Selasa, 17 Juni 2008

Takdir, Kehendak Allah dan Kehendak Manusia (3)

2. Setelah penciptaan alam semesta
Atas kehendak Allah, terciptalah manusia untuk dijadikan khalifah di bumi. Khalifah secara bahasa berarti “pengganti” (berasal dari kata khalf yang berarti “dibelakang”). Tugas manusia tinggal di bumi adalah melaksanakan perintah Allah untuk menguasai dan memakmurkan bumi.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS Al Baqarah (2) ayat 30)".

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS Huud (11) ayat 61.)”.

Manusia sebagai khalifah, di bumi ini, tentunya diberikan akal dan pikiran untuk dapat menguasai dan memakmurkan bumi. “(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran” (QS Ibrahim (14) ayat 52)

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir (QS Ali ‘Imran (3) ayat 65).

Allah memberikan akal dan pikiran, agar manusia dapat menggunakan pikiran dan akalnya untuk memilih jalan kebenaran dan jalan menuju ketaqwaan. “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya .” ( QS Asy Syams (91) ayat 8).

Bahkan Allah memberikan 7 (tujuh) jalan ( thariqa atau track). Tujuh jalan ini menunjukkan banyak jalan menuju Allah.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan ; dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).(QS Al Mu’minuun (23) ayat 17)

Syaitan itu dapat membisikkan pikiran jahat kepada manusia menuju jalan kefasikan, sehingga manusia dapat terpeleset mengikuti pikiran jahat yang dibisikkan oleh syaitan, yang dapat berupa jin dan manusia.

“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)." (QS Al A’raaf (7) ayat 20).

Kalau manusia tidak mempunyai pilihan maka tidak perlu ada ada azab dan pahala, tidak perlu ada ujian dan tidak perlu disediakan jannah dan naar.

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia[236] dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS Ali ‘Imran (3) ayat 148).”

“Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong (QS Ali ‘Imran(3) ayat 56)”

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,.(QS Mulk (67) ayat 2).

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan (QS As Sajdah (32) ayat 19 ).
“(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke naar(api) atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api (naar)!" (QS Al Qamar (54) ayat 48).

Dengan disediakan jannah dan naar, adzab dan pahala dan ujian, maka manusia diberikan pilihan untuk memilih jalan menuju Allah. Bahkan Allah telah memberikan hidayah atau petunjuk secara “built-in”. Sehingga manusia tidak bisa menghindari atau beralasan karena tidak diberikan petunjuk atau hidayah. Petunjuk itu dapat berupa Al Quran dan ayat-ayat yang ada di alam semesta. Kalau manusia tidak mempunyai pilihan, maka tidak perlu adanya hidayah yang berupa Al Quran sebagai pertunjuk bagi manusia.

“Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (QS Thaahaa(20) ayat 50).

“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS Al Baqarah (2) ayat 97).
Nah, Ayat Al Quran yang menyatakan bahwa Allah itu melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Ayat itu sangat banyak yang difirmankan atau diterangkan dalam Al Quran.

“.......Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.......(QS Al Muddatstsir (74) ayat 31)

“.......Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu .(QS Al Baqarah (2) ayat 284).

“.......Sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu)........(QS Ar Ruum (30) ayat 37).

Tidak dipungkiri lagi, bahwa Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Allah itu Maha Mengetahui apa yang diperbuat manusia. Didalam kekuasaan Allah itu tidak ada sedikitpun unsur aniaya atau dholim kepada manusia.

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (QS An Nisaa’ (4) ayat 40)

“...........Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS Ali ‘Imran (3) ayat 117).

Kelihatannya ayat-ayat tersebut bertolak belakang. Kehendak Allah seyogyanya dibaca atau harus dinterprestasikan beberbeda dengan teks-nya. Sebenarnya seharusnya dibaca demikian “ Demikan Allah berkehendak membiarkan orang- hambanya. orang yang menhendaki sesat”. Allah mengetahui isi hati manusia. Allah selalu mengabulkan permohonan Kalau manusia menghendaki sesat. Allah akan menyesatkan.

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.........(QS Al Kahfi (18) ayat 29)

Jadi, terserah manusia apa yang dikehendaki. Allah berkehendak terhadap apa yang dikehendaki manusia. Kalau manusia menghendaki rezeki, Allah memberikan rezeki kepada manusia yang menghendaki.
Kenapa Allah selalu menghendaki apa yang dikehendaki hambanya. Karena Allah selalu mengabulkan permohonan atau do’a hambanya. Apakah tidak percaya ? Kalau tidak percaya, ya berarti tidak percaya Al Quran. Sekarang marilah kita menyimak firman Allah sbb :

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..........( QS Al Mu’min (40) ayat 60).

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah (2) ayat 186).

Al Quran sering menggambarkan bahwa manusia memiliki kemerdekaan atau kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang sesuai keinginannya asal tidak melebihi apa yang telah dirumuskan oleh Allah. Seperti manusia ingin terbang. Tidak mungkin karena ukuran yang dikehendaki Tuhan memang manusia tidak bisa terbang. Manusia mendapatkan dari apa yang ia kerjakan.

“.......Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.....(QS Ar Ra’d (13) ayat 11)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS Al Zalzalah (99) ayat 7-8)

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (QS An Njam (53) ayat 39)

Tidak ada komentar: