Di zaman Rasulullah, 1500 tahun yang lalu, kaum mukmin bergemuruh. Ada yang berlari. Ada yang berkuda. Adapula yang menunggang unta. Kita pasti dapat membayangkan pada waktu Rasulullah memberi semangat dan mengacung-ngacungkan telunjuk, memberikan perintah dengan gagahnya diantara kaum mukminin. Beliau berada diatas punggung kuda diantara debu berterbangan dan suara tapal kuda yang menyentuh bebatuhan. Pada waktu itu kaum mukminin berperang dengan orang kafir. Kaum mukminin menyerang dengan gegap gempita itu bukan tidak beralasan tetapi karena kaum mukminin diserang, diserbu dan dimusuhi oleh orang-orang kafir. Suasana perang dan penyerbuhan ketengah-tengah orang kafir pada pagi hari itu digambarkan dengan kata-kata yang indah dan puitis dalam QS Al ‘Aadiyaat[100] ayat 1-5
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan ,
dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
maka ia menerbangkan debu,
dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
Nah, kenapa kita tidak meneladani Rasul dan kaum mukminin. Mereka bersemangat dan gegap gempita mengikuti perintah Allah dan Rasul-nya. Meskipun perintah Allah dalam QS An Nisaa’[4] ayat 84 tentang “……Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin…”,
وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ
(Incite and raise the believers)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar