Rabu, 30 Juli 2008

Seperti Apa Orang Berfikir Tentang Kebangkitan ? (Terakhir)

Perumpamaan Kebangkitan Setelah Kehancuran Alam Semesta
Tujuh langit dan tujuh bumi (alam semesta) pasti akan mengalami kehancuran, karena penciptaan langit dan bumi telah ditentukan periode waktunya (‘ajal ) sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al Ahqaaf [46] ayat 3. Kehancuran alam semesta ini digambarkan oleh Allah dalam Al Qur’an. Langit digulung seperti lembaran-lembaran kertas sebagaimana penciptaan awal langit dan bumi diciptakan pertama kali (QS Al Anbiyaa’[21] ayat 104). Langit menjadi seperti luluhan perak (QS Al Ma’aarij[70] ayat 8). Akibatnya langit terbelah, bintang-bintang jatuh berserakan, lautan meluap, kuburan dibongkar (QS Al Infithaar[82] ayat 1-4); bintang-bintang dihapus, langit telah dibelah dan gunung-gunung hancur jadi debu (QS Al Mursalaat[77] ayat 8-10). Kemudian langit kembali menjadi asap seperti awal kejadiannya (QS Al Fushshilat [41] ayat 11) dan tujuh langit dan tujuh bumi kembali menjadi suatu yang padu (QS Al An biyaa’[21]ayat 30).
Ruh, di alam barzakh, dibawa ke hadapan Tuhan dengan berbaris (QS Al Kahfi[18] ayat 48). Ruh dan malaikat bershaf-shaf dan tidak berkata-kata(QS An Naba’[78] ayat 38). Tiap-tiap diri (ruh) didampingi oleh malaikat sebagai saksi (QS Qaf[50] ayat 21). Kemudian ruh dihisab dan siap dipertemukan dengan tubuh (Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan: And when the souls shall be joined with their bodies; QS At Takwiiir[81] ayat 7 ).
وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ

Kalau ruh (nafs,diri) akan dipertemukan badan (tubuh) seperti badan kita sekarang, pastilah dibangkitkan di bumi, di alam semesta ini. Bagaimana prosesnya ? [baca : Seperti Apa Orang Berfikir Tentang Kebangkitan (3)]. Nah, apakah alam semesta (tujuh langit dan bumi) akan diciptakan kembali sehingga terjadi siklus. Indikasi ini nampaknya bisa saja terjadi sebagaimana dalam QS Ibrahim[14] ayat 48.
يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
Yawma tubaddalu alardu ghayra alardi waalssamawatu wabarazoo lillahi alwahidi alqahhari
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Dan memang alam semesta (langit dn bumi) ini mesti diciptakan kembali karena untuk memberikan pembalasan kepada manusia sebagaimana dalam QS Al Jaatsiyah[45] ayat 22.

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Wakhalaqa Allahu alssamawati waalarda bialhaqqi walitujza kullu nafsin bima kasabat wahum la yuthlamoona
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan.
(Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:
And Allah has created the heavens and the earth with truth, in order that each person may be recompensed what he has earned, and they will not be wronged . )
Apakah semua ruh (nafs,diri) dikembalikan atau dibangkitkan di bumi, di alam semesta ini ? Bisa saja tidak ? Coba simak ayat dalam QS Al Fajr[89] ayat 27.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
Ya ayyatuha alnnafsu almutmainnatu
IrjiAAee ila rabbiki radiyatan mardiyyatan
Faodkhulee fee AAibadee
Waodkhulee jannatee
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku.
Jiwa-jiwa yang tenang (muthma’inah) kan langsung kembali kepada Allah tanpa dihisab bersama-sama hamba-hamba Allah di jannah. Jannah yang mana ?, Tentunya jannah di alam ruh atau alam arwah.
Banyak ayat dengan penafsiran-penafsiran berbeda, serta ada pula riwayat-riwayat dari berbagai sumber dan kualitas. Dari ayat-ayat inilah yang perlu diambil pelajaran. Menurut M Quraish Shihab, ”Penafsiran-penafsiran yang dikemukakan belum mencapai tingkat kepastian yang dapat dijadikan akidah”. Selanjutnnya beliau mengatakan, ”Adapun keterangan tentang hakikat kebangkitan, bentuk, waktu dan tempatnya, maka kesemua hal ini berada di luar tuntunan agama. Karena itu, sangat boleh jadi pembahasan para filosof dan ulama tentang soal tersebut lebih banyak didorong oleh kepentingan kepuasan penalaran akal daripada dorongan kehangatan iman”. Menurut pendapat saya boleh jadi penafsiran ini memang hanya untuk memuaskan akal pikiran, tetapi asal tidak keluar koridor iman yaitu beriman terhadap hari kebangkitan dan untuk dorongan meningkatkan iman. Wa llahu ’alam bish shawab.

Tidak ada komentar: