Sabtu, 24 Mei 2008

Wajah Islam (1)

Apakah benar wajah orang Islam itu garang dan dikonotasikan dengan pedang dan darah, seperti yang dituduhkan oleh orang Barat. Di wilayah Islam sendiri masih sering terjadi kegarangan itu. Faraq Fouda tewas ditembak kelompok Jamaah Islamiyah di Kairo, karena dianggap murtad. Karena Dia hanya menganggap tidak ada jaman keemasan yang patut di rindukan pada periode salaf. Yaitu pada abad ke-7 ketika para sahabat Nabi memimpin umat. Periode itu, sebagaimana yang ditulis Samsu Rizal Panggabean dalam kata pengantar Buku Kebenaran Yang Hilang yang diterbitkan oleh Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, merupakan periode yang biasa saja, tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Bahkan, ada banyak jejak yang memalukan.

Usman bin Affan, khalifah ke-3 dibunuh. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak. Mereka tidak sekedar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya terpaksa ”bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”. Siapa saja dilarang menyalatinya. Jasad orang tua berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya dipatahkan. Demikian pula Ali, setelah lima tahun memimpin, dibunuh dengan racun oleh Ibnu Muljam. Pembunuhnya ditangkap, tangan dan kakinya dipenggal, matanya dicungkil dan lidahnya dipotong. Mayatnya dibakar (Gunawan Muhamad, Tempo).

Tragedi Karbala yang sangat menyedihkan. Husen bin Ali dalam perjalanan akan membaiat Yasid bin Muawiyah, dicegat oleh Ubaidilah bin Ziyad. Gubernur Basrah dan Kufah. Husen dipaksa perang atau menyerah. Dia memilih perang dan terbunuh. Kepala Husen dibawa kepada Yasid (Ahmad al Usairy, Sejarah Islam). Sampai hati cucu Rasul dipenggal kepalanya. Sungguh tragis.

Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada seseorang pada jaman ini. Kekejian itu terjadi sejak Nabi wafat , bahkan sampai sekarang. Memang tidak semua orang Islam melakukan kekejian.

Berbuat Baik

Marilah kembali kepada wajah Islam dalam Al Quran. Mengapa orang Islam melakukan kekerasan dan kekejian, sedang Al Quran tidak mengajarkan demikian.

Dalam Al Quran, orang Islam itu harus melakukan dan berbuat kebaikan kepada (Al Baqarah ayat 83) :

  1. Ibu dan Bapak
  2. Kaum kerabat
  3. Anak-anak yatim
  4. Orang-orang miskin
  5. Manusia dengan ucapan kata-kata yang baik

Orang Islam itu harus berbuat kebajikan (Al Baqarah (2) ayat 177). Berbuat kebajikan itu adalah (1) memberikan hartanya yang dicintainya kepada :

  1. Kerabatnya
  2. Anak-anak yatim
  3. Orang-orang miskin
  4. Musafir
  5. Orang yang meminta-minta
  6. Memerdekakan hamba sahaya dan

(2) menepati janji bila dia berjanji

(3) sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Orang Islam yang bertaqwa adalah orang Islam yang melakukan perbuatan-perbuatan penuh kebaikan sebagai berikut (Surat Al Imran (3) ayat 133-135) :

  1. menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
  2. menahan amarahnya
  3. mema'afkan (kesalahan) orang.
  4. mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
  5. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya (Surat Al A'raaf (7) ayat 56).
  6. Dan janganlah kamu membunuh dirimu (Surat An Nisaa' (4) ayat 29).
  7. …dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan (Surat Al An'aam (6) ayat 151).

Berdakwa dan Berdebat

Dalam menyampaikan dakwah juga harus dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Surat An Nahl (16) ayat 125). Tidak patut bila dakwah dengan kekerasan, ancaman dan tanpa memberikan contoh atau pelajaran dengan baik. Demikian pula kalau kita berdiskusi, kita diminta untuk berdebat dengan cara yang paling baik. Jangan buru-buru mengatakan ”mengujat agama” atau ”menistakan agama” atau disertai ancaman. Apakah ini perdebatan orang Islam. ? Apakah ini sesuai dengan Surat An Nahl ayat 125 diatas ? Kalau masih tetap berbeda pendapat atau tetap berselisih serahkanlah kepada Allah sebagaimana Surat Asy Syuura (42) ayat 10.

Seharusnya tidak seperti Fouda nasibnya, Dia dibunuh karena dianggap murtad. Apakah Dia menyatakan keluar dari agama Islam ? Kan tidak. Hanya perbedaan pikiran dan pandangan. Kenapa dibunuh ? Apakah yang membunuh tidak membaca al Qur’an bahwa membunuh orang beriman itu dosanya besar sebagaimana Surat An Nisaa’ (4) ayat 93. Balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. Apakah tidak takut ? Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya (Surat Al Maidah(5) ayat 32).

Apakah mereka tidak takut memmbunuh orang Muslim ? Apakah mereka tidak tahu bahwa membunuh orang Muslim itu balasannya adalah Jahannam, dikutuk Allah dan azab yang besar (Surat An Nisaa’ (4) ayat 93).

Demikian pula berdebat dengan para Ahli Kitab, kita dilarang berdebat dengan Ahli Kitab, kecuali mereka yang zalim (Surat Al An’aam(6) ayat 108).. Dan tidak boleh mengolok atau memaki-maki sesembahan orang lain dalam berdakwah. Mereka akan juga mengolok-olok atau memaki Allah tanpa pengetahuan sedikitpun. (Surat Al An’aam (6) ayat 108). Nah, kalau masih berselisih faham, maka serahkanlah kepada Tuhan (Surat Asy Syuura (42) ayat 10).

Jangan bersikeras lagi kasar mempertahankan pendapatnya sendiri yang benar, mereka akan menjahui kita. Oleh karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Surat Ali ‘Imran (3) ayat 159).

Dalam film Fitna misalnya, banyak pidato-pidato atau dakwa yang disampaikan isinya penuh kegarangan, tidak ramah. Bahkan orang lain merasakan ”bergidik”. Tidak diketahui dengan pasti, apakah pidato/dakwah yang disampaikan dalam Film Fitna itu benar atau rekayasa. Dan tidak tahu pasti latar belakang pidato itu disampaikan.

Apapun yang disampaikan dalam pidato itu, memang dapat menimbulkan ketakutan dan ancaman eksistensi.. Misalnya,

”Allah is happy when non-muslim get killed”

”A Jew is hiding behind me. Come and cut off his head. And we shall cut off his head”

“The Jews are Jews. They are the ones who must be butchered and killed”

“Islam is a religion that want to rule the world. It has done so before and eventually will rule it again”.

Tentang Perang dan Terror.

Dalam Surat Al Anfal (8) ayat 60.” menggentarkan musuh Allah” diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Yusuf Ali ”To strike terror into the enemies of Allah”. Bisa jadi inilah ayat yang digunakan untuk menuduh umat Islam adalah terroris. Bisa jadi pula ayat inilah yang digunakan para Islam ”Ekstreem Kanan” untuk melakukan terror. Padahal itu tidak benar. Oleh Dr. M. Taquid-Din dan Dr. M Khan, diterjemahkan ”To threaten” atau mengancam.

Dalam Al Quran umat Islam diminta untuk siap untuk menghadapi kekuatan apapun. Tetapi tidak melakukan terror atau ancaman. Umat Islam tidak boleh menyerang, ketika musuh tidak menyerang sebagaimana dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 194. Umat Islam tidak boleh memerangi orang-orang yang tidak memeranginya. Dan umat Islam tidak boleh melampaui batas. , karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Surat Al Baqarah (2) ayat 190-192). Tidak boleh melampau batas itu artinya barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu (Surat Al Baqarah (2) ayat 194).

Bahkan, apabila seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepada umat Islam, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya (Surat At Taubah (9) ayat 5-6).

Tetapi kalau dalam peperangan, umat Islam boleh membunuh atau memancung batang leher orang kafir. Dan orang kafir boleh dijadikan tawanan dan sesudah itu boleh dibebaskan setelah perang berakhir dan setelah memberikan tebusan (Surat Muhammad ( 47 ) ayat 4 ). Kenapa harus memancung leher, ya memang belum ada senapan. Tatapi kalau sekarang tentunya membunuh seseorang (dalam waktu perang) harus dengan baik, tidak melakukan penganiayaan. Menganiaya itu lebih kejam dari pembunuhan (Surat Al baqarah (2) ayat 217).

Dalam hadits sahih Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang disembelihnya “.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sangat menarik, terima kasih