Pada hari Minggu, tanggal 16 Nopember 2009 aku pulang dari Jogja dengan membawa mobil sendiri bersama istri. Di Banaran Cafe aku sempat mampir makan dan minum kopi. Setelah segar kuteruskan perjalananku ke Semarang dalam hujan yang sangat lebat. Sampai di rumah kira-kira pukul 18.00. Menjelang pukul 20.00 dada sebelah kanan terasa sakit, semakin lama semakin sakit. Aku tidak tahan lagi. Ku-tilpun sopir dan pergi ke dokter spesialis rematologi. Aku pikir sakitku ini Atritis Gout. Eh..ternyata ada sesuatu sumbatan di jantung. Aku langsung dibawa ke rumah sakit Panti Wiloso Dr Cipto. Enam hari di ICU aku dipindahkan ke Rumah Sakit Dr Kariadi, langsung dari UGD di rawat inap di Pusat Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah. Kaki dan tanganku bengkak karena atritis gout. Setelah atritis goutku sembuh, aku juga merasa jangtungku sudah mulai sembuh dan tidak perlu tindakan medis apapun. Tetapi pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2009, aku terasa seperti disambar petir di siang bolong. Dokter memberitahuku bahwa pada hari Jum’at, tanggal 5 Desember 2009 akan di lakukan tindakan Katerisasi. Aku mengatakan kepada dokter apakah tidak ada alternatif lain seperti CT-Scan. Dokter mengatakan, walaupun dengan CT-Scan, akan tetap direkomendasi untuk katerisasi bila terjadi sumbatan. Dari pada dua kali tindakan medis, kan lebih baik langsung Katerisasi. Gambaran katerisasi bagi aku yang awam tentang medis seperti ini. Setelah di suntik “pati-roso”, slang yang sangat kecil dimasukkan ke dalam pembuluh darah dari di pangkal paha (bhs Jawa: selangkangan) sampai ke ujung jantung kemudian diberi semprotan kontras, kemudian di foto. Dari foto ini diketahui apakah ada sumbatan atau tidak. Ternyata dalam jantungku di sebelah depan terdapat dua sumbatan yang berdekatan. Kemudian dipasang satu “ring” di dua sumbatan itu sehingga aliran darah dapat lancar kembali. Mungkin ada yang bertanya, apakah pada saat dikaterisasi ini merasa sakit. Tidak.....Tidak sakit. Dalam proses penyembuhan mulai dari ICU sampai di ruang Katerisasi, aku selalu berdzikir, berdo’a dan tidak pernah meninggalkan shalat. Sebagai penggganti air wudhu, aku tayyamum saja.
Yang menjadi perhatianku, subhanallah...semua peralatan yang ada dalam ruang katerisasi adalah sangat moderen. Ilmu ini tentunya semua berasal dari Allah. Tanpa adanya pemikiran yang sangat intens dan hidayah dari Allah, tentunya tidak akan menghasilkan peralatan katerisasi yang sangat moderen. Nah, bagaimana dengan pemikiran Islam dewasa ini. Kalau Islam hanya menekankan pada ibadah ritual saja, sahadat, shalat, puasa, zakat dan haji serta dzikir, tentunya orang-orang muslim tidak akan menghasilkan temuan-temuan di bidang teknologi baik di bidang kedokteran maupun di bidang lainnya dan umat muslim akan menjadi terbelakang. Islam dewasa ini harus melakukan “pemikiran ulang” dan mengedepankan akal-pikiran sehingga dapat menelorkan Ulil-albab atau ulama yang memikirkan ayat-ayat kauniyah. Dengan demikian umat muslim akan maju dan dapat bersaing dengan negeri barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Siapa yang yang dimaksud dengan Ulil-albab ? Terjemahan Al Qur’an yang diterbitkan Departemen Agama menterjemahkan Ulil-albab dengan “Orang-orang yang berakal” dan Nabiel Fuad Al-Musawa menterjemahkan dengan “Ilmuwan Muslim”. Sedang Yusuf Ali dan Dr M. Taquid-Din & Dr M. Khan menterjemahkan dengan “men of understanding”. Nah, sekarang kita simak tanda-tanda Ulil-albab itu dalam Al Qur’an.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Inna fee khalqi alssamawati waalardi waikhtilafi allayli waalnnahari laayatin liolee alalbabi,
Allatheena yathkuroona Allaha qiyaman waquAAoodan waAAala junoobihim wayatafakkaroona fee khalqi alssamawati waalardi rabbana ma khalaqta hatha batilan subhanaka faqina AAathaba alnnari
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [QS Ali Imran (3) ayat 190-191].
Umat Islam dewasa ini sangat memerlukan ulil albab-ulil albab atau ilmuwan muslim atau apapun namanya yang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi termasuk segala isinya. Memikirkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidangnya untuk kemaslahatan umat Islam. Sungguh tidak terpikirkan bagaimana jadinya umat Islam, kalau orang-orang muslim tidak mau memikirkan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wa llahu ‘alam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar