara logika banyak untungnya. Misalnya, kriteria orang bertaqwa itu adalah berbuat kebajikan. Bagi orang yang berbuat baik atau berbuat kebajikan, tentunya mereka melakukan sesuatu pasti dengan baik. Mereka belajar dengan baik, bekerja dengan baik, berusaha dengan baik, berdagang dengan baik, berjualan dengan baik dan lain sebagainya, pasti akan membuahkan kebaikan. Sebagai contoh, bila mereka belajar dengan baik pasti hasilnya lulus ujian dengan baik. Bila mereka bekerja dengan baik, pasti mereka akan mendapatkan posisi atau promosi jabatan yang baik. Bila mereka berusaha, berdagang dan berjualan dengan baik, pasti akan memperoleh keuntungan dengan baik. Kalau mereka berbuat baik dengan orang lain, pasti orang itu akan berbuat baik juga dengan mereka.

Nah, bagaiman janji Allah dalam Al Qur’an bagi orang-orang yang bertaqwa ? Apakah Allah menepati janji-Nya ? Pasti Allah tidak akan pernah melanggar janji-Nya [QS Ali Imran (3) ayat 194 ] “Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."

Janji Allah terhadap orang yang bertaqwa dapat disimak dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut :

يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Ya ayyuha allatheena amanoo in tattaqoo Allaha yajAAal lakum furqanan wayukaffir AAankum sayyiatikum wayaghfir lakum waAllahu thoo alfadli alAAatheemi

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALlah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan . Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [ QS Al Anfaal (8) ayat 29 ]

Diberikan Furqaan artinya orang yang bertaqwa itu dapat membedakan yang baik dan yang buruk; yang haq dan yang bathil. Bila mereka dapat membedakan yang baik dan yang buruk, maka mereka dapat memilih berbuat yang baik saja. Dengan berbuat yang baik, pasti akan menghasilkan atau membuahkan kebaikan pula yang lebih baik. Melakukan penelitian (riset) dengan baik, pasti akan menghasilkan temuan (inovasi) yang baik pula, yang dapat berguna untuk dirinya sendiri (yang berupa hak paten) atau bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Orang yang beriman dan bertaqwa itu pasti tidak mengalami kekuatiran dan kesedihan, karena yang dilakukan orang bertaqwa itu selalu menghasilkan atau membuahkan kebaikan dan keuntungan. Tidak mungkinlah mereka merasa kuatir dan bersedih hati sebagaimana yang disampaikan dalam QS Yunus (10) ayat 62-63.

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُون

Ala inna awliyaa Allahi la khawfun AAalayhim wala hum yahzanoona

Allatheena amanoo wakanoo yattaqoona

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.

Sungguh sangat luar biasa bahwa orang-orang bertaqwa itu diberikan solusi atau jalan keluar dan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Bagaimana tidak ? Mereka berbuat kebaikan dimana-mana, memberikan infak dimana-mana, tidak pernah marah dan selalu mudah memberi maaf kepada siapapun. Alangkah sangat indahnya wajah orang yang benar-benar Islam. Mereka pasti di berikan pertolongan dimana-mana karena kebaikan mereka. Siapa menebar kebaikan pasti akan menuai kebaikan pula.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

……………………………………… waman yattaqi Allaha yajAAal lahu makhrajan

Wayarzuqhu min haythu la yahtasibu waman yatawakkal AAala Allahi fahuwa hasbuhu inna Allaha balighu amrihi qad jaAAala Allahu likulli shayin qadran.

……………………………………….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. [QS Ath Thalaaq (65) ayat 2-3]

Dan yang paling luar biasa bagi orang yang bertaqwa adalah tempatnya adalah Jannah dan sungai-sungai yang merupakan tempat yang disenangi nanti setelah kembali di sisi Allah Tuhan yang berkuasa.

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ

فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍ

Inna almuttaqeena fee jannatin wanaharin

Fee maqAAadi sidqin AAinda maleekin muqtadirin

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,

di tempat yang disenangi [1442] di sisi Tuhan Yang Berkuasa. [QS Al Qamar (54) ayat 54-55]

Sungguh, tidakkah kita berusaha untuk mencapai tingkat taqwa sehingga Allah memudahkan jalan keluar, rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan sehingga tidak ada kekuatiran dan kesedihan? Marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Apakah kita termasuk orang yang bertaqwa ?

Pada suatu saat kita mungkin telah melakukan shalat dengan giat-giatnya. Apalagi pada saat bulan puasa, kita melaksanakana shalat wajib, shalat rawatib, shalat tarawih, shalat tahajud, shalat hajat, shalat dhuha dan shalat-shalat sunnah lainnya. Bahkan pergi umrah agar dapat puasa dan shalat di Mekkah dan Madinah. Bahkan telah memakai gamis dan surban untuk penutup kepala, celana yang dipakai hanya sampai diatas mata kaki. Menggunakan siwak untuk menggosok gigi. Tidak pula memakan dan menggunakan barang yang haram. Sungguh sangat luar biasa ! Apakah yang sudah kita perbuat ini sudah termasuk orang-orang yang bertaqwa ? Apakah ini sudah termasuk taqwa yang diperintahkan Allah sebagaimana dalam QS Ali Imran (3) ayat 102.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Ya ayyuha allatheena amanoo ittaqoo Allaha haqqa tuqatihi wala tamootunna illa waantum muslimoona

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam atau orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan“.

Perintah bertaqwa kepada manusia dan orang yang beriman, kurang lebih sebanyak 70 (tujuh puluh) ayat di dalam Al Qur’an. Ini menunjukkan bahwa bertaqwa itu sangatlah penting dan bermanfaat dalam kehidupan di dunia ini maupun kehidupan di hari kemudian.
Banyak orang yang mengartikan bahwa taqwa itu adalah takut kepada Allah atau melaksanakan perintah Allah dan menjahui larangan-larangan-Nya. Definisi ini tentunya tidak salah tetapi kurang membumi atau tidak terlalu jelas bagi orang-orang Muslim yang awam. Sebenarnya pengertian taqwa itu mempunyai kriteria-kriteria yang sudah dijelaskan oleh Allah dengan gamblang atau secara jelas di dalam Al Qur’an. Marilah kita cermati dan kita simak apa yang disampaikan Allah tentang orang-orang yang bertaqwa sebagaimana yang telah dijelaskan dalam QS Al Baqarah (2) ayat 2-4 dan QS Ali Imran (3) ayat 133-135.

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Thalika alkitabu la rayba feehi hudan lilmuttaqeena
Allatheena yuminoona bialghaybi wayuqeemoona alssalata wamimma razaqnahum yunfiqoona
Waallatheena yuminoona bima onzila ilayka wama onzila min qablika wabialakhirati hum yooqinoona

Kitab (Al Quraan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa ,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib , yang mendirikan shalat , dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu , serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

WasariAAoo ila maghfiratin min rabbikum wajannatin AAarduha alssamawatu waalardu oAAiddat lilmuttaqeena
Allatheena yunfiqoona fee alssarrai waalddarrai waalkathimeena alghaytha waalAAafeena AAani alnnasi waAllahu yuhibbu almuhsineena
Waallatheena itha faAAaloo fahishatan aw thalamoo anfusahum thakaroo Allaha faistaghfaroo lithunoobihim waman yaghfiru alththunooba illa Allahu walam yusirroo AAala ma faAAaloo wahum yaAAlamoona

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Dari kedua surat Al Baqarah (2) ayat 2-4 dan Ali Imran (3) ayat 133-135 dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang bertaqwa itu mempunyai criteria antara lain sebagai berikut :

1. mereka yang beriman kepada yang ghaib ,
2. yang mendirikan shalat ,
3. dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telahditurunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu
5. serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .
6. orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
7. dan orang-orang yang menahan amarahnya
8. dan mema'afkan (kesalahan) orang.
9. orang-orang yang berbuat kebajikan.
10. dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

Nah, sekarang pertanyaannya apakah kita sudah termasuk orang-orang yang bertaqwa ? Apakah kita sudah menafkahkan rezeki kita baik diwaktu lapang maupun sempit ? Apakah kita sudah dapat menahan amarah terhadap istri atau suami kita atau terhadap anak-anak kita ? Apakah mereka yang melakukan kekerasan atau menganiaya orang, itu sudah termasuk orang-orang yang bertaqwa ? Saya yaqin belum ,karena mereka belum dapat menahan amarah dan tidak berbuat kebajikan. Apakah mereka yang menyerang orang, itu sudah termasuk orang-orang yang bertaqwa ? Saya yaqin belum, karena belum dapat menahan amarah, belum berbuat kebajikan dan belum dapat memaafkan kesalahan orang lain.
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Jumat, 05 September 2008

Perang Dalam Perspekstif Islam

Para orientalis pasti tidak akan dapat menunjukkan bahwa Islam disebarkan dengan kekuatan dan kekerasan, bila mereka melakukan penelitian secara jujur dan tidak tendensius atau memang ingin menjelek-jelekan Islam. Sebab tidak ada satu ayatpun dalam al Qur’an yang terjadi pada diawal sejarah Islam yang menyatakan bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Peperangan di dalam Islam tidak dimaksudkan untuk menggiring dan memaksa manusia masuk Islam. Tidak ada paksaan dalam beragama [QS Al Baqarah (2) ayat 256]
Pada saat Islam masih belum kuat, di Mekkah, orang Islam selalu dihalang-halangi untuk melaksanakan syariat Islam, dilempari batu, di siksa dan dibunuh [QS Ali Imran (3) ayat 195]. Sehingga akhirnya, orang Muslim hijrah ke Madinah. Di Madinah, tentunya umat Islam mempersiapkan diri apabila terdapat serangan-serangan dari pihak kaum Musrikin. Persiapan ini diabadikan dalam ayat QS Al Anfaal (8) ayat 60 sebagai berikut :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”
Dalam Al Quran, umat Islam diminta untuk siap untuk menghadapi kekuatan apapun. Tetapi tidak melakukan terror atau ancaman. Umat Islam tidak boleh menyerang, ketika musuh tidak menyerang sebagaimana dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 194.
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”
Setelah Islam pada posisi sudah kuat, kaum Muslim kembali ke Mekkah dengan damai. Tidak ada pembalasan dendam. Tidak ada perang. Kemudian dibuat perdamaian antara kaum Muslimin dan kaum Musrikin. Ini menunjukkan toleransi yang sangat tinggi. Artinya kaum Muslim tidak akan menyembah apa yang disembah kaum Musrikin [QS Al Kaafiruun (109) ayat 2). Dan kaum Musrikin tidak menyembah apa yang kaum Muslim sembah [QS Al Kaafiruun (109) ayat 3]. Dan untukmu agamamu dan untukkulah, agamaku [QS Al Kaafiruun (109) ayat 6].
Pecah perang terjadi karena kaum Musrikin merasa posisi keagamaan (agama paganistik) mereka terancam dengan hadirnya agama yang dibawa Muhammad di Mekkah dan mempengaruhi arus perdagangan mereka antara Mekkah dan Syam.
Islam mempunyai konsep perang yang sangat jelas. Tidak seperti yang dituduhkan atau yang digembar-gemborkan oleh para orientalis kepada Islam. Perang itu dimulai dengan pemutusan hubungan dengan orang-orang musrik [QS At taubah (9) ayat 1]. Pemutusan hubungan dengan orang-orang musrik (musrikin), dikarenakan
(1) musrikin telah mengingkari perjanjian,
(2) tidak memelihara kekerabatan dan melampau batas serta
(3) berbuat fasik [QS At Taubah (9) ayat 8].
Perjanjian itu dikembalikan kepada mereka dengan jujur, bila kuatir terjadi pengkhianatan (QS Al Anfaal (8) ayat 58]. Bagi musrikin yang menghalang-halangi muslimin shalat dan memusuhinya serta mengancam keselamatan jiwa orang Muslim, bunuhlah mereka (musrikin), tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah mereka [QS At Taubah (9) ayat 5], kecuali
(1) musrikin yang telah mengadakan perjanjian dan tidak memusuhi muslimin [QS At Taubah (9) ayat 4],
(2) orang musrik yang meminta perlindungan [QS At Taubah (9) ayat 6], dan
(3) orang musrik yang berlaku lurus kepada orang muslim [QS At Taubah (9) ayat 7].
Tidak sangat beralasan, bila orientalis mengatakan Islam membunuh tanpa alasan. Diizinkan perang bagi orang Muslim yang diperangi. Diizinkan perang itu karena pada hakikatnya orang Muslim yang diperangi itu telah dianiaya [QS Al Hajj (22) ayat 39]. Agar jangan mudah dianiaya, orang-orang Muslim harus bersiap siaga dan waspada.
Apakah orang Muslim tidak boleh siap siaga ? Tidak boleh waspada ? Apakah hanya orang kafir saja yang harus siap siaga ? Muslim harus tetap waspada dan jangan terpedaya [QS Ali Imran (3) ayat 196] dan selalu bersiap siaga [ QS Ali Imran (3) ayat 200] terhadap serangan orang-orang kafir atau orang musrik.
Orang Muslim diperintahkan perang dalam QS At Taubah (9) ayat 29, terhadap kaum Musrik yang melanggar perjanjian dan memusuhi orang Muslim. Bagi orang Musrik yang masih mengadakan perjanjian dan tidak memusuhi orang Muslimin tidak diperintahkan untuk diperangi sebagaimana telah dijelaskan diatas.
Sehingga dalam Surat At Taubah ini tidak dimulai dengan Basmalah ( Dengan Nama Allah yang maha pengasih dan penyayang). Karena perang tidak ada kasih sayang. Kalau dalam peperangan, umat Islam boleh membunuh atau memancung batang leher orang kafir. Dan orang kafir boleh dijadikan tawanan dan sesudah itu boleh dibebaskan setelah perang berakhir dan setelah memberikan tebusan (Surat Muhammad ( 47 ) ayat 4 ). Kenapa harus memancung leher, ya memang belum ada senapan. Tatapi kalau sekarang tentunya membunuh seseorang (dalam waktu perang) harus dengan baik, tidak melakukan penganiayaan. Menganiaya itu lebih kejam dari pembunuhan (Surat Al baqarah (2) ayat 217). Dalam hadits sahih Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang disembelihnya “.
Untuk mengerti dan memahami Al Qur’an haruslah mempelajarinya secara menyeluruh. Jangan seperti orang buta mendefinisikan gajah. Kalau yang dipegang kakinya, gajah itu seperti pilar. Kalau yang dipegang buntutnya (ekornya), gajah itu seperti cambuk dan kalau gajah itu dipegang perutnya, maka gajah itu seperti beduk. Tidak dapat mendefinisikan atau memahami gajah secara utuh dan benar. Jangan mempelajari sepotong-potong ayat. Sebab Al Qur’an bukan Novel atau buku Cerita yang yang runtut untuk dibaca. Tetapi al Qur’an adalah kumpulan-kumpulan firman Allah. Al Qur’an itu untuk sepanjang masa, sehingga pasti sesuai dengan perkembangan zaman dan Al Qur’an itu adalah untuk dieksplorasi dan untuk dipikirkan sesuai dengan perintah Allah [QS Al Hasyr (59) ayat 21]. Wa llahu ‘alam bish shawab.