Selasa, 10 Februari 2009

Mengapa orang terlahir cacat atau melarat ?

Saya mempunyai seorang teman yang kafir gara-gara mempertanyakan mengapa orang terlahir cacat atau melarat. Banyak orang yang kafir alias tidak percaya Tuhan dikarenakan Tuhan itu tidak adil. Orang pintar mengatakan bahwa orang-orang yang melarat itu mempunyai kecenderungan menjadi komunis atau atheis. Tidak tahu dari mana saya harus mulai menjawab pertanyaan diatas. Kalau dijawab dengan gampang bahwa itu adalah takdir Tuhan, teman saya tetap saja mengatakan jawaban itu menunjukkan Tuhan itu tidak adil. Sebelum menjawab pertanyaan mengapa orang terlahir cacat atau melarat, kita harus memahami prinsip-prinsip sebagai patokan berfikir dalam membahas pertanyaan diatas.
1. Tuhan itu tidak berbuat zhalim
• Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. [QS Yunus (10) ayat 44]
2. Tuhan itu Maha Adil
• Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? [QS At Tiin (95) ayat 8]
• Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [ QS Al Mu’min (40) ayat 20]
• Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Ali Imran (3) ayat 18]
3. Orang itu memperoleh balasan atas hasil usahanya
• Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS An Nisaa’ (4) ayat 32]
• Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. [QS Al Baqarah (2) ayat 202]
• …… It gets every good that it earns, and it suffers every ill that it earns…..Terjemahan dari Yusuf Ali. (…Ia memperoleh setiap kebaikan dari apa yang ia usahakan dan ia menderita setiap keburukan dari apa yang ia usahakan….[QS Al Baqarah (2) ayat 286]
4. Orang yang berbuat jahat akan dibalas sesuai dengan kejahatannya. Orang yang berbuat baik akan dibalas lebih banyak dari perbuatan baiknya.
• Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik . [QS An Najm (53) ayat 31]
• Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. [QS Al Mu’min (40) ayat 40]
• Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). [QS Al An’aam (6) ayat 160]
5. Tiupan sangkakala pertama menyebabkan orang mati dan tiupan kedua menyebabkan orang dihidupkan kembali atau dibangkitkan.
• Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) [QS Az-Zumar (39) ayat 68]
6. Pada saat seseorang yang mati pun ditiupkan sangkakala
• Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. [QS Qaf (50) ayat 19-20]
7. Tiupan kedua tidak menunggu terlalu lama setelah tiupan pertama.
• Pada hari ketika tiupan pertama sangat menggemparkan (violent commotion), tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. [QS An Naazi´aat (79) ayat 6-7]
8. Dibangkitkan untuk mendengar apa yang telah diperbuatnya dan menunggu pembalasan
• Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [QS Al Mujaadilah (58) ayat 6]
• Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). [QS Yaasiin (36) ayat 12]
• Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. [QS Thaahaa (20) ayat 15]
9. Orang itu di hidupkan kembali atau di bangkitkan di bumi
• Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. [QS An Naazi´aat (79) ayat 13-14]
• Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. [QS Al A’raaf (7) ayat 25]

Nah, kalau sudah memahami prinsip-prinsip diatas, maka dapat dijelaskan bahwa apabila terjadi orang meninggal, pada saat yang bersamaan itulah sangkakala ditiupkan [QS Qaf (50) ayat 19-20] dan seiring dengan sangkakala pertama, ditiupkanlah sangkakala yang kedua [QS An Naazi’aat (79) ayat 6-7]. Pada saat orang meninggal, pastilah timbul kegemparan. Kegemparan ini tentunya berasal dari sanak-saudara dan tetangganya. Sangkakala kedua tidak perlu menunggu lama dan tidak perlu menunggu kehancuran bumi. Pada saat di tiupkan sangkakala kedua itulah manusia dibangkitkan [QS Az-Zumar (39) ayat 68]. Kebangkitan ini seseorang inipun juga tidak menunggu kehancuran bumi, karena tiupan sangkakala pertama diiringi tiupan sangkakala kedua. Sebelum dibangkitkan mereka menunggu pembalasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan di kehidupan sebelumnya. [QS Al Mujaadilah (58) ayat 6 ; QS Yaasiin (36) ayat 12 ; QS Thaahaa (20) ayat 15]. Orang yang berbuat jahat akan dibalas sesuai dengan kejahatannya. Orang yang berbuat baik akan dibalas lebih banyak dari perbuatan baiknya. [QS An Najm (53) ayat 31 ; QS Al Mu’min (40) ayat 40 ; QS Al An’aam (6) ayat 160]. Nah, sekarang orang yang meninggal itu kemudian dibangkitkan dimana ? Ia hidup di bumi dan di bumi ia mati dan di bumi pula ia dibangkitkan [QS An Naazi´aat (79) ayat 13-14 ; QS Al A’raaf (7) ayat 25]. Bagaimana keadaan orang yang dibangkitkan di bumi ini ? Apakah ia dibangkitkan atau diciptakan kembali atau dilahirkan kembali itu serupa dengan dirinya sebelum meninggal ? Coba perhatikan ayat berikut ini.

“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kembali (kelak) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.” [QS Al Waaqi’ah (56) ayat 60-61]

Atau dalam bahasa Inggris yang ditrjemahkan oleh Yusuf Ali,
“We have decreed death to you all, and We are not unable, To transfigure you and create you in (forms) that you know not.

Ternyata ia dilahirkan kembali atau diciptakan kembali dalam keadaan tidak dikenal oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain. Dengan demikian manusia itu diciptakan lagi atau dilahirkan kembali (dibangkitkan) dengan rupa (bentuk roman) yang tidak sama dengan sebelumnya. Jadi tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan bentuk tubuh sebelumnya atau yang lama. Dan bagaimana kalau di kehidupan sebelumnya ia banyak melakukan perbuat buruk dan jahat, maka ia seperti yang digambarkan Allah dalam al Qur’an sebagai berikut.

“The Fire will burn their faces, and they will therein grin, with their lips displaced.”
Artinya, Nâr (di bumi) akan membakar wajah mereka dan mereka menyeringai dengan bibir yang cacat. [QS Al Mu’minuun (23) ayat 104]. Terjemahan Departemen Agama adalah sebagai berikut “ Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat “.
Disamping ada orang yang dibangkitkan atau dilahirkan kembali atau dibangkitkan dalam keadaan cacat, juga dibangkitkan dalam keadaan melarat, kesusahan yang digambarkan dalam al Qur’an seperti orang yang tunduk terhina sedang bekerja keras lagi kepayahan. Makannya terasa duri, minumnya panas tidak segar dan saking makanan itu tidak sehat sehingga di gambarkan bahwa makanan itu tidak menggemuk dan tidak menghilangkan lapar sebagaimana yang digambarkan dalam surat al Ghaasyiya.
Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas, diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. [ QS Al Ghaasyiya (88) ayat 1-7]
Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil bahwa mengapa orang dilahirkan cacat dan atau melarat ? Ya, ..karena perbuatan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Tuhan itu Maha Adil [QS At Tiin (95) ayat 8 ; QS Al Mu’min (40) ayat 20 ; QS Ali Imran (3) ayat 18]. Tidak mungkinlah Tuhan berbuat aniaya terhadap hambanya [QS Yunus (10) ayat 44].

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab.

Minggu, 08 Februari 2009

Mungkinkah Orang Yahudi, Nasrani Dan Shabiin Dapat Pahala dari Allah ? (2)

Banyak orang yang berpendapat bahwa agama yang diturunkan oleh Allah sejak jaman Nabi Adam adalah Islam. Ada pula yang mengatakan bahwa agama yang dibawa sejak Nabi Ibrahim adalah Islam, agama yang lurus dan Nabi Ibrahim tidak termasuk orang yang musrik.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik."
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." [QS Al An’aam (6) ayat 161-163]

Kata muslimin dalam ayat 163 diatas ternyata tidak diterjemahkan “orang Islam” tetapi diterjemahkan “orang yang menyerahkan diri kepada Allah”. Sangat setuju banget kalau pengertian Islam di dalam ayat diatas mempunyai pengertian patuh, tunduk atau berserah diri kepada Tuhan sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh Nabinya masing-masing. Agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad juga mengajarkan kepatuhan dan penyerahan total kepada Tuhan. Jadi pengertian bahwa agama-agama yang disebut Islam, yang diturunkan sejak Nabi Adam adalah agama yang mengajarkan patuh, berserah diri kepada Tuhan.
Pengertian Islam tersebut diatas sesuai dengan pengertian bahasa bahwa Islam itu berasal dari kata “ salima – yuslimu- istislam “ yang artinya tunduk atau patuh. Yaslamu- salaam yang berarti selamat, sejahtera atau damai. Menurut bahasa Arab dari Ust. Aus Hidayat bahwa pecahan kata Islam mengandung pengertian : islamul wajh (ikhlas menyerahkan diri kepada Allah), istislama (tunduk secara total kepada Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih), salaam ( selamat sejahter) dan silm ( tenang dan damai).

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. [QS Ali Imran (3) ayat 19]


Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [QS Ali Imran (3) ayat 85]

Jadi pengertian Islam dalam ayat diatas adalah bahwa agama yang di ridhai di sisi Tuhan adalah agama Islam yang mempunyai pengertian agama yang mengajarkan berserah diri kepada Tuhan. Agama yang mengajarkan patuh, tunduk dan berserah diri kepada Tuhan itu adalah agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan agama-agama langit sebelum agama Islam, yang diajarkan oleh para Nabinya masing-masing.
Dengan demikian ayat 19 dan 85 Surat Ali Imran tersebut diatas tidak bertentangan dengan ayat dibawah ini.

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS Al Baqarah (2) ayat 62]

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja [431] (diantara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS Al Maidah (5) ayat 69].

Tidak bertentangan karena agama Yahudi, Nasrani dan Shabiin juga mengajarkan kepatuhan, ketundukan dan penyerahan diri kepada Tuhan sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat-ayat diatas, termasuk juga agama Islam. Bagi orang Islam beriman kepada kitab-kitab sebelum Al Qur’an merupakan rukum iman yang harus dipercayai. Mereka ( orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan Shabiin) juga beriman kepada Tuhan sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh Nabinya, beriman kepada hari kemudian dan beramal saleh. Cuma persoalannya sekarang apakah mereka benar-benar patuh, tunduk dan berserah diri secara total kepada Tuhan ? Nah, kalau ada orang Mukmin, Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang masih mempersekutukan Tuhan, tidak percaya kepada hari kemudian dan tidak berbuat baik, maka mereka tidak termasuk orang Islam yang berarti tunduk, patuh dan berserah diri kepada Tuhan. Dan pada akhirnya mereka tidak akan mendapatkan pahala dari Allah Tuhan seru sekalian alam.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab.

Rabu, 04 Februari 2009

Mungkinkah Orang Yahudi, Nasrani Dan Shabiin Dapat Pahala dari Allah ? (1)

Mungkin sudah banyak yang tahu siapakah orang-orang Yahudi dan Nasrani itu ? Ya, tentu saja orang-orang yang beragama Yahudi atau orang yang beragama Nasrani. Tetapi orang-orang Shabiin mungkin ada yang belum tahu, oleh karenanya perlu kiranya menjelaskan terlebih dulu tentang siapa orang-orang Shabiin itu ? Menurut terjemahan Al Qur’an Departemen Agama, shabiin itu ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. Nabi-nabi zaman dulu itu artinya Nabi-nabi sebelum Nabi agama Yahudi dan Nasrani. Orang-orang Yahudi juga melaksanakan syariat yang di ajarkan oleh Nabi Musa. Demikian pula orang-orang Nasrani juga melaksanakan syariat yang diajarkan oleh Nabi Isa. Nah, sekarang kembali kepada pertanyaan diatas “Mungkinkah orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin dapat pahala dari Allah ?” Ya.. mungkin saja kenapa tidak ! Perhatikanlah QS Al Baqarah (2) ayat 62 dan Al Maidah (5) ayat 69.

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS Al Baqarah (2) ayat 62]

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja [431] (diantara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS Al Maidah (5) ayat 69].

Dari ayat-ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dan beramal saleh (berbuat baik), maka pasti mereka mendapatkan pahala dari Allah dan mereka tidak ada kekhawatiran dan kesedihan. Mungkin ada yang bertanya apakah mereka itu benar-benar beriman kepada Allah ? Allah itu adalah Tuhan yang maha esa. Allah itu adalah Tuhan dalam bahasa Arab. Dalam Al Qur’an juga disebutkan bahwa banyak disebut nama Allah di dalam biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid sebagaimana dalam ayat 40 Surat Al Hajj (22).

"……… Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah………” [QS Al Hajj (22) ayat 40]

Apakah orang-orang Nasrani dan Yahudi di dalam ayat diatas menyebut nama Allah. Tidak, kecuali mungkin mereka yang berbahasa Arab. Orang Nasrani dan Yahudi menyebut Allah dalam bahasanya sendiri. Allah dalam bahasa lain mungkin berbeda. Seperti orang Yahudi menyebut Tuhan dalam bahasa mereka adalah Yahwe. Sedang orang Nasrani menyebut Tuhan dalam bahasa mereka pada waktu itu adalah Eli seperti Nabi Isa menyebut dalam kalimat yang terkenal “ Eli..Eli lama sabatani” yang artinya Tuhan.. Tuhan, jangan tinggalkan aku. Selama orang Yahudi dan Nasrani beriman kepada Tuhan yang maha esa atau Tuhan yang maha tunggal dan melaksanakan syariat yang diajarkan Nabi Musa dan nabi Isa serta mereka tidak mempersekutukan Tuhan yang maha esa, percaya kepada hari Akhir dan berbuat baik, maka mereka akan menerima pahala dari Tuhan. Dalam QS Al Baqarah (2) ayat 62 dan QS Al Maidah (5) ayat 69] tidak hanya menyebutkan orang Yahudi dan Nasrani tetapi juga menyebutkan orang Mukmin. Artinya orang mukminpun bisa jadi tidak mendapatkan pahala dari Allah, karena mereka masih mempersekutukan Tuhan.
Mungkin ada orang yang mempertentangkan QS Al Baqarah (2) ayat 62 dan QS Al Maidah (5) ayat 69 dengan QS Ali Imran (3) ayat 19 dan 85 atau mungkin banyak orang yang tidak setuju dengan pemikiran saya tentang QS Al Baqarah (2) ayat 62 dan Al Maidah (5) ayat 69, karena mereka mengatakan bahwa sesungguhnya agama di sisi Allah hanya Islam saja dan agama selain Islam tidak akan diterima dan diakhirat termasuk orang yang merugi. Nah, sekarang perhatikan ayat 19 dan 85 Surat Ali Imran (3).

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. [QS Ali Imran (3) ayat 19]

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [QS Ali Imran (3) ayat 85]

Apa benar bahwa orang yang sudah masuk Islam, diridhai dan mendapat pahala dari Allah serta tidak ada kekhawatiran dan kesedihan walaupun dikatakan mereka sudah “mukmin” (lebih tinggi tingkatannya dari pada muslim atau orang Islam). Perhatikan lagi dalam QS Al Baqarah (2) ayat 62 dan QS Al Maidah (5) ayat 69] bahwa tidak hanya menyebutkan orang Yahudi dan Nasrani tetapi juga menyebutkan orang Mukmin. Barang siapa baik orang mukmin, orang Yahudi, orang Nasrani maupun Shabiin yang tidak beriman kepada Allah maka tidak mendapat pahala dari Allah. Artinya orang mukminpun bisa jadi tidak mendapatkan pahala dari Allah, karena mereka masih mempersekutukan Tuhan. Oleh karena itu pengertian Islam dalam Al Qur’an itu mempunyai makna yang yang lebih luas tidak semata-mata bermakna agama Islam yang diajarkan nabi Muhammad. Apa arti Islam sebenarnya dapat dibaca di artikel selanjutnya.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab.