Tiupan sangkakala yang pertama terdapat dua jenis tiupan.Yang pertama, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ini binasa atau mati kecuali siapa yang dikehendaki Allah [QS Az Zumar (39) ayat 68]. Artinya pada saat pertama sangkakala ditiup, tidak semuanya binasa atau mati tetapi ada yang masih hidup. Yang kedua, tiupan sangkakala, dimana segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi hancur [QS Al Haaqqah (69) ayat 13-16]. Artinya segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah [QS Al Qashash (28) ayat 88].
Jadi sangkakala ditiupkan bukan berarti pada saat kehancuran alam semesta saja tetapi juga pada saat kematian seseorang atau sebagian penduduk langit dan bumi.
Nah, sekarang apa yang terjadi ? Dimanakah mereka yang binasa atau mati itu berada ? Ruh mereka berada di alam barzakh.
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.” [QS Al Mu’minuun (23) ayat 99-100]
Pada saat di alam barzakh, ruh mereka diperlihatkan jannah dan nâr. Bagi ruh yang jahat atau buruk akan diperlihatkan nâr pagi dan petang [QS Al Mu’min (40) ayat 46]. Berapa lama ruh tinggal di alam barzakh ? Ruh mereka tinggal di alam barzakh sampai mereka dibangkitkan. Di alam barzakh tidak dikenal ruang dan waktu, sehingga ruh mereka dapat melihat jannah dan nâr.
Kemudian ditiup sangkakala itu ditiupkan sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu [QS Az Zumar (39) ayat 68]. ]. Kapan sangkakala itu ditiupkan yang kedua kali ? Apakah harus menunggu hancurnya langit dan bumi (alam semesta) ? Ternyata tidak ! Ternyata sangkakala kedua ditiupkan juga ketika kehancuran sebagian penduduk langit dan bumi. Lihat dan simak ayat dalam Surat Az Zumar (39) ayat 68.
Ruh, di alam barzakh, dibawa ke hadapan Tuhan dengan berbaris (QS Al Kahfi[18] ayat 48). Ruh dan malaikat bershaf-shaf dan tidak berkata-kata(QS An Naba’[78] ayat 38). Tiap-tiap diri (ruh) didampingi oleh malaikat sebagai saksi (QS Qaf[50] ayat 21).Mereka dikumpulkan semua [QS Al Kahfi (18) ayat 99].
Dan terang benderanglah bumi dengan cahaya Ilahi. Kemudian diberikanlah mereka sebuah “buku” dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi diberikan keputusan diantara mereka dengan adil ,sedang mereka tidak dirugikan [QS Az Zumar (39) ayat 69].
Buku itu ada yang namanya “Illiyyin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 18] yang diterima dengan tangan kanan. Mereka yang menerima buku itu (Illiyyin) termasuk golongan yang berada dalam kehidupan yang di ridhai Allah. Sedang buku yang lainnya namanya “Sijjin” [QS Al Muthaffifiin (83) ayat 7], yang diterima dengan tangan kiri. Mereka yang menerima buku “Sijjin” ini termasuk golongan yang menyesali perbuatannya.
Dan setiap jiwa (ruh, diri) membayar atau memenuhi apa yang mereka telah kerjakan dan Dia (Allah) lebih mengetahui apa yang dikerjakan mereka. [QS Az Zumar (39) ayat 70]. Barang siapa yang berat timbangannya, mereka akan mendapat keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, mereka akan mendapatkan kerugian [QS Al Mu’minuun (23) ayat 102-103].
Setelah di hisab, kemudian ruh (jiwa, diri) dipertemukan dengan tubuhnya (and when the souls shall be joined with their bodies ) [QS At Takwiiir(81) ayat 7]. Ruh itu kemudian dibangkitkan atau dihidupkan kembali dengan badan atau tubuh. Ini berarti badan atau tubuh seperti kita ini. Lha, kalau badan seperti kita ini, maka tentunya dilahirkan kembali atau dibangkitkan di bumi seperti yang kita diami ini. Jannah dan nâr berarti juga di bumi.
Di bangkitkan di bumi, karena sangkakala pertama yang ditiupkan itu tidak mengancurkan seluruh penduduk langit dan bumi (alam semesta). Jadi kebangkitan atau kelahiran kembali ini tidak menunggu kehancuran penduduk langit dan bumi (alam semesta).
Bagaimana prosesnya ruh itu dipertemukan dengan tubuh atau badan. Prosesnya seperti penciptaan keturunan manusia seperti dalam Al Qur’an
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina, kemudian Dia (Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh -Nya dan Dia (Allah) menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.
Ruh (jiwa, diri) itu tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan tubuhnya yang lama atau tubuh sebelumnya. Coba perhatikan ayat Al Qur’an berikut ini,
“Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kembali (kelak) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.” [QS Al Waaqi’ah (56) ayat 60-61] Dalam bahasa Inggris, dapat dibaca sebagai berikut;
“We have decreed death to you all, and We are not unable, To transfigure you and create you in (forms) that you know not.
Dengan demikian manusia itu diciptakan lagi atau dilahirkan kembali (dibangkitkan) dengan rupa (bentuk roman) yang tidak sama dengan sebelumnya. Jadi tidak dibangkitkan atau dilahirkan kembali dengan bentuk tubuh sebelumnya atau yang lama. Kalau ruh itu banyak dosanya, maka akan dipertemukan dengan tubuh yang cacat atau tubuh yang menderita. Dan kalau ruh itu banyak amalnya, maka akan dipertemukan dengan tubuh atau badan
Perhatikan ayat dalam Al Qur’an
“The Fire will burn their faces, and they will therein grin, with their lips displaced.”
Artinya, Nâr (di bumi) akan membakar wajah mereka dan mereka menyeringai dengan bibir yang cacat.
Nâr itu pasti berada di bumi. Kalau nâr itu sungguh merupakan api yang menyala-nyala, tidak perlu orang itu dicacatkan lagi. Dengan dimasukkan kedalam api yang menyala-nyala, pasti akan hancur lebur jadi debu seperti orang dikremasi.
Wa llahu alam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar