Apa tujuan kita hidup di dunia yang fana ini. Apakah kita hanya bersenang-senang saja atau kita tidak mempunyai tujuan sama sekali. Apakah kita sekedar bersenda gurau saja. Banyak manusia yang tertipu. Di dunia ini mereka hanya main-main dan senda gurau seperti yang diperingatkan oleh Allah.
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia....(QS Al An’aam(6) ayat 70)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung hari kemudian itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’aam (6) ayat 32).
Kenapa kampung di hari kemudian itu lebih baik bagi orang bertaqwa, karena Allah menciptakan mati dan hidup ini adalah untuk diuji. Siapa yang paling bertaqwa akan beruntung di kampung hari kemudian.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,( QS Al Mulk (67) ayat 2).
Bagi orang yang beragama Islam, tentunya mencari petunjuk melalui kitab suci Al Qur’an.Tujuan hidup manusia adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat (51) ayat 56).
Ini tujuan hidup di dunia. Apakah ada tujuan setelah ini. Ya tujuan manusia adalah kembali kepada Allah. Saya mencatat ada 24 ayat yang menyatakan pada intinya bahwa kita akan kembali kepada Allah (lihat referensi). Apakah gampang kita kembali kepada Allah untuk memandang wajah Allah. Bukan hanya bertemu tetapi kembali kepada Allah. Apakah mudah kita menuju Allah ? Perlu ada upaya atau bekerja sungguh-sungguh. Kalau tidak bekerja atau berbuat dengan sungguh, mana bisa manusia menuju Tuhan-Nya.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya “(QS Al Insysiqaaq (84) ayat 6).
Tuhan telah menggambarkan dan memperingatkan bahwa menuju Tuhan itu tidak mudah dan jalan menuju Tuhan merupakan jalan yang mendaki lagi sukar sebagaimana yang di firmankan dalam QS Al Balad(90) ayat 10-16).
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Sesungguhnya manusia dapat bertemu Allah dan dapat dilakukan di dunia ini. Apakah bisa ? Ya, tergantung kepada orangnya apakah orang itu dapat bertemu Allah di dunia ini. Bahkan dapat memandang wajah Allah di bumi ini. Kok bisa..? Coba simak firman Allah berikut ini :
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah (2) ayat 115).
Yang bisa bertemu dengan Allah dan memandang Allah adalah seorang hamba Allah. Kalau bukan hamba Allah ya, pasti tidak dapat bertemu dengan Allah. Lha wong, sudah jelas kok firman Allah dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 dan Qaf (50) ayat 16.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS Al Baqarah (2) ayat 186)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”, (QS Qaf(50) ayat 16).
Manusia memang tidak bisa merasa yakin kalau tidak melihat dengan mata dan kepala (‘Ainul yaqin). Manusia tidak bisa melihat Allah dengan mata. Tetapi Allah dapat dilihat dengan ilmu, artinya orang bisa yakin dapat melihat Allah atau eksistensi-Nya melalui ilmu yang disebut dengan Ilmul yaqin. Orang yakin dan percaya Allah itu ada dan dapat dilihat eksistensinya melalui ilmu. Kalau hanya melihat Allah, hanya dengan ilmu, maka mereka pasti sholatnya tidak khusuk, masih berani melanggar apa-apa yang dilarang oleh Allah yang disampaikan dalam Al Qur’an. Orang masih berani melakukan kekerasan kepada orang lain. Orang masih berani melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme Orang masih berani mengumbar kemarahannya dan hawa nafsunya. Mereka tidak sabar. Mengapa orang masih berani melakukan kemungkaran? Cobalah disimak ayat berikut ini.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah(2) ayat 45-46).
Mereka tidak khusuk. Mereka masih berani melanggar hukum-hukum Allah. Karena mereka belum yakin dengan haq (haqqul yaqin) atau belum haqqul yaqin bahwa mereka akan ketemu dengan Tuhanya. Tetapi kalau mereka benar-benar percaya dan yakin menurut kalbunya atau haqqul yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, pasti mereka khusuk sholatnya, mereka pasti takut dan tidak berani melanggar apa-apa yang dilarang Allah, mereka pasti tidak berani KKN, mereka pasti tidak berani mengumbar kemarahan dan hawa nafsunya. Pasti mereka sangat sabar, santun dan berakhlaq yang baik (ahlaqul karimah).
Wa llahu ‘alam bish shawab.
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia....(QS Al An’aam(6) ayat 70)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung hari kemudian itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An’aam (6) ayat 32).
Kenapa kampung di hari kemudian itu lebih baik bagi orang bertaqwa, karena Allah menciptakan mati dan hidup ini adalah untuk diuji. Siapa yang paling bertaqwa akan beruntung di kampung hari kemudian.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,( QS Al Mulk (67) ayat 2).
Bagi orang yang beragama Islam, tentunya mencari petunjuk melalui kitab suci Al Qur’an.Tujuan hidup manusia adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Qur’an.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat (51) ayat 56).
Ini tujuan hidup di dunia. Apakah ada tujuan setelah ini. Ya tujuan manusia adalah kembali kepada Allah. Saya mencatat ada 24 ayat yang menyatakan pada intinya bahwa kita akan kembali kepada Allah (lihat referensi). Apakah gampang kita kembali kepada Allah untuk memandang wajah Allah. Bukan hanya bertemu tetapi kembali kepada Allah. Apakah mudah kita menuju Allah ? Perlu ada upaya atau bekerja sungguh-sungguh. Kalau tidak bekerja atau berbuat dengan sungguh, mana bisa manusia menuju Tuhan-Nya.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya “(QS Al Insysiqaaq (84) ayat 6).
Tuhan telah menggambarkan dan memperingatkan bahwa menuju Tuhan itu tidak mudah dan jalan menuju Tuhan merupakan jalan yang mendaki lagi sukar sebagaimana yang di firmankan dalam QS Al Balad(90) ayat 10-16).
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Sesungguhnya manusia dapat bertemu Allah dan dapat dilakukan di dunia ini. Apakah bisa ? Ya, tergantung kepada orangnya apakah orang itu dapat bertemu Allah di dunia ini. Bahkan dapat memandang wajah Allah di bumi ini. Kok bisa..? Coba simak firman Allah berikut ini :
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah (2) ayat 115).
Yang bisa bertemu dengan Allah dan memandang Allah adalah seorang hamba Allah. Kalau bukan hamba Allah ya, pasti tidak dapat bertemu dengan Allah. Lha wong, sudah jelas kok firman Allah dalam surat Al Baqarah (2) ayat 186 dan Qaf (50) ayat 16.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS Al Baqarah (2) ayat 186)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”, (QS Qaf(50) ayat 16).
Manusia memang tidak bisa merasa yakin kalau tidak melihat dengan mata dan kepala (‘Ainul yaqin). Manusia tidak bisa melihat Allah dengan mata. Tetapi Allah dapat dilihat dengan ilmu, artinya orang bisa yakin dapat melihat Allah atau eksistensi-Nya melalui ilmu yang disebut dengan Ilmul yaqin. Orang yakin dan percaya Allah itu ada dan dapat dilihat eksistensinya melalui ilmu. Kalau hanya melihat Allah, hanya dengan ilmu, maka mereka pasti sholatnya tidak khusuk, masih berani melanggar apa-apa yang dilarang oleh Allah yang disampaikan dalam Al Qur’an. Orang masih berani melakukan kekerasan kepada orang lain. Orang masih berani melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme Orang masih berani mengumbar kemarahannya dan hawa nafsunya. Mereka tidak sabar. Mengapa orang masih berani melakukan kemungkaran? Cobalah disimak ayat berikut ini.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah(2) ayat 45-46).
Mereka tidak khusuk. Mereka masih berani melanggar hukum-hukum Allah. Karena mereka belum yakin dengan haq (haqqul yaqin) atau belum haqqul yaqin bahwa mereka akan ketemu dengan Tuhanya. Tetapi kalau mereka benar-benar percaya dan yakin menurut kalbunya atau haqqul yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, pasti mereka khusuk sholatnya, mereka pasti takut dan tidak berani melanggar apa-apa yang dilarang Allah, mereka pasti tidak berani KKN, mereka pasti tidak berani mengumbar kemarahan dan hawa nafsunya. Pasti mereka sangat sabar, santun dan berakhlaq yang baik (ahlaqul karimah).
Wa llahu ‘alam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar