Rabu, 12 November 2008

Apa Arti Musibah Bagi Manusia ? (2)

Allah menimpakan musibah atas manusia dikarenakan dosa-dosa yang dilakukan manusia itu sendiri [QS Al Maidah (5) ayat 49]. Musibah itu adalah siksa yang ditimpakan kepada manusia yang telah melakukan dosa. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [QS Asy Syuura (42) ayat 30].
Musibah yang ditimpakan kepada seseorang itu dikarenakan oleh perbuatan orang itu sendiri. Perbuatan apa yang dapat menghadirkan musibah kepada kita ? Ya, tentunya perbuatan-perbuatan dosa. Perbuatan-perbuatan dosa seperti ini tidak akan dapat dihapus dengan shalat, puasa, haji dan umrah.
“Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu ada yang tidak dapat dihapus oleh shalat, puasa, haji, dan umrah. Akan tetapi dosa-dosa itu hanya dapat dihapus dengan kesulitan (kesusahan) dalam mencari kehidupan"[ HR Ibnu 'Asakir]
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa musibah itu bisa merupakan adzab atau siksa yang sangat besar, misalnya hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, banjir dan gempa bumi. [QS Al Ankabut (29)_ ayat 40]. Tetapi musibah itu juga dapat berupa siksa atau adzab yang tidak terlalu besar misalnya keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan. Orang tertusuk duri pun juga termasuk siksa atau adzab yang cukup ringan. Perhatikan hadits yang diriwayatkan Al Bukhary dan Muslim.
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan, hingga duri menusuknya melainkan Allah menghapus sebagian kesalahan-kesalahannya” (HR Al Bukhary dan Muslim).
Orang biasanya mengaburkan arti musibah dengan bala dan fitnah. Sedangkan pengertian fitnah akan dibahas di artikel berikutnya. Bala itu artinya ujian atau cobaan. Kalau ujian itu bukan merupakan siksa atau adzab tetapi merupakan sesuatu yang ditimpakan kepada manusia untuk mengetahui sampai sejauh mana kadar iman atau taqwa manusia tersebut. Yang ditimpakan itu adalah yang sifatnya hanya sedikit dan hanya merupakan sedikit kekurangan. Apakah kekurangan harta, sedikit kelaparan, sedikit ketakutan. Coba perhatikan ayat berikut ini.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Walanabluwannakum bishayin mina alkhawfi waaljooAAi wanaqsin mina alamwali waalanfusi waalththamarati wabashshiri alssabireena

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. [QS Al Baqarah (2) ayat 155]

Jadi musibah terjadi karena dosa, sedangkan bala terjadi bukan karena dosa tetapi merupakan ujian atau cobaan untuk mengetahui tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang anak manusia. Kapan dosa itu dilakukan ? Bisa jadi sejak aqil baligh sampai dengan waktu ditimpa musibah. Nah, bagaimana kalau sejak lahir sudah ditimpa dengan musibah ? Artinya, sejak kecil sudah menderita kesusahan, penyakit, kesedihan. Bisa jadi dosa yang dilakukan adalah dosa-dosa yang dilakukan dikehidupan sebelumnya. Coba simak ayat-ayat berikut ini.

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ
لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ

Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?
Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,
bekerja keras lagi kepayahan,
memasuki api yang sangat panas (neraka),
diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.
Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri,
yg tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
[QS Al Ghaasyiya (88) ayat 1-7)
Nah, sekarang marilah kita perhatikan dan renungkan. Ghasiyah itu dari sudut bahasa artinya malapetaka (bhs. Inggris : calamity). Yusuf Ali dan Dr M. Taquid-Din dan Dr. M Khan menterjemahkan “ghasiyah” itu dengan kata “kebanjiran bencana” (bhs. Inggris : overwhelming). Jadi kalau boleh saya menterjemahkan adalah sbb : “ Sudah datangkah berita (tentang) musibah, bencana atau malapetaka ? Pada hari itu banyak muka tunduk terhina yang sedang bekerja keras lagi kepayahan ( laboring hard, weary) terbakar api yang membakar (hamiyah = burning), diberikan air yang panas, tidak diberi makan kecuali makanan “Dhari’ yang pahit (Yusuf Ali menterjemahkan “bitter Dhari’) yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
Kalimat “Tasla naran hamiyatan” bukan berarti memasuki api yang sangat panas, tetapi “terbakar api yang membakar”. Kata “memasuki api” dengan “terbakar api” tentunya beda maknanya. Ayat 1-7 ini menggambarkan keadaan orang yang kena musibah. Orang dengan muka tertunduk terhina yang sedang bekerja keras lagi kepayahan dan terbakar panas dari terik matahari. Saking teriknya minumanpun menjadi panas dan makananpun terasa duri serta tidak menggemukkan dan menghilangkan lapar. Kadangkala keadaan ini juga sudah di alami atau diderita oleh seorang anak yang baru lahir dari seorang ibu yang rumahnya di bawah jembatan dan sebagainya.
Ini terjadi tentunya di bumi. “Nar” ini bukan di alam ruh, tetapi “Nar” ini berada di bumi. Indikasi ini juga dapat dilihat dalam hadits dari Abu Hurairah. Rasul sedang menjenguk seseorang yang sedang sakit demam yang disertai Abu Hurairah. Kemudian Rasul bersabda “Bergembiralah karena Allah Azza wa Jalla berfirman, “ Inilah nar-Ku (neraka-Ku). Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang Mukmin di DUNIA, agar dia jauh dari “Nar” (neraka) pada hari akhirat (pada akhir-nya ) [ Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah dan Al Hakim dan disahihkan oleh Al Bany dalam “Silsilatul Ahaditsish Shahihah nomor 557]
Hadits ini menunjukkan bahwa sakit demam (panas-dingin) itu sama dengan juga terbakar api atau Allah menimpakan “Nar” kepada hamba –Nya sehingga sakit demam. Jadi “Nar” itu adalah api yang membakar dalam diri manusia. Termasuk juga “Nar” yang diterangkan juga pada surat Al Humazah ayat 6-7.
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Selasa, 04 November 2008

Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi ? (3)

Di dalam tulisan terdahulu “Bila Tiupan Sangkakala Berbunyi (2)”, saya mengatakan bahwa ada dua jenis tiupan sangkakala pertama. Yang pertama, ketika sangkakala pertama itu ditiupkan, maka segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi ini binasa atau mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah [QS Az Zumar (39) ayat 68]. Artinya pada saat pertama sangkakala ditiup, tidak semuanya binasa atau mati tetapi ada yang masih hidup. . Yang kedua, segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi hancur ketika sangkakala ditiupkan pertama kali. [QS Al Haaqqah (69) ayat 13-16]. Artinya segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88]. Dan pada tulisan itu, saya menyimpulkan bahwa sangkakala ditiupkan bukan berarti pada saat kehancuran alam semesta saja tetapi juga pada saat kematian seseorang atau sebagian penduduk langit dan bumi.
Sebenarnya kesimpulan yang saya ambil ketika itu sebenarnya ada 3(tiga) tiupan sangkakala pertama. Yaitu bahwa sangkakala ditiupkan itu dapat menjadikan kehancuran semesta alam dan dapat menjadikan kematian pada sebagian penduduk langit dan bumi serta menjadikan kematian seseorang. Nah, ternyata di dalam Al Qur’an juga menunjukkan adanya tiupan sangkakala pertama yang dapat menyebabkan kematian seseorang saja.
Cobalah simak dan perhatikan ayat-ayat Al Qur’an berikut ini. Ayat ini menunjukkan bahwa setelah terjadi sakaratul maut atau menjelang kematian seseorang, maka ditiupkanlah sangkakala sehingga seseorang itu benar-benar binasa atau mati.

وَجَاءتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ

Wajaat sakratu almawti bialhaqqi thalika ma kunta minhu taheedu.
Wanufikha fee alssoori thalika yawmu alwaAAeedi

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman

And the stupor of death will come in truth: "This is what you have been avoiding!" And the Trumpet will be blown, that will be the Day whereof warning (had been given) (i.e. the Day of Resurrection). [QS Qaaf (50) ayat 19-20].

Ayat-ayat ini sangatlah terang menjelaskan bahwa orang akan mati setelah ditiupkan sangkakala. Dan kemudian diri (nafs) tersebut datang menghadap kehadirat Ilahi dengan diiringi oleh malaikat pengiring dan penyaksi [QS Qaaf (50) ayat 21].
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Senin, 03 November 2008

Apa Arti Musibah Bagi Manusia ? (1)

Orang biasa mengatakan bahwa musibah itu merupakan sesuatu bencana atau bala yang menimpa manusia. Sekecil apapun yang mencelakakan, membahayakan yang menimpa manusia itu disebut dengan musibah. Apakah itu kekalahan perang [QS Ali Imran (3) ayat 165], kecelakaan dalam perjalanan sampai meninggal [QS Al Maa’idah (5) ayat 106] dan walaupun sekedar hanya lampu mati, ucapkanlah kalimat istirjaa ( kembali kepada Allah ) "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

Allatheena itha asabathum museebatun qaloo inna lillahi wainna ilayhi rajiAAoona

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [QS Al Baqarah (2) ayat 156]

Apakah musibah ini dapat dikatakan sebagai adzab ? Sebelum menjelaskan tentang hubungan adzab dan musibah, sesungguhnya adzab itu dalam arti bahasa adalah “menghalangi seseorang dari makan dan minum” atau “ perbuatan memukul seseorang” dan juga bisa berarti “keadaan yang memberati pundak seseorang”. Dengan demikian adzab itu adalah segala sesuatu yang menimbulkan kesulitan atau menyakitkan dan memberatkan beban jiwa dan atau fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adzab itu adalah siksa Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang melanggar larangan agama.

Musibah itu tidak akan terjadi bila tidak ada izin Allah. Kalau musibah itu terjadi, maka pasti Allah telah memberikan izin.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Ma asaba min museebatin illa biithni Allahi waman yumin biAllahi yahdi qalbahu waAllahu bikulli shayin AAaleemun

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [QS At Taghaabun (64) ayat 11]

Mengapa Allah mengizinkan musibah itu terjadi dan menimpa manusia?. Karena manusia itu telah melakukan dan berbuat dosa.

وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ اللّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

Waani ohkum baynahum bima anzala Allahu wala tattabiAA ahwaahum waihtharhum an yaftinooka AAan baAAdi ma anzala Allahu ilayka fain tawallaw faiAAlam annama yureedu Allahu an yuseebahum bibaAAdi thunoobihim wainna katheeran mina alnnasi lafasiqoona

dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), MAKA KETAHUILAH BAHWA SESUNGGUHNYA ALLAH MENGHENDAKI AKAN MENIMPAKAN MUSHIBAH KEPADA MEREKA DISEBABKAN SEBAHAGIAN DOSA-DOSA MEREKA. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [QS Al Maidah (5) ayat 49]

Nah, musibah yang ditimpakan kepada manusia itu adalah adzab atau siksa yang diganjarkan kepada manusia yang telah melakukan perbuatan dosa.

Adzab itu dapat berupa hujan batu kerikil, suara keras yang mengguntur, dibenamkan ke dalam bumi dan ditenggelamkan ke dalam air dan lain sebagainya.

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Fakullan akhathna bithanbihi faminhum man arsalna AAalayhi hasiban waminhum man akhathathu alssayhatu waminhum man khasafna bihi alarda waminhum man aghraqna wama kana Allahu liyathlimahum walakin kanoo anfusahum yathlimoona

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [QS Al Ankabut (29) ayt 40].

Adakalanya orang itu tidak merasa berdosa atau tidak melakukan dosa apapun di bumi ini, tetapi kemudian datang musibah yang menimpanya. Misalnya, seorang anak balita bermain-main di depan rumahnya tiba-tiba truk menyelonong masuk halaman dan menabrak anak balita itu hingga mati. Adapula anak beserta keluarganya tertimpa musibah banjir atau gempa bumi, dia tinggal sendiri di dunia ini. Bila peristiwa ini tidak dijelaskan secara memadai akan timbul persepsi yang keliru terhadap Tuhan, sehingga muncullah lagu yang dibawakan Desy Ratnasari yang mengatakan takdir itu kejam. Dan banyak orang yang keliru sangka kepada Tuhan. Banyak orang yang memberikan atribut atau sebutan kepada Tuhan bahwa Tuhan itu penyiksa dan Maha Kejam.

Apakah benar seandainya terjadi musibah misalnya, gempa bumi, angin topan, banjir bandang, tsunami itu disebabkan oleh Allah ?. Apakah Allah yang menimpakan semua musibah itu kepada manusia? Apakah Allah sekejam itu ? Tidak, kata Allah.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [QS Al Ankabut (29) ayt 40].

Allah itu tidak sewenang-wenang. Allah itu adalah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Allah tidak mungkin menimpakan musibah atau adzab kepada manusia yang tidak bersalah atau yang tidak berdosa.

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Wama asabakum min museebatin fabima kasabat aydeekum wayaAAfoo AAan katheerin

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [QS Asy Syuura (42) ayat 30]

Nah, apapun musibah apakah itu kecelakaan, penderitaan, banjir, gempa bumi, tsunami maupun angin topan yang menimpa manusia itu disebabkan dosa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri

Apakah orang yang meninggal atau menderita akibat tsunami atau gempa bumi, semuanya telah berbuat dosa ?

فَإِن تَوَلَّوْاْ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ

MAKA KETAHUILAH BAHWA SESUNGGUHNYA ALLAH MENGHENDAKI AKAN MENIMPAKAN MUSHIBAH KEPADA MEREKA DISEBABKAN SEBAHAGIAN DOSA-DOSA MEREKA. [QS Al Maidah (5) ayat 49]

Apakah Anda tidak percaya ? Wa llahu ‘alam bish shawab.