Selasa, 20 Januari 2009

Tuhan Itu Menyesatkan ?

Dalam Al Qur’an ayat 93 surat An Nahl (16), Allah berfirman : ” Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” Ayat inilah yang dijadikan dasar kritik yang disampaikan oleh agama lain. Mereka mengatakan : ” Jangan mengikuti agama Islam, karena Tuhannya orang Islam itu menyesatkan.” Sebagai orang Islam tentunya tergelitik untuk menjawab masalah ini. Mengkaji Al Qur’an tidak boleh secara harfiah atau letterleg saja, tetapi harus mengkaji seluruh firman Allah didalam Al Qur’an atau Hadits Nabi. Apakah benar Tuhan itu menyesatkan ? Banyak orang mengatakan itu ranah Allah. Allah itu kan Maha Kuasa. Kalau ndak punya hak prerogative berarti Tuhan tidak kuasa dong ! Ndak mungkinlah…karena Tuhan itu Maha Adil, Tuhan itu Maha kasih dan Penyayang. Nah, coba perhatikan dialog antara Al Asy’ari dengan Al Jubbai (Harun Nasution, Teologi Islam, 1972).
Al Asy’ari : Bagaimana kedudukan ketiga orang berikut : mukmin, kafir dan anak kecil di akhirat ?
Al Jubbai : Yang mukmin mendapat tingkat baik dalam surge, yang kafir masuk neraka dan yang kecil terlepas dari bahaya neraka.
Al Asy’ari : Kalau yang kecil ingin memperoleh tempat yang lebih tinggi di surga, mungkinkah itu ?
Al Jubbai : Tidak, yang mukmin mendapat tempat yang baik itu karena kepatuhannya kepada Tuhan. Yang kecil belum mempunyai kepatuhan yang serupa itu.
Al Asy’ari : Kalau anak itu mengatakan kepada Tuhan : “ Itu bukan salahku. Jika sekiranya Engkau bolehkan aku terus hidup, aku akan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik seperti ysng dilakukann orang mukmin itu.”
Al Jubbai : Allah akan menjawab : “ Aku tahu bahwa jika engkau terus hidup engkau akan berbuat dosa dan oleh karena itu akan kena hukuman. Maka untuk kepentinganmu Aku cabut nyawamu sebelum engkau sampai kepada umur tanggung jawab.”
Al Asy’ari : Sekiranya yang kafir mengatakan : “ Engkau ketahui masa depanku sebagaimana engkau ketahui masa depannya. Apa sebab engkau tidak jaga kepentinganku?”
Disini Al Jubbai terpaksa diam.
Pergulatan pemikiran tentang Takdir, Tuhan menyesatkan dan Keadilan Tuhan memang sejak dulu dan bahkan sampai sekarang. Perhatikan dalam dialog diatas. Mengapa Tuhan menyesatkan anak kecil tersebut dan kemudian Tuhan menolongnya dengan mencabut nyawanya ? Mengapa Tuhan mengijinkan lahir kalau toh si anak kecil nantinya sesat. Dan bagi yang kafir, Tuhan tentu mengetahui bahwa si anak kecil itu menjadi kafir. Kenapa tidak dicabut nyawanya pada waktu masih kecil. Kenapa kok Tuhan membiarkan anak itu menjadi kafir sampai akhir hayatnya. Apakah Tuhan itu tidak adil ? Tidak, Tuhan itu Maha Adil ? Tuhan tidak menyesatkan. Masalah ini harus bisa diselesaikan. Tentang keadilan Tuhan sudah dibahas di artikel sebelumnya “ Apakah Tuhan itu adil ? “ Kenapa anak kecil itu dilahirkan untuk menjadi sesat dan kemudian dicabut nyawanya ? Karena dosa-dosa yang diperbuat di kehidupan sebelumnya [QS Yasin (36) ayat 31 dan Al Maidah (5) ayat 5]. Ketika seorang anak dilahirkan itu suci karena tidak ada dosa di kehidupan sebelumnya, maka kemudian pada saat dewasa menjadi kafir. Apakah kejadian ini Tuhan yang menyesatkan ? Tidak mungkin Tuhan itu menyesatkan. Tuhan itu Maha Adil, Maha Kasih dan Penyayang. Bagaimana Tuhan Maha Kasih dan Penyayang kok menyesatkan orang ? Perhatikan hadits riwayat Abu Hurairah. Rasulullah bersabda : Allah Taala berfirman : Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia dating kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan dating kepadanya dengan berlari [ HR. Muslim]
Kalau manusia menjauhi Tuhan (kafir), maka Tuhan juga menjauhinya. Artinya kalau manusia mempunyai keinginan kafir, maka Tuhan akan membiarkannya kafir. Nah, siapa saja orang yang disesatkan oleh Tuhan artinya dibiarkan sesat dan tidak diberi petunjuk..
… dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang dholim” [ QS Al Baqarah (2) ayat 258]
… dan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang kafir” [QS Al Baqarah (2) ayat 264]
“… sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang pendusta dan sangat ingkar." [QS Az Zumar (39) ayat 3]
“… sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang berlebih-lebihan lagi pendusta". [QS Al Mu’min (40) ayat 28]
Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa ketika orang-orang menghendaki dholim, kafir, pendusta, ingkar dan orang-orang yang berlebihan, maka Allah akan membiarkan dholim, kafir, pendusta dan berlebihan serta ingkar. Saking rahman dan rahim-Nya, Allah mengabulkan permohonan atau membiarkan kafir orang-orang yang berkeinginan menjadi kafir dan demikian juga Allah meberikan hidayah kepada orang yang menghendaki hidayah. Sehingga berdasarkan ayat-ayat diatas dan hadits riwayat Abu Hurairah, maka pengertian “ Allah menyesatkan” dalam QS An Nahl [16] ayat 93 dapat di baca sebagai berikut. “ Allah berkehendak kepada orang-orang itu menjadi kafir ketika orang-orang itu yang menghendaki kafir”. Wa llahu ‘alam bish shawab.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Allah telah menciptakan syurga dan neraka, masing masing tentu harus ada yang menghuninya. Manusia dipersilahkan memilih. Orang yang menginginkan dapat petunjuk tentu akan ditunjuki kepada jalan yang benar (syurga) . Orang yang membangkang, memilih kafir berarti memilih neraka, Allah akan membiarkannya sesat.

Sesat atau tidak terserah pada orangnya , yang ingin dapat petunjuk tentu akan ditunjuki Allah, yang pengin sesat Allah juga akan membiarkannya sesat dan memasukannya kedalam neraka.

Anonim mengatakan...

thanks atas komentarnya

Tricahyo Abadi mengatakan...

IMHO: Saya sampai berpikir saya itu tuhan mas. Ini bukan kata sombong, tetapi begitu tiadanya diri saya, hingga yang ada sebenarnya hanya tuhan atau bagian dari diri tuhan (ruh tuhan). Kalau tidak demikian, kenapa saya sampai mempunyai kehendak yang mendua dgn kehendak tuhan.
Saya ingin tuhan itu benar2 maha kuasa yg bukan hanya bisa mematikan org yg zalim, tapi menolong org yg tersesat.

Tapi sepertinya saya ini tersesat dan disesatkan. Ngga tau maunya tuhan gimana, akhirnya saya nurut saja sama takdirnya. Kehendak saya direstui tuhan, sesuai kehendak tuhan atau gimana saya jg nggak tau. Seringkali saya berbuat jahat, kadang berbuat baik.