Rabu, 15 Oktober 2008

Seandainya Alam Semesta Tidak Diciptakan ?

Dulu saya pernah berfikir atau berandai-andai. Mungkin juga ada orang yang memikirkan seperti saya. Seandainya alam semesta ini tidak diciptakan. Mungkin tidak ada manusia, tidak ada aku, juga tidak ada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Suasananya suwung (bhs.jawa), tidak ada apa-apa, kosong. Bagi orang yang beragama tentunya yang ada adalah Tuhan. Dalam keadaan ini, Tuhan tidak dikenal. Lha wong yang ada hanya Tuhan, tentunya yang mengenal Tuhan ya Tuhan sendiri. Tuhan bersifat Qidam. Sifat Qidam artinya tidak ada yang mendahului Tuhan. Tuhan-lah yang pertama (prima causa), tidak ada yang mendahului. Tuhan tidak berawal (al-Awwal) dan Tuhan juga tidak berakhir (al-Akhir). Tuhan itu baqa’. Artinya Tuhan itu mempunyai sifat hidup yang tidak pernah berakhir. Tuhan adalah Dzat yang maha hidup. Kalau Dia berakhir, maka jelas bahwa Dia tidak hidup. Dia tidak baqa’ artinya tidak hidup selamanya. Ini tidak sesuai dengan sifat-sifat Tuhan yang dua puluh, yangtelah dirumuskan oleh Ali ibnu Ismail Abu al-Hasan al-Asyari yang dikenal dengan al-Asyari.

Sekarang saya baru tahu bahwa alam semesta , termasuk manusia, hewan dan tanaman, diciptakan agar dapat mengenal Tuhan. Diciptakan alam semesta ini, agar Tuhan itu dikenal. Tidak ada alam semesta (manusia, hewan dan tanaman) yang diciptakan, maka tidak ada yang mengagungkan, memuji dan bertasbih kepada Tuhan. Alam semesta beserta isinya ternyata bertasbih kepada Tuhan. Semua yang ada di langit dan bumi apakah itu burung, gunung, tanaman dan manusia, semuanya mengagungkan, memuji dan bertasbih kepada Tuhan.

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Sabbaha lillahi ma fee alssamawati wama fee alardi wahuwa alAAazeezu alhakeemu

Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Ash Shaff (61) ayat 1]

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Tusabbihu lahu alssamawatu alssabAAu waalardu waman feehinna wain min shayin illa yusabbihu bihamdihi walakin la tafqahoona tasbeehahum innahu kana haleeman ghafooran

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [QS Al Israa’ (17) ayat 44]


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

Alam tara anna Allaha yusabbihu lahu man fee alssamawati waalardi waalttayru saffatin kullun qad AAalima salatahu watasbeehahu waAllahu AAaleemun bima yafAAaloona

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya [1044], dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. [QS An Nuur (24) ayat 41]

[1044] Masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah.


Semuanya bertasbih. Artinya semua bergerak mengikuti perintah dan menuju kepada Tuhan. Alam semesta ini diciptakan agar Tuhan itu dikenal, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam hadits qudsi sebagi berikut.

Kuntu kanzan makhfiyan fa ahbabtu an u’rafa fakhalaqtu al khalqa fa bi ‘arafuni.

Aku harta yang tersembunyi. Dan Aku ingin dikenal, maka Aku ciptakan alam semesta sehingga dengannya mereka mengenal-Ku.

Kalau saya simak hadits ini, maka Tuhan itu membutuhkan alam semesta agar Tuhan dapat dikenal. Nah, kalau alam semesta ini hancur seperti yang digambarkan dalam Al Qur’an Surat Al Waqi’ah, Al Haqqah, Al Qari’ah dan Al Qiyamah, maka alam semesta ini tentunya akan diciptakan lagi karena Tuhan itu baqa’. Tuhan itu hidup selamanya. Tuhan itu kekal selamanya. Sedangkan alam semesta ini mempunyai sifat tidak kekal (fana), maka alam semesta ini pada waktu yang telah ditentukan pasti akan hancur. Jadi terjadi siklus penciptaan dan kehancuran alam semesta. Alam semesta diciptakan kemudian hancur, diciptakan lagi hancur lagi, diciptakan lagi hancur lagi, diciptakan lagi hancur lagi sampai yang dikehendaki Allah. Apakah siklus alam semesta ini terjadi selamanya ? Bisa jadi, karena berdasarkan hadits qudsi diatas, selama Tuhan itu ada (karena Tuhan tidak pernah berakhir (Al Akhir), maka siklus alam semesta akan terjadi. Karena Tuhan membutuhkan agar Tuhan dapat dikenal sehingga Tuhan dapat diagungkan, dipuji dan disucikan (tasbih).

Pada saat alam semesta (bumi dan langit) hancur, maka pada hari itu bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit. Dan bila bumi dan langit itu hancur, maka akan diganti lagi dan seterusnya sampai dikehendaki oleh Tuhan. Indikasi adanya pergantian atau penciptaan bumi dan langit dapat disimak pada ayat al Qur’an berikut ini.

يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

Yawma tubaddalu alardu ghayra alardi waalssamawatu wabarazoo lillahi alwahidi alqahhari

Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

On the Day when the earth will be changed to another earth and so will be the heavens, and they (all creatures) will appear before Allah, the One, the Irresistible. [QS Ibrahim (14) ayat 48]

Wa llahu ‘alam bish shawab.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

yup,

itulah siklus,
yg hidup menunggu mati,
yg sudah mati menunggu re-inkarnasi,
untuk hidup kembali.