Sabtu, 19 Juli 2008

Semangat.......Semangat.......Semangat.......!

Di zaman Rasulullah, 1500 tahun yang lalu, kaum mukmin bergemuruh. Ada yang berlari. Ada yang berkuda. Adapula yang menunggang unta. Kita pasti dapat membayangkan pada waktu Rasulullah memberi semangat dan mengacung-ngacungkan telunjuk, memberikan perintah dengan gagahnya diantara kaum mukminin. Beliau berada diatas punggung kuda diantara debu berterbangan dan suara tapal kuda yang menyentuh bebatuhan. Pada waktu itu kaum mukminin berperang dengan orang kafir. Kaum mukminin menyerang dengan gegap gempita itu bukan tidak beralasan tetapi karena kaum mukminin diserang, diserbu dan dimusuhi oleh orang-orang kafir. Suasana perang dan penyerbuhan ketengah-tengah orang kafir pada pagi hari itu digambarkan dengan kata-kata yang indah dan puitis dalam QS Al ‘Aadiyaat[100] ayat 1-5

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا

فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا

فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا

فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا

Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan ,

dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

maka ia menerbangkan debu,

dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,

Nah, kenapa kita tidak meneladani Rasul dan kaum mukminin. Mereka bersemangat dan gegap gempita mengikuti perintah Allah dan Rasul-nya. Meskipun perintah Allah dalam QS An Nisaa’[4] ayat 84 tentang “……Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin…”,

وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ

(Incite and raise the believers)

adalah mengobarkan semangat untuk berperang. Tetapi perintah ini masih relevan dengan keadaan zaman “tanpa perang” sekarang ini, khususnya di negara kita yang tercinta ini. Ayat ini dapat menyemangati kita dan anda sebagai orang mukmin untuk mengobarkan semangat di segala bidang. Di bidang kita bekerja dan di bidang kita belajar… Janganlah pernah tidak bersemangat. Janganlah berpangku tangan saja. Janganlah malas belajar. Janganlah malas bekerja. Selesai urusan yang satu. Selesaikan urusan yang lainnya. Anda memperoleh sesuatu dari apa yang anda telah perbuat. Sukses mulai dari tangan Anda. Bersemangatlah ! Wa llahu ‘alam bish shawab.

Jumat, 18 Juli 2008

Kenapa Orang Murtad Harus Dibunuh ?

Hukuman membunuh orang murtad tidak ditemukan dalam Al Quran setelah membolak-balik halaman demi halaman Al Quran. Yang diatur dalam Alquran adalah balasan orang murtad di hari kemudian (akhirat).”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah[2]ayat 217).Bahkan Hukum Pidana (Jinayah) dalam AlQuran Digital 21-pun telah diteliti, namun tidak ditemukan hukum membunuh orang murtad. Ternyata yang mengatur pembunuhan atau pemenggalan orang murtad itu adalah Hadits-Hadits sebagai berikut :

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang menyalahi agamanya dengan agama Islam (murtad), maka penggallah lehernya”. (HR At-Thabarani).

HR Buhari Muslim,dari Ibnu Mas'ud ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak halal darah seorang muslim yang mengucap tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa aku Rasulullah, kecuali dengan satu dari tiga sebab.

[1] tsayyib (orang yang sudah pernah menikah) bila berzina,

[2] pembunuhan nyawa manusia, dan

[3] orang yang meninggalkan agamanya dan meninggalkan jamaah.

Walaupun Hadits tersebut sahih, tetapi nampaknya dibutuhkan kajian lebih lanjut apakah hadits ini dipandang perlu dimansukh-kan mengingat tidak selaras dengan kandungan Al Quran. Hadits ini tidak cukup bersesuai dengan prinsip tidak ada paksaan dalam hal agama (al-Dien), yang terdapat dalam surah al-Baqarah [2] ayat 256:

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan jalan yang benar dari pada jalan yang sesat..............” Terjemahan dalam bahasa Inggris-nya adalah There is no compulsion in religion” (Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan maupun Yusuf Ali ). Tidak ada kata “memasuki” dan “Islam”. Ini artinya apa ? Pernyataan ini merupakan statemen kebebasan yang bersifat universal. Bahwa memasuki agamapun diperkenankan menurut akal dan pikirannya sendiri dan boleh keluar dari agama itu bila tidak sesuai menurut akal dan pikirannya. Dengan demikian ayat ini harus dibaca masuk Islam atas kesadaran sendiri demikian pula keluar dari Islampun boleh dengan kesadaran sendiri.Tidak ada paksaan maupun ancaman terhadap jiwa mereka. Meskipun, sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam (QS. Ali-Imran [3]ayat19) dan tidak diterima dan merugi bagi mereka yang tidak masuk agama Islam (QS Ali-Imran[3]ayat 85). Mereka, orang-orang kafir masuk Islam haruslah atas kesadaraan sendiri, dan bukan karena ada paksaan dari kita (misalnya dengan ancaman terhadap jiwa mereka jika tidak mau masuk Islam). Apalagi dalam QS Al Kaafiruun[109] ayat 6, jelas dikatakan Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. “ Tidak perlulah kita mengurusi orang. Urusilah diri kita sendiri, apakah sudah sebenar-benarnya taqwa.

Didalam QS An Nisaa[4] ayat 137 diceritakan bahwa ada orang beriman menjadi kafir, kemudian beriman dan kafir lagi. Allah tidak memberikan perintah untuk membunuh tapi Allah tidak akan memberi ampunan diakhirat sebagaimana juga dijelaskan dalam QS Al Baqarah 217 diatas.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya[362], maka sekali-kali Allah

tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus” (QSAn Nisaa’[4] ayat 137)"

Bahkan Allah mengajarkan suatu kebebasan untuk memilih mau beriman boleh mau kafir juga boleh.Sebagaimana difirmankan dalam QS Al Kahfi [18] ayat 29 sebagai berikut :

”Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”

Artinya bahwa orang boleh kafir kemudian beriman lalu kafir lagi. Tuhan memberikan kebebasan sebagaimana QS An Nisaa'[4]ayat 137, tetapi diancam oleh Allah tidak akan dapat ampunan diakhirat.

Allah berfirman dalam QS Al Isra’[17] ayat 107. ”Katakanlah, Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)”. Allah memberikan kebebasan orang beriman atau tidak beriman. Bagi Allah tidak masalah atau bagi Allah sama saja. Oleh karena itu, mengapa mereka harus marah atau ingin membunuh bila ada yang murtad alias ”dari beriman kemudian tidak beriman”, bahkan masih dalam perdebatan atau wacana sudah dikatakan murtad. Bagaimana kalau orang itu masih masih mengucapkan dua kalimat syahadat. Berarti dia masih seorang mukmin. Lha, bagaimana kalau terlanjur dibunuh. Mahasuci Allah, balasannya jahannam.

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An Nisaa’ [4] ayat 93). Kesimpulannya hadits tadi sangat tidak cukup bersesuaian sekali dengan Al Quran. Firman Allah dalam Al Quran selalu mengharuskan umat Islam berbuat baik, berakhlaq mulia dan penuh keramahan dan bukan menunjuk wajah dan perilaku yang penuh keberingasan.Wa llahu ’alam bish shawab.

Kamis, 17 Juli 2008

Adakah adzab kubur ?

Sebelum menerangkan ada dan tidaknya adzab kubur. Marilah kita sejenak kembali berusaha untuk menemukan arti adzab yang sebenarnya. Adzab sebenarnya mempunyai arti segala sesuatu yang mendatangkan kesulitan, atau menyakitkan dan memberatkan beban atau tanggungan jiwa dan atau fisik. Nah sekarang kita bicarakan tentang kubur. Kubur secara kasat mata, kubur itu merupakan tanah yang digali sehingga berlubang untuk memasukkan orang meninggal didalamnya. Orang yang meninggal didalam kubur, dikatakan dia berada di alam kubur. Secara fisik jasadnya di dalam kubur. Tetapi rohnya dimana ? Berada dimana dialam barzakh (QS Al Mu’minuun[23]ayat 100)

لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

LaAAallee aAAmalu salihan feema taraktu kalla innaha kalimatun huwa qailuha wamin waraihim barzakhun ila yawmi yubAAathoona

“agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan [1023]”.

[1023] Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.

Kehidupan dalam kubur itu bukan kubur dalam arti fisik. Kata “barzakh” dalam al Qur’an hanya disebut sebanyak tiga kali, yaitu pada QS Al Mu’minuun[23]ayat100; QS Ar Rahman[55]ayat 20 dan QS Al Furqaan[25]ayat 53.

Kedua ayat terakhir tidak berkaitan dengan hari kebangkitan tetapi berhubungan dengan kelautan. Simak ayatnya berikut ini.

Ar Rahmaan (55)

-Verse 19-

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ

Maraja albahrayni yaltaqiyani

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,

Al Furqaan (25)

-Verse 53-

وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَّحْجُورًا

Wahuwa allathee maraja albahrayni hatha AAathbun furatun wahatha milhun ojajun wajaAAala baynahuma barzakhan wahijran mahjooran

Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

Jadi barzakh, yang kita bicarakan adalah yang berkaitan dengan hari kebangkitan. Dari ayat QS Al Mu’minuun[23]ayat100 dijelaskan bahwa orang meninggal itu rohnya itu berada di suatu tempat dimana ada dinding yang menghalanginya bahwa roh itu tidak bisa kembali ke jasadnya di bumi dan tidak bisa menuju kehidupan berikutnya sampai hari mereka dibangkitkan. Dalam bahasa, roh itu bisa berarti nafs, jiwa, diri dan diri Tuhan (QS Al An’am[6] ayat 12 “kataba ‘ala nafsihir rahma”,yang artinya Allah menetapkan atas dirinya menganugerahkan rahmat). Apakah sama diri manusia (nafs) dengan diri Tuhan (nafs). Wa llahu ‘alam bish shawab. Dengan demikian diri manusia itu berada di alam barzakh atau orang menyebutkan di alam kubur. Tetapi bukan kubur dalam arti sebenarnya secara fisik. Kalau dibongkar kuburan itu tidak ditemukan diri manusia tetapi hanya tulang belulang saja. Tulang belulang itu kalau dibakar akan mejadi abu.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa diri manusia itu berada di alam barzakh. Mereka menunggu untuk dibangkitkan. Apa kata diri manusia itu setelah dibangkitkan (walaupun mungkin tidak berkata-kata seperti manusia sekarang). Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Yaasiin[36] ayat 51 dan 52.

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ

Wanufikha fee alssoori faitha hum mina alajdathi ila rabbihim yansiloona

Dan ditiuplah sangkalala [1271], maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.


[1271] Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua yang sesudah nya bangkitlah orang-orang dalam kubur.

Setelah sangkakala ditiupkan maka mereka keluar dari kubur. Kubur ini bukan kubur secara fisik di dunia ini. Kubur ini berarti alam barzakh. Nah, apa yang disampaikan diri manusia. Renungkanlah di ayat 52 berikut ini.

قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَن بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ

Qaloo ya waylana man baAAathana min marqadina hatha ma waAAada alrrahmanu wasadaqa almursaloona

Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).

Diri manusia (roh, jiwa, nafs) menunggu di alam barzakh itu dirasakan seperti tidur-tiduran ditempat tidur. Mereka berkata: “Aduhai celaka siapa yang membangunkan kami!” Berarti diri manusia itu tidak merasakan siksa atau adzab. Kalau ada adzab di alam barzakh, tentunya mereka mungkin akan mengatakan:” Aduhai, untung ada yang menghindarkan kami dari adzab!” Wa llahu ‘alam bish shawab.

Nah, dimana ada berita adzab kubur. Bisa jadi cerita adzab kubur hanyalah dongengan orang-orang zaman dahulu untuk membujuk orang-orang agar melaksanakan perintah Allah dengan benar.

Kalau kita meneliti hadits, memang ada dari Zaid bin Tsabit. Rasul bersabda:”Sesungguhnya mereka tengah diadzab dalam kuburnya.Kalau saja kalian tidak akan lari, pasti aku akan meminta Allah agar memperdengarkan adzab kubur yang tengah aku dengarkan ini (HR Muslim-Sahih).

Ayat-ayat al Qur’an yang telah dijelaskan diatas, niscaya atau barangkali menafikan hadits riwayat Muslim ini. Bisa jadi Rasul menyampaikan berita ini merupakan usaha untuk meyakinkan umat pada waktu itu tentang kebangkitan kembali. Wa llahu ‘alam bish shawab.

Kamis, 10 Juli 2008

Poligami Dalam Perspektif Islam

Dahulu dalam sejarah umat manusia, seorang laki-laki dapat kawin dengan lebih dari satu perempuan. Apakah laki-laki itu raja, kepala suku atau orang biasa dapat kawin dengan banyak wanita. Konon ada yang lebih dari 100 wanita. Di negeri Cina, Raja mempunyai satu permaisuri dan selir-selir yang jumlahnya bisa ratusan. Sampai ada yang tidak mengenal anaknya. Termasuk juga di jaman kerajaan-kerajaan Mataram Hindu atau Islam. Di jaman pra Islam, para kepala suku sudah terbiasa memelihara gundik, selir, simpanan dan harem di negeri-negeri Arab. Bahkan di dalam Hadits diterangkan bahwa Ghaylan bin Salmah memiliki 10(sepuluh) istri (Al-Muwattha-Imam Malik). Abu dawud meriwayatkan dalam Haditsnya bahwa Harits bin Qaya mempunyai 8(delapan) Istri. Bagaimana dalam Islam, marilah kita simak ayat-ayat dalam Al Qur’an.

Sebagai orang Islam itu ada kewajiban untuk mengawinkan seorang yang yang sendirian apakah itu anak sendiri, saudara dan budak-budak(kalau jaman dahulu) dan pembantu-pembantu rumah tangga (kalau jaman sekarang) baik laki-laki maupun perempuan.

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian [1036] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS An Nuur[24] ayat 32)


[1036] Maksudnya: hendaklah ladi-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

Budak atau hamba sahaya ( slaves) dan pembantu rumah tangga itu jelas berbeda. Jangan samakan budak dengan pembantu rumah tangga. Dulu budak itu adalah harta dan boleh dikawini dan dimiliki. Semakin banyak memiliki budak dapat dikatakan semakin kaya. Dan yang terpenting adalah harus kawin dengan species yang sama. Artinya kawin dengan sesama manusia dan jangan kawin dengan hewan (sapi) he..he. Dan jangan pula kawin dengan sesama laki-laki atau sesama perempuan. Cobak simak ayat berikut ini.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, …....................................(QS Ar Rum [30] ayat 21)

Dengan demikian kalau di lingkungan kita terdapat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang belum nikah, yang sudah waktunya menikah. Kita wajib mencarikan jodoh. Kalau tidak, kita tidak memenuhi perintah AlQur’an. Tetapi kalau yang akan dikawinkan itu adalah perempuan, maka yang laki-laki harus mempunyai kesanggupan atau mempunyai kemampuan. Dan kalau yang laki-laki itu tidak mempunyai kemampuan maka perempuan itu agar dicarikan laki-laki lain yang mempunyai kesanggupan dan kemampuan. Demikian juga kalau yang akan dikawinkan itu adalah laki-laki, maka yang laki-laki tersebut harus sudah mempunyai kesanggupan dan kemampuan. Kemampuan ini adalah bersifat psikologis (rohani) maupun yang bersifat material yang berarti sanggup menghidupi calon istrinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was sallam.

"Artinya : Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kesanggupan, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kesucian farji ; dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat menjadi benteng baginya" [Muttafaq 'Alaih]

Jangan mengawinkan anak perempuan dengan pemuda yang belum mempunyai kesanggupan dan kemampuan. Demikian pula jangan mengawinkan anak laki-laki yang belum memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk menikahi seorang perempuan.

Nah, kalau sudah mampu dan sanggup menikah, maka diharuskan untuk dinikahkan (QS An Nuur[24] ayat 32).

Permasalahannya sekarang bolehkah menikah atau kawin dengan lebih dari satu wanita. Sebenarnya Islam membolehkan kawin lebih dari satu, tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Yang pertama, harus dapat berlaku adil. Adil disini mempunyai arti adil dalam segala hal, yaitu pakaian, tempat tinggal, giliran menggauli dan lain-lain yang bersifat lahiriyah dan bathiniyah. Dan yang paling banyak 4(empat) perempuan yang boleh dinikahi. Kalau tidak bisa adil, ya satu perempuan saja yang dinikahi. Sebab kalau tidak bisa adil akan terjerumus kedalam perbuatan aniaya (dhalim). Seperti yang termaktub dalam ayat berikut ini.

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil [265], maka (kawinilah) seorang saja [266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS An Nisaa’ (4) ayat 3)


[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad r Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja
.

Arti ayat suci di atas adalah bahwasanya jika seorang anak perempuan yatim berada di bawah asuhan seseorang dan ia merasa takut kalau tidak bisa memberikan mahar sepadan kepadanya, maka hendaklah mencari perempuan lain, sebab perempuan itu banyak dan Allah tidak mempersulit hal itu terhadapnya. Boleh kawin lebih dari 1(satu).Namun dengan syarat adil dan mampu untuk itu. Maka barangsiapa yang takut tidak dapat berlaku adil hendaknya cukup menikahi satu istri saja dengan boleh mempergauli budak-budak perempuan yang dimilikinya. Hal ini ditegaskan oleh praktek yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dimana saat beliau wafat meninggalkan sembilan orang istri. Dan Allah telah berfirman (Syaikh Abdul Aziz bin Baz),

"Artinya : Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri teladan yang baik" [Al-Ahzab(33) : 21]

Kalau ingin meneladani Rasulullah, seharusnya meneladani secara total. Jangan setengah-setengah. Artinya pada keadaan normal, sebelum Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul. Bahkan sesudah diangkat menjadi rasul. Nabi Muhammad hanya kawin seorang perempuan saja, yaitu Khadijah. Nabi tidak sampai hati melihat istrinya dimadu. Bahkan setelah Khadijah meninggal, Nabi Muhammad sering mengingat-ingat istrinya yang sudah meninggal, sehingga Aisyiah cemburu. Nah, baru setelah terjadi peperangan dengan orang kafir, karena orang Muslimin diserang. Banyak sahabat Rasul banyak yang meninggal dan tentunya banyak janda. Rasul baru menikah lebih dari 1(satu) setelah istrinya meninggal. Dengan demikian Rasul mempunyai 9 (sembilan) istri adalah untuk memecahkan masalah. Poligami merupakan solusi, bukan merupakan suatu keinginan atau hasrat untuk memuaskan hawa nafsu. Keingingan laki-laki untuk kawin dengan banyak perempuan adalah fitrah. Sehingga Islam perlu mengatur jumlah perempuan yang akan dikawini. Kalau tidak, seperti yang terjadi pada sebelum Islam. Dan kalau ingin meneladani Rasul secara kaffah, berarti boleh kawin setelah istri pertama meninggal dan untuk memecahkan masalah atau problem. Sesuai dengan Al Qur’an , laki-laki tidak boleh menikah lebih dari 4 (empat). Menikah lebih dari 4(empat) merupakan hukum khusus untuk Rasul.

Sebenarnya Allah sudah memperingatkan bahwa laki-laki itu tidak pernah sekalipun adil terhadap istri-istrinya, walaupun laki-laki sangat ingin berbuat adil. Jadi hanya ingin saja tetapi tidak dapat berbuat adil. Ya, ini berarti dan boleh dibilang “omong kosong” belaka, kalau ada laki-laki ingin poligami dan dia mengatakan akan berbuat adil.

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS An Nisaa’[2] ayat 129)

Yang kedua, terciptanya rasa kasih sayang. Mawaddah wa rahmah. Simak ayat Al Qur’an berikut ini.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar Rum [30] ayat 21)

Bahkan Rasul telah menyampaikan kepada umatnya bahwa kawinlah dengan perempuan yang subur dengan penuh kasih sayang. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban.

“Artinya : Kawinilah wanita-wanita yang penuh kasih sayang lagi subur (banyak anak), karena sesungguhnya aku akan menyaingi umat-umat yang lain dengan bilangan kalian pada hari kiamat kelak" [Riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban]

Ayat dan Hadits ini harus ditafsirkan bahwa kalau laki-laki ingin kawin lagi dan menyebabkan hilangnya rasa kasih sayang, karena istri pertamanya tidak mau dimadu dan tidak ridha, maka kawin lagi lebih dari 1(satu) itu bertentangan dengan ayat Al Qur’an dan Hadits diatas. Jadi harus ada ridha istri pertama. Mana ada perempuan yang mau dimadu kecuali karena ketidakberdayaan atau keterpaksaan.

Jadi pada dasarnya bahwa Islam menganut “Monogami”. Boleh melakukan poligami dengan syarat adil dan ridha istri pertama. Tanpa adil dan ridha istri, maka mawaddah wa rahmah tidak akan terjadi. Kunci perkawinan adalah terciptanya suatu keadaan yang penuh kasih sayang. Pologami boleh dilakukan bila mempunyai alasan yang kuat, adil dan ridha istri. Dalam tafsir Al-Maragy, jilid IV dijelaskan bahwa alasan untuk dapat kawin lebih dari 1(satu) atau poligami adalah sebagai berikut :

1. Tidak mempunyai keturunan

2. Istri menderita penyakit kronis, sehingga tidak bisa menunaikan tugasnya sebagai istri

3. Istri tidak sanggung lagi melayani suaminya yang hypersex.

4. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki.

Dari penjelasan tafsir Al-Maragy tersebut jelas bahwa perkawinan Islam menganut “Monogami". Islam mengijinkan pologami dengan syarat-syarat tertentu seperti yang telah dijelaskan diatas.. Wa llahu ‘alam bish shawab.

Selasa, 08 Juli 2008

Kepada Allah semua kembali (2)

Bertemu dengan Allah (liqa’Allah). Bertemu dengan Tuhan (liqa’I rabbihim). Liqa mempunyai arti perjumpaan denganya secara bersamaan, pertemuan sesuatu atau pertemuan dua hal. Pertemuan dengan Allah dan Rabb digambarkan dalam Al Qur’an seperti dalam surat berikut ini.

“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al’Ankabuut [29] ayat 5)

“Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka” (QS Al An’am [6] ayat 154)

Pertemuan dengan Allah pasti akan terjadi bila manusia mengharap bertemu dengan Allah. Kalau tidak berharap, tentunya tidak akan bertemu dengan Allah. Manusia yang tidak berharap pertemuan dengan Allah dilukiskan dalam (QS Yunus [10] ayat 7)

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.”

Kapan pertemuan dengan Allah? Bisa jadi di dunia seperti yang sudah dijelaskan dalam artikel Kepada Allah Semua Kembali (1). Pertemuan dengan Allah itu pada suatu hari dimana orang-orang dikumpulkan sebagaimana yang digambarkan pada ayat berikut ini.

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk (QS Yunus [10] ayat 45)

Orang-orang itu dikumpulkan bersaf-saf. Apakah yang dikumpulkan itu badan wadagnya? Bukan ! Yang berkumpul itu adalah Ruhnya. Jadi bertemu dengan Allah itu berada di alam Ruh. Simak ayat berikut ini.

“Pada hari, ketika ruh[1550] dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (QS An-Naba’ [78] ayat 38)


[1550] Para ahli tafsir mempunyai pendapat yang berlainan tentang maksud "ruh" dalam ayat ini. Ada yang mengatakan "Jibril", ada yang mengatakan "tentara Allah", ada pula yang mengatakan "ruh manusia".

Setelah ruh-ruh tadi dihisab dan setiap ruh (jiwa) akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya (QS At Takwir [81] ayat 14) , maka akan dipertemukan ruh-ruh itu dengan badan wadagnya. dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)” (QS At TAkwir [81] ayat 7). Bagaimana Allah mempertemukan ruh-ruh itu dengan badan wadagnya? Pertemuan ruh dengan badan wadagnya ini tentu melalui proses. Proses ini digambarkan oleh dalam QS As Sajdah [32] ayat 9) dengan cara meniupkan ruh-Nya kedalam badan wadag.

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Setelah manusia mengalami siklus kematian dan kehidupan -pertemuan roh dan badan wadagnya – ( baca artikel sebelumnya), pada akhirnya kembali kepada Allah.

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (QS Al Baqarah (2) ayat 28).

Tsumma Ilaiihi Turja’uun (kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan). Turja’uun berasal dari kata raja’a-yarji’u-raj’an. Artinya menurut Al-Ashfahani adalah kembali kepada keadaan semula atau ukuran semula. Kalau dulu asalnya roh itu ditiupkan oleh Tuhan, pada saat kembali tentunya menunju kepada Tuhan atau menurut kamus Al-Munawwir berarti kembali kepada Tuhan melalui jalan semula (jalan yang telah dilewati). Bagaimana prosesnya ? Hanya Tuhan yang mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui.

Referensi :

1. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS. Al Maidah (5) ayat 48)

2. Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya[1470]: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QSAl Mumtahana (60) ayat 4).

3. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).(QS Al Maidah (5) ayat 18)

4. Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS Al Maidah(5) ayat 48).

5. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah[1343] sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)." (QS As Syuura (42) ayat 15)

6. Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka. (QS Yunus (10) ayat 4).

7. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali.(QS Al Anbiyaa’ (21) ayat 93)

8. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" (QS Al Baqarah (2) ayat 156).

9. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).(QS Ali Imran (3) ayat 28).

10. Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (QS Asy Syuura (42) ayat10).

11. Maka segeralah kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. (QS Adz Dzaariya (51) ayat 50)

12. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (QS Al Baqarah (2) ayat 28).

13. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.(QS Huud (11) ayat 88).

14. Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS Al An’am (6) ayat 164).

15. Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.(QS Yunus (100 ayat 46).

16. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS Al Baqarah (2) ayat 285).

17. Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan (QS Al An’am (6) ayat 60).

18. Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan (QS Ar Ruum (30) ayat 11).

19. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS Al Maidah (5) ayat 105).

20. Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).(QS At Taghaabun (64) ayat 3).

21. Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali." (QS Ar Ra’d (13) ayat 36).

22. Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka.(QS Al Mu’min (40) ayat 43).

23. Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS Luqman (31) ayat 23).

24. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS Ali Imran (3) ayat 14).