Rabu, 25 Juni 2008

Kepada Allah semua kembali (1)

Apa tujuan kita hidup di dunia yang fana ini. Apakah kita hanya bersenang-senang saja atau kita tidak mempunyai tujuan sama sekali. Apakah kita sekedar bersenda gurau saja. Banyak manusia yang tertipu. Di dunia ini mereka hanya main-main dan senda gurau seperti yang diperingatkan oleh Allah.
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia....(QS Al An’aam(6) ayat 70)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung hari kemudian itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’aam (6) ayat 32).
Kenapa kampung di hari kemudian itu lebih baik bagi orang bertaqwa, karena Allah menciptakan mati dan hidup ini adalah untuk diuji. Siapa yang paling bertaqwa akan beruntung di kampung hari kemudian.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,( QS Al Mulk (67) ayat 2).
Bagi orang yang beragama Islam, tentunya mencari petunjuk melalui kitab suci Al Qur’an.Tujuan hidup manusia adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat (51) ayat 56).
Ini tujuan hidup di dunia. Apakah ada tujuan setelah ini. Ya tujuan manusia adalah kembali kepada Allah. Saya mencatat ada 24 ayat yang menyatakan pada intinya bahwa kita akan kembali kepada Allah (lihat referensi). Apakah gampang kita kembali kepada Allah untuk memandang wajah Allah. Bukan hanya bertemu tetapi kembali kepada Allah. Apakah mudah kita menuju Allah ? Perlu ada upaya atau bekerja sungguh-sungguh. Kalau tidak bekerja atau berbuat dengan sungguh, mana bisa manusia menuju Tuhan-Nya.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya “(QS Al Insysiqaaq (84) ayat 6).
Tuhan telah menggambarkan dan memperingatkan bahwa menuju Tuhan itu tidak mudah dan jalan menuju Tuhan merupakan jalan yang mendaki lagi sukar sebagaimana yang di firmankan dalam QS Al Balad(90) ayat 10-16).
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Sesungguhnya manusia dapat bertemu Allah dan dapat dilakukan di dunia ini. Apakah bisa ? Ya, tergantung kepada orangnya apakah orang itu dapat bertemu Allah di dunia ini. Bahkan dapat memandang wajah Allah di bumi ini. Kok bisa..? Coba simak firman Allah berikut ini :
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah (2) ayat 115).
Yang bisa bertemu dengan Allah dan memandang Allah adalah seorang hamba Allah. Kalau bukan hamba Allah ya, pasti tidak dapat bertemu dengan Allah. Lha wong, sudah jelas kok firman Allah dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 dan Qaf (50) ayat 16.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS Al Baqarah (2) ayat 186)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”, (QS Qaf(50) ayat 16).
Manusia memang tidak bisa merasa yakin kalau tidak melihat dengan mata dan kepala (‘Ainul yaqin). Manusia tidak bisa melihat Allah dengan mata. Tetapi Allah dapat dilihat dengan ilmu, artinya orang bisa yakin dapat melihat Allah atau eksistensi-Nya melalui ilmu yang disebut dengan Ilmul yaqin. Orang yakin dan percaya Allah itu ada dan dapat dilihat eksistensinya melalui ilmu. Kalau hanya melihat Allah, hanya dengan ilmu, maka mereka pasti sholatnya tidak khusuk, masih berani melanggar apa-apa yang dilarang oleh Allah yang disampaikan dalam Al Qur’an. Orang masih berani melakukan kekerasan kepada orang lain. Orang masih berani melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme Orang masih berani mengumbar kemarahannya dan hawa nafsunya. Mereka tidak sabar. Mengapa orang masih berani melakukan kemungkaran? Cobalah disimak ayat berikut ini.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah(2) ayat 45-46).
Mereka tidak khusuk. Mereka masih berani melanggar hukum-hukum Allah. Karena mereka belum yakin dengan haq (haqqul yaqin) atau belum haqqul yaqin bahwa mereka akan ketemu dengan Tuhanya. Tetapi kalau mereka benar-benar percaya dan yakin menurut kalbunya atau haqqul yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, pasti mereka khusuk sholatnya, mereka pasti takut dan tidak berani melanggar apa-apa yang dilarang Allah, mereka pasti tidak berani KKN, mereka pasti tidak berani mengumbar kemarahan dan hawa nafsunya. Pasti mereka sangat sabar, santun dan berakhlaq yang baik (ahlaqul karimah).
Wa llahu ‘alam bish shawab.

Selasa, 24 Juni 2008

Bagaimana menjadi sukses ?

Apa kata Andrie Wongso, seorang motivator nomor wahid di Indonesia. Sukses bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik anda, milik saya. Dan milik siapa saja yang menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati.
Kalau orang tidak berjuang, tidak sungguh-sungguh dan tidak berjihad dalam meraih kesuksesan, mana mungkin akan menjadi orang sukses. Seharus umat Islam tidak perlu mencari motivator yang paling ulung. Mestinya kita jadikan Alquran itu sebagai petunjuk, hidayah dan motivator bagi hidup kita. Apa kata firman Tuhan dalam Alquran.
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati untuk mengajari kebenaran dan nasehat menasehati untuk mengajari kesabaran”. (QS.Al ‘Ashr)
Untuk menjadi sukses (beruntung) adalah orang-orang :
1. Yang beriman
2. Yang melakukan perbuatan yang baik ( amal saleh)
3. Yang saling menasehati tentang kebaikan dan kebenaran
4. Yang saling menasehati untuk menjadi tetap sabar
Pengertian sukses atau beruntung ini adalah sukses sekarang di dunia dan sukses di hari kemudian ( yaumil akhir )
Untuk syarat yang pertama yaitu, beriman tidak perlu dibahas lebih lanjut, karena merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.
Nah, marilah kita bahas syarat ke dua dan ketiga. Pengertian berbuat baik (amal saleh) itu tidak terbatas kepada amal saleh dalam pengertian ibadah mahdhoh tetapi berbuat baik dalam pengertian ghoiru mahdhoh. Di bidang manajemen misalnya, merencanakan, mengorganisir, mengkoordinasi, memotivasi dan mengawasi adalah suatu perbuatan. Jadi agar dapat sukses dalam manajemen, ya harus merencanakan dengan baik, mengorganisir dengan baik dan mengawasi dengan baik. Ini juga termasuk perbuatan yang baik (amal saleh).
Demikian bila sukses dalam bidang marketing, orang harus menjual dengan baik dan benar. Artinya orang harus belajar bagaimana cara menjual dengan baik dan benar. Belajar dari pakar-pakar marketing misalnya Philips Kotler, Hermawan Kertajaya, Gabriel Steinhardt dan E. Jerome McCarthy. Dalam Surat Al ‘ashr (103) ayat 3, ini para pakar ini memberikan nasihat bagaimana menjual dengan baik dan benar. Nah kalau kita berhasil dalam usaha, maka kita wajib memberikan nasihat kepada orang lain (sharing) bagaimana usaha kita bisa berhasil. Ini yang dinamakan saling memberi nasihat tentang kebaikan dan kebenaran dalam persepektif manajemen. Jadi menasihati itu tidak terbatas pada kebenaran dan kebaikan tentang agama.
Yang berikutnya dalam hal kita masih belum berhasil dalam usahanya, maka kita harus sabar dan konsisten. Kita bisa minta nasihat kepada ahlinya mengapa usaha kita tidak berhasil. Kita harus sabar dan kosisten dalam mempelajari kekurangan-kekurangan untuk menuju keberhasilan. Para pakar psikologi dapat memberikan nasihat kepada kita bagaimana kita harus bangkit dari kegagalan, kita harus sabar dan konsisten. Kesimpulannya bahwa orang-orang yang mau belajar (minta nasihat) kepada pakarnya dan melaksanakan dengan penuh kesabaran dan konsistensi serta dilaksanakan atau dilakukan semuanya dengan baik dan benar. InsyaAllah, akan menjadi orang yang beruntung dan sukses. Tuhan akan meneguhkan langkah kita dan meneguhkan kedudukan kita.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS Muhammad (47) ayat 7.
Menolong Allah dapat diartikan melaksanakan Sunnatullah atau meng-aplikasikan sebagian dari ilmu Allah untuk meraih kesuksesan di dunia dan di hari kemudian.
Al Quran telah menyemangati atau memotivasi kita untuk selalu belajar (minta nasihat) dan belajar dari orang lain yang berhasil. Dan kalau belum berhasil kita harus sabar dan salat serta konsisten, tidak boleh berputus asa dan selalu bermohon kepada Allah agar kita berhasil atau sukses sekarang di dunia ini dan di hari kemudian.
Wa llahu ‘alam bi shawab.

Berbedakah Surga dan Jannah, Dar dan Maqam ?

Kata jannah artinya kebun atau taman yang terlindungi oleh pandangan manusia. Dan biasanya diartikan surga. Sedang surga sendiri berasal dari agama Hindu “Svarga atau Swarga. Kemudian diserap menjadi Surga. Pengertian surga dalam agama Hindu mungkin berbeda dengan jannah dalam agama Islam. Untuk memperjelas arti jannah, perlu kiranya mencermati ayat-ayat yang berkaitan dalam Al Quran. Nama-nama jannah dalam Al Quran ada beberapa sebutan.

Yang pertama, jannatu ‘adn. ‘Adn dari kata kerja ‘adana artinya merabuk. Kalau mengacu pada kata ini mungkin artinya suatu tempat/tanah yang subur (tanah yang telah dirabuk). Jannatu ‘adn bisa berarti taman yang subur. Dalam Al Qur’an, surat Ar Ra’d (13) ayat 23 menggambarkan bahwa orang yang melaksanakan shalat, menginfaqkan sebagian rezekinya dan menolak kejahatan dengan kebaikan, mereka disediakan jannatu ‘adn. Suatu taman dimana mereka berkumpul dengan orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri/suami dan anak cucunya. Dalam QS Fathir (35) ayat 33 menjelaskan bahwa mereka juga dimasukkan kedalam suatu taman dimana mereka diberi perhiasan berupa gelang-gelang dari emas, mutiara dan pakaian-pakaian dari sutera. Dalam QS Al Bayyinah (98) ayat 8 menggambarkan bahwa jannatu ‘adn suatu taman yang dibawahnya ada sungai-sungai mengalir. Didalam jannatu ‘adn ini ada emas dan air. Air ini terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen. Sedang emas rumus kimianya Aurum (Au). Kalau ada hidrogen, oksigen dan emas (Aurum) , berati tempat itu sama dengan kondisi yang ada di bumi. Tidak diketahui apakah bumi itu seperti yang kita pijak ini atau bumi lain yang ada di galaxy atau entah dimana, yang penting keadaan itu seperti di bumi yang kita tinggali ini. Mereka awet dan bermasa-masa di Jannatu ‘adn ini. Kholid ini artinya kekal sementara atau awet dan abadu artinya masa. Abada artinya berdiam atau tinggal. Berdiam atau tinggal itu berarti membutuhkan masa atau waktu. Tidak ada yang kekal kecuali Allah.

Yang kedua, jannatu na’im. Jannatu na’im ini tersebut dalam QS Al Waaqi’ah (56) ayat 12. Na’im berasal dari kata na’ima artinya kelapangan ,kehidupan yang baik dan hidup senang dan mewah serta kehidupan yang penuh kenikmatan dan kesejahteraan. Jannatu na’im berarti taman yang penuh kenikmatan dan kesejahteraan. Jannah ini diperuntukkan kepada orang-orang yang beriman paling dahulu dan orang–orang yang dekat dengan Allah.

Yang ketiga, Jannatul ma’wa. Jannatul ma’wa ini tersebut dalam QS As Sajdah (32) ayat 19. Pengertiaan ma’wa menurut Yusuf Ali adalah hospitable home atau tempat tinggal yang penuh dengan keramahan dan hiburan (entertainment menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M.Khan). Jannatul ma’wa ini merupakan taman sebagai tempat tinggal penuh keramahan, kenyamanan dan penuh hiburan. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh disediakan jannatul ma’wa.

Yang keempat, Jannatul firdaus. Firdaus ini berarti keluasan, kelapangan, kebun, taman, nama burung dan yang menopang (pohon anggur). Dalam QS Al Kahfi (18) ayat 107 menggambarkan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal saleh disediakan Jannatul Firdaus. Kalimat ini mungkin berarti taman atau kebun luas dan tedapat burung-burung dan penuh dengan pohon anggur.

Kata Dâr artinya rumah, tempat tinggal, kampung, atau negeri. Untuk memperjelas arti Dâr, perlu kiranya mencermati ayat-ayat yang berkaitan dalam Al Quran. Nama-nama dâr dalam Al Quran ada beberapa sebutan.

Yang pertama, Dârussalam. Dalam QS Al An’am (6) ayat 1`27 menerangkan bahwa orang-orang yang melakukan amal saleh (perbuatan baik) disediakan Darussalam. Pengertian Darussalam adalah rumah yang penuh kedamaian dan keselamatan (menurut Yusuf Ali diartikan sebagai home of peace)

Yang kedua, Dâral muqomah. Kalimat ini berarti suatu tempat tinggal dimana didalamnya orang-orang tidak merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana QS Faathir (35) ayat 35.

Yang ketiga, Dârul Akhirat. Kalimat ini berarti tempat tinggal ,kampung atau rumah dikemudian hari (akhirat). Akhirat ini mempunyai pengertian hari kemudian seperti dalam QS Adh Dhuhaa (93) ayat 4.Dalam QS Al An’am (6) ayat 32 menjelaskan bahwaa orang-orang bertaqwa itu lebih baik berada di rumah atau kampung dikemudian hari (menurut Yusuf Ali kampung akhirat diterjemahkan home in the hereafter)

Maqamin Amiin. Dalam QS Ad Dukhaan (44) ayat 51 menerangkan bahwa orang-orang yang bertaqwa berada di tempat yang aman. (place of security menurut Dr M Taquid-Din dan Dr.M Khan).

Wa llohu ‘alam bi shawab.


Rabu, 18 Juni 2008

Neraka dan Nâr (Api) berbeda ?

Kata “Nâr” dalam Al Quran diterjemahkan menjadi “Neraka”. Kata neraka ini berasal dari Agama Hindu “ Naraka” yang kemudian diserap menjadi neraka. Di dalam agama Islam tidak ada neraka yang ada adalah kata “Nâr”. Pengertian neraka dalam agama Hindu mungkin berbeda dengan nâr di agama Islam. Untuk mengetahui pengertian Nâr yang sesungguhnya, perlu dikaji melalui kajian kosa-kata. Menurut Ar Raghib Al Ashfahani mengatakan bahwa kata Naar dipakai menunjukkan “rasa panas”, baik panasnya perasaan, panas api atau panasnya (berekecamuknya) perang. Nâr ini dalam Al Quran ada beberapa sebutan.

Yang pertama, huthamah. Menurut Yusuf Ali huthamah itu artinya ”to Breaks to Pieces” atau pecah atau hancur berkeping-keping. Huthamah ini berasal dari kata hathama yang artinya menghancurkan atau memecahkan. Kata Huthamah ini ditemukan dalam QS Al Humazah. Humazah berasal dari kata hamaza yang artinya memeras, menekan dan mencela. Dalam QS Al Humazah (104) menjelaskan bahwa orang yang memeras, menekan, mencela, mengumpulkan harta dan suka menghitung-hitung hartanya serta kikir tidak mau infak, akan dihancurkan hidupnya melalui panas yang menyala sampai ke hatinya. Hati yang sangat panas bergelora laksana api yang menyala disebut fu’ad dan jamaknya af ’idah.

Yang kedua, Hawiyah. Kata hawiyah ini berada di dalam QS Al Qaari’ah. Qaariah ini berarti bencana atau malapetaka. Bencana ini digambarkan, dalam surat ini , manusia bertebaran seperti anai-anai dan gunung-gunung seperti bulu berhamburan. Sedang hawiyah dapat berarti jurang yang dalam, sumur yang dalam dan hawa atau udara (atmosphere). Tahukah kamu “hawiyah” ? Api yang sangat panas. Pengertian hawiyah yang sesuai dengan api yang panas tentunya adalah hawa atau udara. Bagi orang yang mempunyai berat timbangannya berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan sebaliknya, bagi orang yang ringan timbangannya berada dalam kehidupan yang hawanya sangat panas atau situasinya sangat panas atau paling tidak dalam kehidupan yang tidak memuaskan. Kebalikan dari kehidupan yang memuaskan.

Yang ketiga, Jahim. Kata jahim ini berasal dari kata jahama artinya menyalakan. Al jahiimu artinya api yang menyala-nyala atau tempat yang sangat panas. Dalam QS Infithaar digambarkan bahwa bila langit terbelah dan bintang jatuh berserakan , lautan menjadi meluap dan kuburan menjadi terbongkar atau terbalik, maka orang-orang alim dan berbudi akan berada dalam kebahagiaan (Inggris :bliss). Sedangkan orang-orang yang jahat dan durhaka akan berada dalam api atau tempat yang sangat panas yang sangat tidak membahagiakan alias sengsara.

Yang keempat, Saqar. Kata saqar ini berasal dari kata saqara artinya menyengat. Panas yang menyengat. Termasuk panas hati karena saking sakitnya hati. Dalam QS Al Muddatstsir bahwa bagi yang menentang ayat-ayat Allah, akan diberikan oleh Allah beban pendakian yang sangat memayahkan. Dan bagi orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong, akan di masukkan kedalam panas yang menyengat (saqara). Tahukah kamu apakah “saqar” itu ? Saqar itu adalah tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, yang membakar kulit manusia. Sesungguhnya saqar itu adalah salah satu bencana dan ancaman bagi manusia. Bagi orang yang mendustakan Hari Pembalasan, membicarakan yang bathil, tidak mengerjakan salat dan tidak memberi makan orang miskin, maka akan dimasukkan kedalam saqar atau panas nya hati yang penuh kesengsaraan dan penuh kesedihan. Sedang golongan kanan dimasukkan ke dalam taman-taman yang penuh kesenangan dan kegembiraan.

Yang kelima, Sa’iir. Kata sa’iir ini ini dari kata sa’ara yang artinya menyalakan. Sa’iir artinya nyala api atau api yang menyala. Dalam QS Al Mulk menggambarkan bahwa orang yang tidak percaya bahwa Allah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji manusia, dan orang yang tidak percaya bahwa Allah menciptakan 7(tujuh) langit yang berlapis-lapis dan seimbang. Orang-orang tersebut akan di adzab yang panas menyala-nyala. Adzab ini berarti segala sesuatu yang menimbulkan kesulitan atau menyakitkan dan memberatkan beban jiwa dan atau fisik. Adzab ini diberikan karena merupakan sanksi yang dijatuhkan kepada manusia. Sa’iir bisa juga diartikan beban jiwa yang sangat berat atau jiwa yang panas menyala-nyala.

Yang keenam, lazha. Kata lazha ini berarti menyala-nyala. “Talazha wal tazha rrojulu “ artinya menyala-nyala kemarahannya. Dalam QS Al Lail (90) menggambarkan bahwa orang-orang yang menafkahkan harta dan membersihkan dengan penuh ridha terhadap Allah, akan mendapatkan kepuasan (Inggris: satisfaction) dan kesenangan (Inggris: pleasure). Sebaliknya bagi mereka yang bakhil dan merasa dirinya cukup tidak perlu pertolongan. Mereka berarti menyiapkan jalan yang penuh kesulitan dan kesengsaraan.. Bahkan orang-orang yang mendustakan kebenaran dan berpaling dari iman, maka mereka diberikan peringatan dengan api yang menyala-nyala atau dimasukkan kedalam kesengsaraan hati yang panas menyala-nyala.

Yang ketujuh, Jahannam. Kata ini berasal dari bahasa Parsi, yang berarti sumur yang dalam atau sesuatu yang sangat dalam. Kata “Naru jahannama” berarti api yang berada disuatu yang sangat dalam. Dalam QS At Taubah (9) ayat 34 dan 35 menggambarkan bahwa orang-orang yang memakan harta orang dengan jalan bathil dan menghalang-halangi orang di jalan Allah serta orang-orang menyimpan kekayaan ( emas dan perak ) dan tidak meng-infaqkan pada jalan Allah, maka akan mendapat adzab (beban kesulitan atau kesengsaraan) yang sangat pedih pada hari ketika harta kekayaan menimbulkan panas di dalam api yang berada di sesuatu yang dalam. Panas itu akan ditempelkan (atau dirasakan ) pada dahi, lambung dan punggung agar orang-orang merasakan akibat harta yang mereka simpan.

Dari penjelasan-penjelasan yang disampaikan diatas, bahwa nâr itu lebih berarti panasnya api yang berkecamuk dalam fu’ad, hati dan jiwa manusia, mengingat pengertian adzab itu merupakan antara lain beban berat dalam jiwa.
Wa llahu ‘alam bi shawab.


Selasa, 17 Juni 2008

Takdir, Kehendak Allah dan Kehendak Manusia (Terakhir)

3. Berakhirnya alam semesta
Allah itu Dzat yang eksistensinya tidak berawal (Al-'Awwal). Atas kehendak-Nya, terciptalah alam semesta dengan sesempurnanya, yang memberlakukan qadar atau kadar, ukuran dan rumusan-rumusan-Nya secara pasti dan sempurna. Di dalam alam semesta ini berlaku qadha Allah, dimana alam dan manusia tunduk kepada hukum-hukum atau kaidah-kaidah antara lain hukum sebab akibat (tasalsul), daur (siklus) dan hukum al imkan (probabilitas). Contoh, Allah telah menetapkan rumusan atau formula air adalah H2O. Inilah qadar Allah. Sedang qadha Allah dapat digambarkan bahwa hydrogen tidak bisa jadi air tanpa ada Oksigen (hukum sebab akibat). Hukum ini akan berakhir pada dzat yang wajib ada. Hukum kausalitas dan daur (siklus) merupakan ilmu Allah. Karena alam (termasuk mati dan hidup) ini ciptaan Allah maka juga berlaku daur (siklus) dan tasalsul (sebab akibat) sampai Allah menghendaki berakhir.

”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al ‘Ankabuut (29) ayat 19).

“Yang menjadikan (menciptakan) mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,.(QS Mulk (67) ayat 2).

”Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?( QS Al Baqarah (2) ayat 28).

“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. (QS Huud (11) ayat 57)

Kematian dan kehidupan juga berulang. Bahkan kaum atau ataupun bangsa pun bisa berulang. Ini mengindikasikan adanya suatu daur atau siklus ( Baca tulisan Siklus Kehidupan dan Kelahiran Kembali ). Allah menciptakan makhluk dan mngulanginya lagi. Ini menunjukkan siklus atau daur.

”Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya kembali , agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka. QS (10) 4.

To Him will be your return- of all of you. The promise of Allah is true and sure. It is He Who beginneth the process of creation, and repeateth it, that He may reward with justice those who believe and work righteousness; but those who reject Him will have draughts of boiling fluids, and a penalty grievous, because they did reject Him. (Yusuf Ali)

Alam semesta juga berulang (siklus). Ini digambarkan oleh Allah dengan bergulung-gulungnya langit seperti awal penciptaan alam semesta. Begitulah Allah mengulanginya.

”Pada hari itu (Kami) gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya (QS Al Anbiyaa(21) ayat 104)

Ayat ini menunjukkan siklus (daur) atau pengulangan. Pengulangan sampai kapan ? Ya, tentunya sampai yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Yang pada akhirnya semuanya kembali kepada Allah. Yang digambarkan oleh Allah bahwa pada dasarnya semua binasa kecuali Wajah-Nya, kemudian semuanya kembali kepada Allah.
”Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengulangi kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan ”(QS Ar Ruum (30) ayat 11).
Yusuf Ali:
It is Allah Who begins (the process of) creation; then repeats it; then shall ye be brought back to Him.

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” ( Al qashash(28) ayat 88)

Kembali kepada Allah artinya kembali kepada Dzat yang eksistensinya tidak berakhir (Al-'Akhir). Kalau boleh digambarkan, maka dapat dilihat Gambar dibawah ini., agar lebih mudah dimengerti.
Wa llahu ‘alam bi shawab.


Takdir, Kehendak Allah dan Kehendak Manusia (3)

2. Setelah penciptaan alam semesta
Atas kehendak Allah, terciptalah manusia untuk dijadikan khalifah di bumi. Khalifah secara bahasa berarti “pengganti” (berasal dari kata khalf yang berarti “dibelakang”). Tugas manusia tinggal di bumi adalah melaksanakan perintah Allah untuk menguasai dan memakmurkan bumi.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS Al Baqarah (2) ayat 30)".

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS Huud (11) ayat 61.)”.

Manusia sebagai khalifah, di bumi ini, tentunya diberikan akal dan pikiran untuk dapat menguasai dan memakmurkan bumi. “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran” (QS Ibrahim (14) ayat 52)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir (QS Ali ‘Imran (3) ayat 65).

Allah memberikan akal dan pikiran, agar manusia dapat menggunakan pikiran dan akalnya untuk memilih jalan kebenaran dan jalan menuju ketaqwaan. “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya .” ( QS Asy Syams (91) ayat 8).

Bahkan Allah memberikan 7 (tujuh) jalan ( thariqa atau track). Tujuh jalan ini menunjukkan banyak jalan menuju Allah.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan ; dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).(QS Al Mu’minuun (23) ayat 17)

Syaitan itu dapat membisikkan pikiran jahat kepada manusia menuju jalan kefasikan, sehingga manusia dapat terpeleset mengikuti pikiran jahat yang dibisikkan oleh syaitan, yang dapat berupa jin dan manusia.

“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." (QS Al A’raaf (7) ayat 20).

Kalau manusia tidak mempunyai pilihan maka tidak perlu ada ada azab dan pahala, tidak perlu ada ujian dan tidak perlu disediakan jannah dan naar.

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[236] dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS Ali ‘Imran (3) ayat 148).”

“Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong (QS Ali ‘Imran(3) ayat 56)”

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,.(QS Mulk (67) ayat 2).

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan (QS As Sajdah (32) ayat 19 ).
“(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke naar(api) atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api (naar)!" (QS Al Qamar (54) ayat 48).

Dengan disediakan jannah dan naar, adzab dan pahala dan ujian, maka manusia diberikan pilihan untuk memilih jalan menuju Allah. Bahkan Allah telah memberikan hidayah atau petunjuk secara “built-in”. Sehingga manusia tidak bisa menghindari atau beralasan karena tidak diberikan petunjuk atau hidayah. Petunjuk itu dapat berupa Al Quran dan ayat-ayat yang ada di alam semesta. Kalau manusia tidak mempunyai pilihan, maka tidak perlu adanya hidayah yang berupa Al Quran sebagai pertunjuk bagi manusia.

“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (QS Thaahaa(20) ayat 50).

“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS Al Baqarah (2) ayat 97).
Nah, Ayat Al Quran yang menyatakan bahwa Allah itu melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Ayat itu sangat banyak yang difirmankan atau diterangkan dalam Al Quran.

“.......Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.......(QS Al Muddatstsir (74) ayat 31)

“.......Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu .(QS Al Baqarah (2) ayat 284).

“.......Sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu)........(QS Ar Ruum (30) ayat 37).

Tidak dipungkiri lagi, bahwa Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Allah itu Maha Mengetahui apa yang diperbuat manusia. Didalam kekuasaan Allah itu tidak ada sedikitpun unsur aniaya atau dholim kepada manusia.

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (QS An Nisaa’ (4) ayat 40)

“...........Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS Ali ‘Imran (3) ayat 117).

Kelihatannya ayat-ayat tersebut bertolak belakang. Kehendak Allah seyogyanya dibaca atau harus dinterprestasikan beberbeda dengan teks-nya. Sebenarnya seharusnya dibaca demikian “ Demikan Allah berkehendak membiarkan orang- hambanya. orang yang menhendaki sesat”. Allah mengetahui isi hati manusia. Allah selalu mengabulkan permohonan Kalau manusia menghendaki sesat. Allah akan menyesatkan.

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.........(QS Al Kahfi (18) ayat 29)

Jadi, terserah manusia apa yang dikehendaki. Allah berkehendak terhadap apa yang dikehendaki manusia. Kalau manusia menghendaki rezeki, Allah memberikan rezeki kepada manusia yang menghendaki.
Kenapa Allah selalu menghendaki apa yang dikehendaki hambanya. Karena Allah selalu mengabulkan permohonan atau do’a hambanya. Apakah tidak percaya ? Kalau tidak percaya, ya berarti tidak percaya Al Quran. Sekarang marilah kita menyimak firman Allah sbb :

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..........( QS Al Mu’min (40) ayat 60).

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah (2) ayat 186).

Al Quran sering menggambarkan bahwa manusia memiliki kemerdekaan atau kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang sesuai keinginannya asal tidak melebihi apa yang telah dirumuskan oleh Allah. Seperti manusia ingin terbang. Tidak mungkin karena ukuran yang dikehendaki Tuhan memang manusia tidak bisa terbang. Manusia mendapatkan dari apa yang ia kerjakan.

“.......Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.....(QS Ar Ra’d (13) ayat 11)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS Al Zalzalah (99) ayat 7-8)

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (QS An Njam (53) ayat 39)

Senin, 16 Juni 2008

Takdir, Kehendak Allah dan Kehendak Manusia (2)

Dalam membahas Takdir, Kehendak Allah dan Kehendak Manusia dapat dibagi menjadi beberapa tahapan. Yang pertama, penciptaan awal alam semesta. Yang kedua, setelah penciptaan alam semesta dan yang ketiga, berakhirnya alam semesta.
1. Penciptaan alam semesta
Yang menciptakan alam semesta adalah Allah yang tidak berawal. Penciptaan ini disampaikan Allah melalui Alquran Surat Al Baqarah (2) ayat 117 “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.”
Dalam penciptaan alam semesta tidak langsung “jemegler”, tetapi melalui proses waktu. Proses ini memerlu waktu 6(enam) hari. Waktu enam hari atau enam masa ini menunjukkan bahwa proses penciptaan membutuhkan waktu.“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya[711], dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini[712] tidak lain hanyalah sihir yang nyata." (QS Huud (11) ayat 7.)Allah tidak menciptakan langit dan bumi hanya satu, tetapi banyak langit dan bumi. Menurut ilmu pengetahuan langit dan bumi kita disebut dengan solar system. Dalam satu galaxy (gugusan bintang) teridiri bermilyar-milyar langit dan bumi (solar system). Belum lagi dalam Nebula, Himpunan Nebula, Group Nebula dan Guci (Harun Yahya dalam Matematika Alquran). Maha Suci Allah Yang Maha Menggerakkan.
” Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.(QS Ath Thalaaq(65) ayat 12) “ .
Allah menciptakan 7 (tujuh) langit dan bumi ini menunjukkan sangat banyak. Allah menciptakan alam semesta ini dengan penuh perhitungan, ukuran, kadar, formula (rumusan) yang sangat cermat dan sempurna. "Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna-sempurnanya" (QS Al-Furqan [25]: 2).

"Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu" (QS Al-Hijr [15]: 21)”.
Kita mungkin belum bisa membayangkan bahwa bumi dan planet-planet lainnya beredar mengitari matahari. Dan matahari dan planet-planetnya (termasuk bumi) yang bermilyar-milyar jumlahnya juga mengitari pusat Galaxy. Dan galaxy mengitari pusat Nebula dan seterusnya sampai Guci dan seluruhnya bersama-sama mengitari pusat Alam Semesta (’Alamiin) dengan kecepatan yang sangat tinggi (Ada yang mempunyai kecepatan 250 km per detik sampai 100.000 km per jam dan ada yang satu putaran membutuhkan waktu 250 juta tahun). Betapa cepat gerakan ini. hanya kemurahan Allah manusia bisa menempel di permukaan bumi dan alangkah jauhnya bila dibanding umur manusia. Maha Besar Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
"Dan matahari beredar di tempat peredarannya Demikian itulah takdir yang ditentukan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui" (QS Ya Sin [36]: 38.”

Setelah alam semesta tercipta dan semua fasilitas kehidupan tersedia, Allah menciptakan manusia dan hewan. Allah menciptakan dari tanah.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (QS Al Hijr(15) ayat 26)”.Dan hewan diciptakan dari air. “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS An Nuur (24) ayat 45)”.
Penciptaan manusia dilakukan, tidak dengan “jemegler”, tetapi tentunya dilakukan dengan suatu proses dan penyempurnaan.
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al 'Ankabuut (29) Ayat 19”.

“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) (QS Al ‘A’la (87) ayat 1 dan 2)”.

Alam semesta dan isinya ( termasuk manusia dan hewan ) diciptakan oleh Allah berdasarkan ukuran, kadar, perhitungan, formula (rumusan), hukum-hukum dan teori-teori secara sempurna dan sangat cermat. Sesungguhnya inilah yang disebut dengan takdir dan kehendak Allah. Semua yang tercipta atas kehendak Allah. Dalam bahasa agama, Allah sudah menentukan Qadar dan Qadhanya.
Qadar berarti ukuran (miqdar), dan taqdir (takdir) yaitu ukuran sesuatu dan menjadikannya pada ukuran tertentu, atau menciptakan sesuatu dengan ukurannya (kadar, perhitungan dan rumusan) yang ditentukan.
Sedang Qadha adalah menyampaikan sesuatu kepada tahap kepastian wujudnya, setelah terpenuhinya sebab-sebab dan syarat-syarat sesuatu itu. Qadha ini meliputi antara lain hukum-hukum, (siklus) atau tasalsul (kausalitas) dan teori al imkan (teori probabilitas) yang mengatakan alam itu bersifat mungkin, yaitu mungkin terjadi mungkin tidak. Segala sesuatu yang mungkin membutuhkan ‘illat-illat yang menyebabkan adanya sesuatu itu dan ‘illat-illat tersebut harus berakhir pada zat yang wajib ada, wajib al wujud (Halimi Zuhdy). Ini semua adalah ilmu Allah.
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.(QS Al Hajj (22) ayat 70).”

Ilmu Allah adalah pasti. Hidrogen pasti tidak terjadi air tanpa adanya Oksigen. Orang jatuh dari ketinggian pasti jatuh kebawah. Ini kepastian menurut Hukum Grafitasi. Pada waktu tertentu daun pasti layu dan berguguran.

Kamis, 12 Juni 2008

Takdir, Kehendak Tuhan dan Kehendak Manusia (1)

Sebelum membaca tulisan ini, diharapkan membaca terlebih dahulu artikel saya tentang, Ketetapan Allah, Siklus Kehidupan dan Kelahiran Kembali. Masalah takdir, kehendak Allah dan kehendak manusia sejak abad ke tujuh, sudah lama diberbincangkan dan diperdebatkan. Secara garis besar dapat digolongnkan menjadi 3(tiga) kelompok besar pemikiran. Yaitu, kelompok Jabariyah yang dipelopori oleh Jahim bin Shafwan dan kelompok Qodariyah yang dikenal dengan Mu’tajilah dan tokohnya Qodhi Abdul Jabbar serta yang terakhir adalah kelompok Asya’ariyah atau dikenal dengan Ahli Sunnah Waljamaah yang ditokohi oleh Abu al Hasan Ali al Asya’ari (873-935 M) dari Basrah, Iraq.

Yang pertama, kelompok Jabariah mengatakan bahwa takdir adalah keputusan Allah dimana baik dan buruk manusia ditentukan sepenuhnya oleh Allah tanpa manusia berupaya atau berkehendak dan mengganti keadaan tersebut.

Yang kedua, kelompok Qodariyah mengatakan bahwa takdir manusia ditentukan oleh seberapa besar usaha dan kehendak manusia tanpa intervensi atau pengaruh dan keikutsertaan Allah terhadap perjalanan hidup seorang manusia. Manusia bebas berkendak penuh terhadap perjalanan hidupnya. Kelompok ini memahami konsep pembalasan amal perbuatan manusia dengan keadilan yang sangat literal dan kaku, yaitu orang yang baik mesti ke surga dan yang jahat mesti ke neraka, dan tidak menerima konsep rahmat Allah yang tak terbatas, dalam artian, Allah dengan rahmat-Nya dapat saja memaafkan dan mengampuni kesalahan manusia dan menempatkannya di surga. Tanpa wahyu manusia dengan akalnya dapat mengetahui Tuhan, demikian juga baik dan buruk. Baik dan buruk itu bersifat objektif, maka akal dapat mengetahuinya. Fungsi wahyu berperan sebagai konfirmasi dan informasi. Karena sifat baik dan buruk itu adalah objektif maka setiap pelaku kebaikan mendapat imbalan yang baik, dan pelaku keburukan mendapat hukumannya.

Dan yang ketiga, kelompok Asya’ariah mengatakan bahwa Allah telah menetapkan takdir manusia ,tetapi manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal mungkin. Manusia diberi kesempatan untuk berkendak atau berusaha untuk merubah keadaan dan kondisinya. Perubahan dapat berubah atas kuasa dan ridha Ilahi, walaupun takdir telah ditulis di Lauh Mahfuzh. Bagi Asy’ariyah tidak ada hukum produk akal. Akal tidak dapat mewajibkan atau mengharamkan, yang ada hanya hukum syariat, karena itu, tidak ada hukuman bagi orang yang belum sampai kepadanya syariat. Baik adalah apa yang diperintahkan syara’ dan buruk adalah apa yang dilarangnya. Tugas akal hanya sebagai alat untuk memahami ajaran-ajaran syara’. Asy’ariyah tidak ada kebenaran di luar agama Islam, karena yang menentukan benar dan salah, baik dan buruk sesuatu adalah agama.

Kaum Asy’ariyah dalam memahami konsep kekuasaan absolut Tuhan, bahwa Tuhan dengan wewenang-Nya yang absolut dapat saja memasukkan orang-orang saleh dan para nabi ke neraka dan para penjahat ke dalam surga. Tentu saja memasukkan manusia-manusia baik ke dalam neraka adalah paham kekuasaan yang kering dari rahmat dan kasih sayang Tuhan yang mengatasi segala sesuatu.

Kritik terhadap kelompok Jabariyah. Pemikiran ini mempunyai dampak buruk. Pemikiran ini menampik tanggung jawab dan menafikan adanya usaha manusia. Usaha manusia untuk mencari pendidikan dan mempelajari hukum dan moral tidak bermanfaat. Bila pemikiran ini mencabut kehendak bebas manusia maka tidak perlu lagi tanggung jawab, tugas, larangan, pahala dan siksa dalam syariat agama.

Kritik terhadap kelompok Qodariyah. Pemikiran ini hanya menekankan akal secara ekstrem sehingga cenderung menafikan peranan Tuhan dan menuhankan akal.

Kritik terhadap kelompok Asy ariyah. Logika idealektik yang berusaha dibangun oleh Asy’ariyah masih mengadung nilai- nilai empirik, tapi argumen-argumennya tetap saja membingungkan. Bagaimana mungkin Asy’ariyah membuktikan bahwa alam itu hadits (baru, tidak qadim), sementara gerakan dan siklus yang merupakan sifat tetap alam telah berlangsung tanpa permulaan. Pada hakikatnya alam adalah qadim, dalam pengertian bahwa Tuhan menciptakan alam tanpa permulaan dan tanpa bahan dasar, dan jarak antara keberadaan Tuhan dan keberadaan alam tidak mungkin diukur dengan waktu. Dengan kata lain, tidak ada rentang waktu antara Tuhan dengan alam walau sedetik pun. Dan posisi Tuhan tidak lain adalah ‘illat atau sebab keberadaan alam. Tanpa Tuhan alam tidak akan pernah ada.

Kelompok Asy’ariyah dalam logikanya mengambil kaidah “kunci” yaitu kemustahilan daur dan tasalsul (kausalitas). Apa alasan Asy’ariyah menetapkan kaidah seperti itu? Pada hakikatnya, daur dan tasalsul itu hal yang wajar dan merupakan tabiat alam. Tuhan telah menciptakan siklus dan hubungan kausalitas (sebab akibat) sehingga manusia sanggup mengolah dan memproses daur ulang alam ini dengan ilmu pengetahuannya. Teori kemustahilan ini hanya berakibat terhambatnya ilmu pengetahuan dan menjadikan manusia pasif dalam hidupnya (Halimi Zuhdy)

Nah, sebelum membahas pemikiran saya yang berkaitan dengan akidah Jabariyah, Qodariyah dan Asy,ariah, sekarang kita kembali kepada topik yaitu, takdir, kehendak Tuhan dan kehendak manusia. Pertama kita bicarakan dulu tentang takdir. Apa yang dimaksud Takdir. Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran, perhitungan, ketetapan dan keputusan sehingga jika Anda berkata, "Allah telah menakdirkan demikian," maka itu berarti, "Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya." Takdir memiliki dua bagian: qadar dan qadha. Arti qadar adalah ukuran tentang fenomena dan kejadian. Sedang qadha adalah keputusan Tuhan tentang kejadian dan peristiwa dengan suatu perhitungan.

Dalam alam semesta ini qadar terwujud dalam ilustrasi kehidupan sehari-hari dan ilimiah. Sebagai contoh bergeraknya jantung. Maha Suci Allah1) yang menggerakkan jantung. Manusia tidak bisa menghentikan bergeraknya jantung sesuai dengan kehendak manusia. Hai jantung berhentilah ?. Jantung tidak akan berhenti. Jantung itu akan berhenti sesuai dengan kadar dan ukuran atau formula yang ditetapkan oleh Tuhan. Awalnya jantung itu sehat kemudian lama-lama akan menjadi rusak. Bagaimana kerusakan itu akan menyebabkan jantung itu berhenti. Inilah yang ditetapkan melalui rumusan atau ukuran yang pasti oleh Tuhan. Kalau jantung itu dirusak oleh tangan manusia apakah di tembak atau ditusuk dengan alat tajam atau memakan makan yang mengnandung kolesterol, jantung itu akan rusak. Berhentinya yang tergantung kerusakan yang ditentukan melalui ukuran Tuhan.

Seperti orang bunuh diri. Bunuh diri ini dilarang oleh Tuhan.2) Jadi bunuh diri itu bukan kehendak Tuhan tetapi kehendak manusia itu sendiri. Nah, hasilnya apakah dia itu mati atau luka parah atau luka ringan. Itu tergantung pada rumusan atau ukuran yang sudah ditetapkan. Kalau dia bunuh diri melompat dari gedung bertingkat 20. Menurut ukuran Tuhan pasti mati, kalau tidak ada rintangan. Kalau dia melompat gedung yang dibawah banyak rintangan misalnya, ada pepohonan dan sebagainya bisa jadi tidak mati.

Kelompok Jabariyah menggunakan Surat Al Anfaal (80) ayat 17 digunakan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa semua perbuatan manusia ditentukan Tuhan.

“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Manusia dapat bergerak. Kakinya bisa berjalan dan bisa berlutut. Tangannya bisa digerakkan untuk mengambil, melempar atau mengayunkan pedang. Ini merupakan takdir Allah. Tetapi tangan kamu, kamu gunakan untuk membaca atau kamu gunakan membunuh atau melempar orang. Ini bukan kehendak Tuhan, juga bukan takdir Tuhan. Itu semata-mata kehendak manusia. Kalau manusia membunuh tanpa ada alasan yang kuat. Manusia harus mempertanggung jawabkan. Kalau manusia melempar batu kena kepala orang tanpa alasan jelas Perbuatan ini harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Kalau perbuatan itu takdir Tuhan berarti tidak perlu dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.

Air tidak akan ada atau tidak akan terwujud, bila tidak bersatunya Hidrogen dan Oksigen. Bersatunya hydrogen dan oksigen inipun tergantung rumusan Tuhan. Rumusannya apa ? Ya H2O. Kalau ada 1(satu) molekul dan 2(dua) molekul Oksigen pasti akan jadi air. Orang boleh saja menciptakan air asal harus memenuhi rumus tadi ,H20. Nah, Hidrogen dan Oksigen inilah yang diciptakan oleh Tuhan. Seperti Tuhan menciptakan bumi kita ini, sudah dilengkapi denga Hidrogen dan Oksigen.

Bulan mengitari bumi. Bulan dan bumi serta planet lainnya mengitari matahari. Ukuran dan perhitungannya sudah ditentukan oleh Tuhan 3). Bumi dan planet lainnya seperti saturnus, mars mengitari matahari disebut dengan Tata Surya (Solar System). Tata surya ini ternyata bermilyar-milyar banyaknya dan mengitari pusat Galaxy . Kumpulan bermilyar-milyar tata surya ini disebut dengan Galaxy. Galaxy bermilyar-milyar mengitari pusat Nebula. Dan kumpulan bermilyar-milyar Galaxy ini disebut Nebula. Kumpulan bermilyar-milyar Nebula mengitari pusat Himpunan Nebula. Kumpulan ini Nebula disebut dengan Himpunan Nebula, Kumpulan bermilyar-milyar Himpunan Nebula ini mengitari pusat Group Nebula dan kumpulan Himpunan Nebula ini disebut Group Nebula dan Kumpulan bermilyar-milyar Group Nebula ini mengitasi pusat Guci dan kumpulan Guci ini disebut dengan Alam Semesta ( ‘Alaamiin). Konstelasi ini ditetapkan Tuhan berdasarkan ukuran dan perhitungan yang cermat. Semuanya bergerak. Subhanallah, Tuhan Yang Maha Menggerakkan 4).

Catatan :
  1. Subhanallah diterjemahkan Yang Maha Menggerakkan oleh Harun Yahya.
  2. QS: An Nisaa’ (4) ayat 29.
  3. QS: Surat Ya sin (36) ayat 38-39 ; Surat Al Furqan (25) ayat 2 ; Surat Al Hijr (15) ayat 21.
  4. Harun Yahya, “Matematika Alquran”

Sabtu, 07 Juni 2008

Kelahiran Kembali

Apakah seseorang itu dilahirkan kembali berulang-ulang. Marilah kita perhatikan ayat-ayat Al Quran dibawah ini,

Al 'Ankabuut (29) Ayat 19.

Awa lam yaraw kayfa yubdio Allahu alkhalqa thumma yuAAeeduhu inna thalika AAala Allahi yaseerun

Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

See they not how Allah originates creation, then repeats it. Verily, that is easy for Allah.

Yusuf Ali:

See they not how Allah originates creation, then repeats it: truly that is easy for Allah.

Al 'Ankabuut (29) Ayat 20.

Qul seeroo fee alardi faonthuroo kayfa badaa alkhalqa thumma Allahu yunshio alnnashata alakhirata inna Allaha AAala kulli shayin qadeerun

Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi [1148]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

[1148] Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

Say: "Travel in the land and see how (Allah) originated creation, and then Allah will bring forth (resurrect) the creation of the Hereafter (i.e. resurrection after death). Verily, Allah is Able to do all things."

Yusuf Ali:

Say: "Travel through the earth and see how Allah did originate creation; so will Allah produce a later creation: for Allah has power over all things.

Dalam Al Quran Surat ‘Ankabuut (29) ayat 19 , kita sebagai manusia diperintahkan Allah untuk memperhatikan bagaimana Allah mengawali penciptaan manusia. Artinya kita diminta untuk melihat dan memperhatikan proses kelahiran seorang bayi. Kalau yang dimaksud itu adalah memperhatikan penciptaan Adam, bagaimana kita bisa memperhatikan atau melihatnya dengan seksama. Adam dilahirkan beribu-ribu tahun yang lalu. Mustahil kita memperhatikan atau melihat (to see) kelahirannya.

Mengapa saya mengatakan bahwa Adam dilahirkan. Perhatikan ayat berikut ini :

Ali Imran (3) ayat 33.

Inna Allaha istafa adama wanoohan waala ibraheema waala AAimrana AAala alAAalameena
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

Allah chose Adam, Nooh (Noah), the family of Ibrahim (Abraham) and the family of Imran above the Alameen (mankind and jinns) (of their times).

Yusuf Ali:

Allah did choose Adam and Noah, the family of Abraham, and the family of 'Imran above all people,-

Dalam ayat ini, Allah berfirman bahwa Allah memilih Adam melebihi segala umatnya. Ini berarti sebelum Adam dilahirkan atau pada saat Adam dilahirkan, sudah ada manusia. Kalau Allah memilih, berarti ada banyak manusia atau paling tidak lebih dari satu. Kalau hanya satu. Tidak perlu dipilih tetapi langsung diangkat jadi Nabi. Jadi Adam ini merupakan manusia unggul di jamannya. Karena itu dipilih untuk menduduki khalifah di bumi.

Penciptaan Adam, bukan “Sim Salabim”. Tetapi melalui proses penciptaan dan proses penyempurnaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al A’laa berikut ini.

Al A'laa (87)

Allathee khalaqa fasawwa

“yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), “

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

Who has created (everything), and then proportioned it;

Yusuf Ali:

Who hath created, and further, given order and proportion;

Sekarang marilah kembali kepada sambungan ayat (Al ‘Ankabuut ayat 19) berikutnya. Oleh Allah, kita juga diminta untuk memperhatikan atau melihat (to see) pada saat Allah mengulangi kembali penciptaan manusia. Kalau pengulangan ini terjadi di Akhirat.. Bagaimana manusia melihat kejadian itu. Kalau penciptaan yang sekarang mudah diperhatikan atau dilihat. Lha wong kita masih di dunia kok disuruh melihat di akhirat kan tidak mungkin. Jadi pasti pengulangan penciptaan ini terjadi sekarang di bumi.

Dalam Surat Al ‘Ankabuut ayat 20, Allah jelas berfirman bahwa berjalanlah dimuka bumi untuk memperhatikan Allah mengawali penciptaan, yaitu proses penciptaan seorang dari sperma dan sel telur, embrio, janin, bayi dan akhirnya dewasa dan meninggal ( sebagaimana juga diterangkan pada ayat 19) dan mengulangi lagi artinya orang yang mati dilahirkan kembali di bumi setelah dihisab. Dilahirkan lagi, tentunya melalui proses kelahiran dari sperma dan sel telur, embrio, janin , bayi dan akhirnya dewasa.

Perintah melihat dan memperhatikan (to see) Allah mengulangi penciptaan lagi ( Allah produce a later creation), tentunya di bumi. Tidak mungkin manusia hidup ini dapat melihat dan memperhatikan (to see) pengulangan penciptaan di akhirat.(Sebagaimana juga di jelaskan di ayat 19). Dan jelas kita diminta berjalan di muka bumi untuk melihat dan memperhatikan juga di bumi.

Perintah memperhatikan proses kelahiran manusia ini sejalan dengan Surat Ar Rum (30) ayat 40 yang mengatakan bahwa manusia lahir , kemudian dimatikan kemudian dilahirkan kembali.

Ar Ruum (30) ayat 40

Allahu allathee khalaqakum thumma razaqakum thumma yumeetukum thumma yuhyeekum hal min shurakaikum man yafAAalu min thalikum min shayin subhanahu wataAAala AAamma yushrikoona

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

Allah is He Who created you, then provided food for you, then will cause you to die, then (again) He will give you life (on the Day of Resurrection). Is there any of your (socalled) partners (of Allah) that do anything of that ? Glory be to Him! And Exalted be He above all that (evil) they associate (with Him).

Yusuf Ali:

It is Allah Who has created you: further, He has provided for your sustenance; then He will cause you to die; and again He will give you life. Are there any of your (false) "Partners" who can do any single one of these things? Glory to Him! and high is He above the partners they attribute (to him)!

Kemudian dilanjutkan dalam Surat Ar Rum (30) ayat 41 sebagai berikut :

Ar Ruum (30) ayat 41.

Thahara alfasadu fee albarri waalbahri bima kasabat aydee alnnasi liyutheeqahum baAAda allathee AAamiloo laAAallahum yarjiAAoona

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

Evil (sins and disobedience of Allah, etc.) has appeared on land and sea because of what the hands of men have earned (by oppression and evil deeds, etc.), that Allah may make them taste a part of that which they have done, in order that they may return (by repenting to Allah, and begging His Pardon).

Yusuf Ali:

Mischief has appeared on land and sea because of (the meed) that the hands of men have earned, that ((Allah)) may give them a taste of some of their deeds: in order that they may turn back (from Evil).

Terjemahan Surat Rum (30) ayat 41 ini lebih bertambah jelas kalau kita melihat terjemahan terbitan Al Huda (Kelompok Gema Insani) sebagai berikut :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan ( give them a taste) sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Marilah kita secara seksama memperhatikan “ Allah menghendaki agar mereka merasakan dari (akibat) perbuatan mereka”

Siapakah “mereka” yang harus merasakan. Ya, mereka yang melakukan kerusakan di darat dan di laut. Bukan orang lain.

Misalnya, orang (di Jakarta) melakukan illegal loging di Kalimantan. Bertahun-tahun kemudian terjadi banjir dan longsor di Kalimantan. Banyak orang yang menderita akibat banjir dan longsor. Siapa “orang yang menderita”. Ya, orang di Jakarta itu. Karena ia melakukan kerusakan di Kalimantan, maka orang Jakarta itu setelah mati, dilahirkan kembali di Kalimantan untuk merasakan akibat perbuatannya dahulu. Dan di azab di bumi bukan di akhirat. (Asy Syura’ ayat 31). Jadi bukan orang lain yang merasakan penderitaan akibat banjir dan longsor itu.

Bagaimana mungkin orang di belakang hari yang tidak tahu menahu tentang kerusakan hutan yang dilakukan orang sebelumnya kok menanggung beban penderitaan orang lain. Ini tidak adil. Ini Tidak mungkin. Ini penafsiran yang salah.

Musibah apapun yang menimpa kamu, adalah karena perbuatan tanganmu sendiri ( Asy Syura’ (42) ayat 30). Dan Kamu tidak lepas azab di bumi (Asy Syura’(42) ayat 31.

Asy Syura’(42) ayat 30.

Wama asabakum min museebatin fabima kasabat aydeekum wayaAAfoo AAan katheerin

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

And whatever of misfortune befalls you, it is because of what your hands have earned. And He pardons much. (See the Quran Verse 35:45).

Yusuf Ali:

Whatever misfortune happens to you, is because on the things your hands have wrought, and for many (of them) He grants forgiveness.

Asy Syuura (42) ayat 31

Wama antum bimuAAjizeena fee alardi wama lakum min dooni Allahi min waliyyin wala naseerin

Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.

Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan:

And you cannot escape from Allah (i.e. His Punishment) in the earth, and besides Allah you have neither any Walee (guardian or a protector) nor any helper.

Yusuf Ali:

Nor can ye frustrate (aught), (fleeing) through the earth; nor have ye, besides Allah, any one to protect or to help.

Jadi kalau ada manusia yang ditimpa musibah, apakah itu hujan batu karena gunung meletus, atau terbenam di dalam bumi karena adanya gempa bumi atau ada yang ditenggelamkan karena banjir dan lain-lain. Itu karena perbuatannya sendiri. Tuhan sama sekali tidak menganiayai manusia, akan tetapi manusia itu sendiri yang menganiayai diri manusia itu sendiri. Sebagaiman yang yang difirmankan Allah dalam Surat Al ‘Ankabuut (29) ayat 40 sebagai berikut :

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al ‘Ankabuut (29)-40)”

Wa llahu ‘alam bi shawab