Sabtu, 24 Mei 2008

Wajah Islam (2)

Jihad fi sabilillah

Apakah jihad itu. , apakah jihad itu perang dengan mengorbankan jiwa ? Pengertian jihad menurut DR Miftah Farids adalah perjuangan atau bersungguh-sungguh. Jihad tidak identik dengan perang bersenjata. Kata perang dalam bahasa Arab adalah qital yang berasal dari qotala artinya membunuh. Sedang jihad berasal dari kata jaahada artinya berjuang atau jahada artinya bersungguh-sungguh.

Memerangi hawa nafsu artinya berjuang atau bersungguh untuk menahan hawa nafsu. Berperang menegakkan Agama Islam dan melindungi orang-orang Islam, artinya berjuang dan bersungguh menegakkan Agama Islam dan bersungguh-sungguh melindungi orang-orang Islam, dengan tidak mengangkat senjata sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Surat Ali ‘Imran(3) ayat 142.

. Kecuali, apabila kita sebagai orang Islam diserang dengan senjata , maka kita wajib menyerang dengan senjata dan tidak boleh melampaui batas. Seperti yang telah dijelaskan diatas tentang perang dan terror.

Apakah perang seperti ini termasuk jihad fi sabilillah. Kalau dicermati dalam AlQuran Surat Al Hujuraat (49) ayat 15. Jihad itu termasuk berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Tetapi harus tahu batasan-batasan perang seperti telah dijelaskan diatas tentang perang dan terror. Tidak boleh menyerang kalau tidak diserang.

Referensi :

  1. …Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…. (Al Baqarah (2) ayat 83).
  1. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al Baqarah (2) ayat 177).
  1. ...dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al baqarah (2) ayat 195).
  1. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Surat Al Imran (3) ayat 133-135).
  1. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Surat Al A'raaf (7) ayat 56).
  1. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. (Surat Huud (11) ayat 115).
  1. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,…..(Surat Al Israa'(17) ayat 7).
  1. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Surat Al Qashash (28) ayat 77).
  1. Hal jazaa’ul ikhsaani illal ikhsaanu. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Surat Ar Rahmaan (55) ayat 60).
  1. ….Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Surat An Nisaa' (4) ayat 29).
  1. dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (Surat Al An'aam (6) ayat 151).
  1. Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surat An Nisaa’ (4) ayat 92).
  1. Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling[330], tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai)[331] atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya[332]. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu[333] maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka. (Surat An Nisaa' (4) ayat 89 dan 90).
  1. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (Surat An Nisaa’ (4) ayat 93).
  1. Dan berbuat fitnah[135] lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (Surat Al baqarah (2) ayat 217) [135]. Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan Muslimin.
  1. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Surat An Nahl (16) ayat 125).
  1. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (Surat Al Mu’minuun (23) ayat 96).
  1. Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (Surat Asy Syuura (42) ayat 10).
  1. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Surat Al An’aam (6) ayat 108)

  1. Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[1154], dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri." (Surat Al An’aam (6) ayat 108)

  1. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( Surat Al Baqarah (2) ayat 216 )

  1. Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. (Surat Muhammad ( 47 ) ayat 4 )

  1. Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan[631]. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Surat At Taubah (9) ayat 5-6).

  1. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( Surat Al Baqarah (2) ayat 216 )

  1. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah[117] itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat Al Baqarah (2) ayat 190-192)

  1. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Surat Ali ‘Imran (3) ayat 159)

  1. Bulan haram dengan bulan haram[118], dan pada sesuatu yang patut dihormati[119], berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Surat Al Baqarah (2) ayat 194).

  1. Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.(Surat Al Baqarah (2) ayat 190)

  1. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Surat Al Maa'idah (5) ayat 32)

  1. Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. (Surat At Taubah (9) ayat 123)

  1. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. Surat At Taubah(9) ayat 13)

  1. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya (Surat At Taubah (9) ayat 73).

  1. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Surat Ali ‘Imran(3) ayat 142)

[232]. Jihad dapat berarti:
1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
2. memerangi hawa nafsu;
3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;
4.
Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

  1. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Surat Al Hujuraat (49) ayat 15)

Wajah Islam (1)

Apakah benar wajah orang Islam itu garang dan dikonotasikan dengan pedang dan darah, seperti yang dituduhkan oleh orang Barat. Di wilayah Islam sendiri masih sering terjadi kegarangan itu. Faraq Fouda tewas ditembak kelompok Jamaah Islamiyah di Kairo, karena dianggap murtad. Karena Dia hanya menganggap tidak ada jaman keemasan yang patut di rindukan pada periode salaf. Yaitu pada abad ke-7 ketika para sahabat Nabi memimpin umat. Periode itu, sebagaimana yang ditulis Samsu Rizal Panggabean dalam kata pengantar Buku Kebenaran Yang Hilang yang diterbitkan oleh Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, merupakan periode yang biasa saja, tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Bahkan, ada banyak jejak yang memalukan.

Usman bin Affan, khalifah ke-3 dibunuh. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak. Mereka tidak sekedar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya terpaksa ”bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”. Siapa saja dilarang menyalatinya. Jasad orang tua berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya dipatahkan. Demikian pula Ali, setelah lima tahun memimpin, dibunuh dengan racun oleh Ibnu Muljam. Pembunuhnya ditangkap, tangan dan kakinya dipenggal, matanya dicungkil dan lidahnya dipotong. Mayatnya dibakar (Gunawan Muhamad, Tempo).

Tragedi Karbala yang sangat menyedihkan. Husen bin Ali dalam perjalanan akan membaiat Yasid bin Muawiyah, dicegat oleh Ubaidilah bin Ziyad. Gubernur Basrah dan Kufah. Husen dipaksa perang atau menyerah. Dia memilih perang dan terbunuh. Kepala Husen dibawa kepada Yasid (Ahmad al Usairy, Sejarah Islam). Sampai hati cucu Rasul dipenggal kepalanya. Sungguh tragis.

Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada seseorang pada jaman ini. Kekejian itu terjadi sejak Nabi wafat , bahkan sampai sekarang. Memang tidak semua orang Islam melakukan kekejian.

Berbuat Baik

Marilah kembali kepada wajah Islam dalam Al Quran. Mengapa orang Islam melakukan kekerasan dan kekejian, sedang Al Quran tidak mengajarkan demikian.

Dalam Al Quran, orang Islam itu harus melakukan dan berbuat kebaikan kepada (Al Baqarah ayat 83) :

  1. Ibu dan Bapak
  2. Kaum kerabat
  3. Anak-anak yatim
  4. Orang-orang miskin
  5. Manusia dengan ucapan kata-kata yang baik

Orang Islam itu harus berbuat kebajikan (Al Baqarah (2) ayat 177). Berbuat kebajikan itu adalah (1) memberikan hartanya yang dicintainya kepada :

  1. Kerabatnya
  2. Anak-anak yatim
  3. Orang-orang miskin
  4. Musafir
  5. Orang yang meminta-minta
  6. Memerdekakan hamba sahaya dan

(2) menepati janji bila dia berjanji

(3) sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Orang Islam yang bertaqwa adalah orang Islam yang melakukan perbuatan-perbuatan penuh kebaikan sebagai berikut (Surat Al Imran (3) ayat 133-135) :

  1. menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
  2. menahan amarahnya
  3. mema'afkan (kesalahan) orang.
  4. mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
  5. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya (Surat Al A'raaf (7) ayat 56).
  6. Dan janganlah kamu membunuh dirimu (Surat An Nisaa' (4) ayat 29).
  7. …dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan (Surat Al An'aam (6) ayat 151).

Berdakwa dan Berdebat

Dalam menyampaikan dakwah juga harus dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Surat An Nahl (16) ayat 125). Tidak patut bila dakwah dengan kekerasan, ancaman dan tanpa memberikan contoh atau pelajaran dengan baik. Demikian pula kalau kita berdiskusi, kita diminta untuk berdebat dengan cara yang paling baik. Jangan buru-buru mengatakan ”mengujat agama” atau ”menistakan agama” atau disertai ancaman. Apakah ini perdebatan orang Islam. ? Apakah ini sesuai dengan Surat An Nahl ayat 125 diatas ? Kalau masih tetap berbeda pendapat atau tetap berselisih serahkanlah kepada Allah sebagaimana Surat Asy Syuura (42) ayat 10.

Seharusnya tidak seperti Fouda nasibnya, Dia dibunuh karena dianggap murtad. Apakah Dia menyatakan keluar dari agama Islam ? Kan tidak. Hanya perbedaan pikiran dan pandangan. Kenapa dibunuh ? Apakah yang membunuh tidak membaca al Qur’an bahwa membunuh orang beriman itu dosanya besar sebagaimana Surat An Nisaa’ (4) ayat 93. Balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. Apakah tidak takut ? Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya (Surat Al Maidah(5) ayat 32).

Apakah mereka tidak takut memmbunuh orang Muslim ? Apakah mereka tidak tahu bahwa membunuh orang Muslim itu balasannya adalah Jahannam, dikutuk Allah dan azab yang besar (Surat An Nisaa’ (4) ayat 93).

Demikian pula berdebat dengan para Ahli Kitab, kita dilarang berdebat dengan Ahli Kitab, kecuali mereka yang zalim (Surat Al An’aam(6) ayat 108).. Dan tidak boleh mengolok atau memaki-maki sesembahan orang lain dalam berdakwah. Mereka akan juga mengolok-olok atau memaki Allah tanpa pengetahuan sedikitpun. (Surat Al An’aam (6) ayat 108). Nah, kalau masih berselisih faham, maka serahkanlah kepada Tuhan (Surat Asy Syuura (42) ayat 10).

Jangan bersikeras lagi kasar mempertahankan pendapatnya sendiri yang benar, mereka akan menjahui kita. Oleh karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Surat Ali ‘Imran (3) ayat 159).

Dalam film Fitna misalnya, banyak pidato-pidato atau dakwa yang disampaikan isinya penuh kegarangan, tidak ramah. Bahkan orang lain merasakan ”bergidik”. Tidak diketahui dengan pasti, apakah pidato/dakwah yang disampaikan dalam Film Fitna itu benar atau rekayasa. Dan tidak tahu pasti latar belakang pidato itu disampaikan.

Apapun yang disampaikan dalam pidato itu, memang dapat menimbulkan ketakutan dan ancaman eksistensi.. Misalnya,

”Allah is happy when non-muslim get killed”

”A Jew is hiding behind me. Come and cut off his head. And we shall cut off his head”

“The Jews are Jews. They are the ones who must be butchered and killed”

“Islam is a religion that want to rule the world. It has done so before and eventually will rule it again”.

Tentang Perang dan Terror.

Dalam Surat Al Anfal (8) ayat 60.” menggentarkan musuh Allah” diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Yusuf Ali ”To strike terror into the enemies of Allah”. Bisa jadi inilah ayat yang digunakan untuk menuduh umat Islam adalah terroris. Bisa jadi pula ayat inilah yang digunakan para Islam ”Ekstreem Kanan” untuk melakukan terror. Padahal itu tidak benar. Oleh Dr. M. Taquid-Din dan Dr. M Khan, diterjemahkan ”To threaten” atau mengancam.

Dalam Al Quran umat Islam diminta untuk siap untuk menghadapi kekuatan apapun. Tetapi tidak melakukan terror atau ancaman. Umat Islam tidak boleh menyerang, ketika musuh tidak menyerang sebagaimana dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 194. Umat Islam tidak boleh memerangi orang-orang yang tidak memeranginya. Dan umat Islam tidak boleh melampaui batas. , karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Surat Al Baqarah (2) ayat 190-192). Tidak boleh melampau batas itu artinya barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu (Surat Al Baqarah (2) ayat 194).

Bahkan, apabila seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepada umat Islam, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya (Surat At Taubah (9) ayat 5-6).

Tetapi kalau dalam peperangan, umat Islam boleh membunuh atau memancung batang leher orang kafir. Dan orang kafir boleh dijadikan tawanan dan sesudah itu boleh dibebaskan setelah perang berakhir dan setelah memberikan tebusan (Surat Muhammad ( 47 ) ayat 4 ). Kenapa harus memancung leher, ya memang belum ada senapan. Tatapi kalau sekarang tentunya membunuh seseorang (dalam waktu perang) harus dengan baik, tidak melakukan penganiayaan. Menganiaya itu lebih kejam dari pembunuhan (Surat Al baqarah (2) ayat 217).

Dalam hadits sahih Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang disembelihnya “.

Jumat, 23 Mei 2008

Bekerja Bagian Dari Ibadah Dan Jihad

Pada kesempatan ini, saya tidak bermaksud untuk menggurui tetapi hanya sekedar menyampaikan sedikit apa yang pernah saya baca dari bukunya DR Yusuf Qardhowi yang berjudul Daurul Qiyam wal akhlaq fil Iqtishodil Islami”.

Bahasan kali ini berjudul “Bekerja bagian dari ibadah dan jihad”, saya mulai dengan Umar bin Khotob ketika sedang berjalan melewati sekumpulan orang. Umar bertanya, “Apa yang kamu laksanakan “ Mereka menjawab ,”Kami bertawakal”. Kemudian Umar berkata,”Bukan, tetapi kamu menggantungkan nasibmu kepada oranglain. Yang bertawakal dengan sebenarnya adalah orang yang menaburkan benih di tanah lalu menyerahkan keberuntungannya kepada Allah”.

Artinya bahwa orang muslim harus berusaha dan bekerja. Kalau mereka tidak berusaha dan bekerja, mereka tidak akan mendapatkan apa2. Karena “Baginya apa yang ia kerjakan dan ia mendapat yang ia kerjakan” (Al Baqarah 286).

Orang muslim harus bekerja sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an Surat Taubah 105 yang berbunyi :

“Dan katakanlah, Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-2 mukmin akan melihat pekerjaannmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

HR Hakim, Tirmidzi dan Bayhaqi dari Umar. Hadis ini dhaif tetapi ada beberapa saksi penguatnya. Bahwa Nabi pernah berkata “ Sesungguhnya Allah suka akan mukmin yang berkarya”. Dan Kejahatan yang paling berbahaya dimuka bumi ialah pengangguran”.Dari Jabir, diriwayatkan oleh Bayhaqi.

Bekerja merupakan ibadah, karena disamping memang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, juga bertujuan :

  1. Untuk mencukupi kebutuhan hidup

Dampaknya diwajibkannya bekerja bagi individu oleh islam adalah dilarangnya meminta-minta, mengemis dan mengharapkan belas kasihan orang.

Mengemis tidak dibenarkan kecuali dalam tiga kasus:

· Menderita kemiskinan yang melilit

· Memiliki utang yang menjerat

· Menanggung beban melebihi kemampuan untuk menebus pembunuhan

“Sesungguhnya seseorang yang berangkat ke gunung, membawa talinya lalu memikul seikat kayu bakar diatas punggungnya, lalu dijualnya, yang dengannya Allah menjaga wajahnya, adalah jauh lebih baik baginya dari pada meminta-minta kepada orang lain, yang bisa diberi dan bisa ditolak” (HR Bukhari dari Zubair).

  1. Untuk kemaslahatan keluarga

Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga sejahtera. Islam mensyariatkan seluruh manusia untuk bekerja, baik laki-2 ataupun perempuan, sesuai dengan profesi masing2. Laki2 penjaga bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya, wanita pengasuh bagi rumah suaminya dan ia bertanggung jawab atas asuhannya (HR Bukhari dari Zubair)

Wanita bisa saja bekerja sepanjang tidak menjatuhkan nilai kemuliaan sebagai wanita dan tidak menimbulkan fitnah ditempat bekerja serta di rumahtangganya. Selama pekerjaan itu tidak menyimpang dari norma dan yang penting tidak melalaikan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya, maka mudah2an pekerjaannya tersebut dapat mengangkat derajat kemuliaan dan menjadi ladang amal baginya.

Namun bila karena pekerjaannya itu malah menghilangkan fitrah kewanitaannya; misalnya menjadi agresif gampang marah, galak, bengis kepada suami dan anak2nya dan menghilangkan fungsinya sebagai wanita, maka lebih baik tidak bekerja dan ini tidak wajar (Abdullah Gymnastiar).

  1. Untuk kemaslahatan masyarakat dan seluruh makhluk hidup

Walaupun seseorang tidak membutuhkan pekerjaan karena seluruh kebutuhan hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya maupun keluarganya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakatnya sekitarnya. Karena masyarakat telah memberikan sumbangsih yang tidak sedikit kepadanya, maka seyogyaanya ia memberikannya sebanyak yang diberikan masyarakat kepadanya.

Ada suatu tindakan yang indah, yang dilakukan seorang muslim. Seseorang berjalan melewati Abud Darda, yang waktu itu sudah tua renta dan ketika itu sedang menanam pohon kenari. Orang itu bertanya, “Untuk apa kamu menanam pohon ini? Kamu sudah tua, sedangkan pohon kenari ini tidak akan berbuah kecuali sesudah sekian tahun?” Abud Darda menjawab, “Alangkah senangnya hatiku apabila mendapatkan pahala darinya, karena orang lain yang akan makan hasilnya”.

Inilah pemahaman seorang muslim tentang kehidupan. Orang menanam benih lalu mereka memanfaatkannya, kemudian ia menanam agara generasi sesudahnya juga memetik hasilnya.

Lebih dari itu seorang muslim juga wajib bekerja untuk kemanfaatan seluruh makhluk hidup.

“Siapakah dari kaum muslimin yang menanam tanaman atau tumbuh2an lalu dimakan burung, manusia atau hewan, kecuali baginya sedekah “ (HR Mutafaqqun alaih. Bukhari dan Muslim).

Bekerja adalah bagian dari ibadah. Ibadah dan bekerja adalah satu kesatuan. Ibadah diperintahkan oleh Allah untuk mencapai keseimbangan dalam produktivitas seseorang. Tidak mungkin seseorang terus menerus bekerja sepanjang hari dan malam. Di tengah-tengah pekerjaan, adzan terdengar. Maka bersegeralah untuk berwudhu dan shaolat. Insya Allah dengan wudhu dan sholat khusuk akan mengembalikan stamina dan konsentrasi akan meningkat.

Namun, sebagai intermezo maaf, jangan sekali-kali menjadikan ibadah sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Dengan dalih itikaf, kita menggunakan jam kerja untuk berdiam diri di masjid sejak pukul 10 pagi hingga jam makan siang tiba.
Setelah waktu sholat, makan siang dan istirahat telah selesai, kembali bekerja dengan penuh semangat.

Pekerjaan yang satu telah selesai , lalu dilanjutkan dengan pekerjaan yang lain yang terbengkalai, sebagai mana firman Allah dalam Surat Insyiraah ayat 7 dan 8 yang berbunyi :”Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmu hendaklah engkau berharap”

Disamping bekerja adalah ibadah, bekerja juga merupakan jihad fi sabililah. Dari Kaab bin Ajrah, ia berkata, “Nabi mendatangi seorang lelaki dan para sahabat melihat bahwa orang itu sangat tekun dan bersemangat. Lalu mereka berkata,” Ya, Rasulullah. Apakah bekerjanya orang itu fi sabilillah? Nabi bersabda, “kalau dia berusaha untuk kebutuhan anak-2nya yang kecil maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja demi mencukupkan kebutuhan kedua orang tuanya yang tua renta, mak itu fi sabilillah.Dan kalau untuk kehormatan dirinya, maka itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja demi mencukupkan kebutuhan dirinya ? Nabi menjawab, Pekerjaan itu juga fi sabilillah.

Tetapi kalau ia bekerja untuk menyombongkan diri atau karena riya, maka itu fi sabilisyaitan (dijalan setan). Karena Tuhan tidak suka orang yang sombong. Seperti firman Allah dalam Surat Al Hadiid 23 dan 24 yang berbunyi sbb:

“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, yaitu orang-orang yang bakhil dan menyuruh orang bakhil.

Jadi bekerja itu fi sabilillah. Apakah juga termasuk jihad, jihad fi sabilillah. Ya, karena pengertian jihad menurut DR Miftah Farids adalah perjuangan atau bersungguh-sungguh. Jihad tidak identik dengan perang bersenjata. Kata perang dalam bahasa Arab adalah qital yang berasal dari qotala artinya membunuh. Sedang jihad berasal dari kata jaahada artinya berjuang atau jahada artinya bersungguh-sungguh.

Bekerja dengan tekun dan bersungguh-sungguh merupakan jihad fi sabilillah atau perjuangan di jalan Allah. Dalam hadits sahih Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang disembelihnya “.

Barang siapa kurang memperhatikan ketekunan dalam bekerja, niscaya ia juga akan lalai dalam melaksanakan perintah agama. Nabi berkata, “Sesungguhnya Allah menyukai seorang dari kamu, yang apabila bekerja, ia menekuni pekerjaan itu (dengan sungguh-sungguh)” (HR Bayhaqi).

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (jihad) pada jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan” (Surat Al Ankabuut 69)

Berkaitan dengan ekonomi, mayoritas pemeluk agama memahami sebagian norma agama dengan pemahaman yang kurang benar. Misalnya norma iman, taqwa, saleh dan istiqomah.

Al Qur’an berkata :

  1. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkat dari langit dan bumi ( Surat Al A’raf ayat 96 ) atau
  2. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (Surat At Tholaq ayat 2 dan 3) atau
  3. Bahwasanya bumi ini akan diwarisi hamba-hambaku yang saleh ( Surat Al Anbiya’ ayat 105 ) dan
  4. Bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) (Surat Jin ayat 16)

Ketika Al Qur’an menyebutkan ayat-ayat tersebut diatas, sebagaian umat Islam memahami bahwa hal itu sekedar menegakkan syariat Islam seperti sholat, puasa, tasbih, tahlil, takbir serta menjauhkan dari yang haram seperti khamar dan judi. Ini memang tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bagian yang prinsip dalam beragama. Tetapi itu bukan gambaran keseluruhan substansi Islam, bukan pula pola bagi seluruh keimanan dan ketaqwaan.

Sesungguhnya, disamping menciptakan manusia untuk menyembah-Nya (Surat Ad Dzariyat ayat 56) “Wa`maa kholaqtul jinna wal insa ilaa liya’buduun” –Dan Aku tidaklah menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah Aku.

Allah juga menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi dan memakmurkannya melalui ilmu dan amal (Surat Al Baqarah ayat 30 dan Surat Hud ayat 61).
Sesungguhnya iman, taqwa, saleh dan istiqomah mewajibkan kita untuk berjalan diantara kepentingan agama dan dunia. Norma - norma itu mengharuskan atau mewajibkan kita menyembah Allah dengan menjaga hukum kausalitas ( Sunatullah).

Taqwa yang harus dikejar, bukanlah tasbih para darwis, bukan sorban para syekh, bukan pula mihrab para sufi. Taqwa yang perlu dicapai ialah ilmu dan amal, agama dan dunia, material dan spiritual, investasi dan produksi, ketekunan dan ihsan.

Nabi menganjurkan itqan (tekun) dalam setiap pekerjaan yang dilaksanakan setiap muslim, walaupun dalam membunuh tokek.

“Barang siapa yang membunuh tokek pada pukulan pertama, ia mendapatkan 100 kebaikan. Barang siapa yang membunuh tokek pada pukulan kedua, ia mendapatkan kebaikan kurang dari 100. Dan barang siapa membunuhnya pada pukulan ketiga, ia mendapat pahala lebih kecil lagi”.

Hadits ini menginspirasikan bahwa ketekunan dalam bekerja wajib dilaksanakan walaupun dalam hal yang remeh menurut pandangan manusia.

Orang muslim yang taqwa adalah mereka yang bekerja sesuai dengan prinsip kausalitas, berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip melakukan yang terbaik.
Seorang muslim tidak merasa cukup dengan sekedar bekerja karena ia berkeyakinan bahwa Allah mengawasinya. Allah melihatnya ketika ia bekerja di ladang, di pabrik, di kantor atau dimana saja.

Nabi menafsirkankan ihsan dalam beribadah dengan sabdanya,” Ketika kamu beribadah seakan-akan kamu melihat Allah, apabila kamu tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihatmu”

Kegiatan ibadah ini termasuk ibadah mahdhah dan ghoiru mahdhah. Akhirnya mudah-2an apa yang saya sampaikan ini memberikan pencerahan kepada saya khususnya dan ibu, bapak sekalian serta adik-adik yang sempat membaca melalui blog ini.

Wa llahu 'alam bishowab

Jumat, 09 Mei 2008

Siklus Kematian dan Kehidupan (2)

Orang mati, raganya di dalam tanah dan tinggal tulang belulang saja. Dimana rohnya ? Roh nya berada didalam barzah. Menunggu itu dihidupkan lagi atau dibangkitkan. Barzah artinya sesuatu yang terletak diantara dua barang atau penghalang (Choiruddin Hadhiri S.P). Menurut terjemah Al Quran Departemen Agama Th.2002, Barzakh yaitu tempat atau keadaan orang setelah mati sampai dia dibangkitkan pada hari kiamat.

Menurut ayat 28 Surat Al Baqarah(2), setelah mati dihidupkan lagi ini berati dibangkitkan lagi dari kubur.

Kapan dibangkitkan, hari kebangkitan (yaumul qiyamah = hari kiamat) itu kapan ? Ya tergantung sepenuhnya kepada Allah SWT.

Apa harus menunggu kehancuran alam semesta. Hari Kiamat itu berbeda pengertian dengan hari kehancuran. Hari Kehancuran adalah Hari Akhir (Yaumul Akhir). Nanti akan dibahas tersendiri tentang Hari Akhir.

Bagaimana proses kebangkitan ? Apakah manusia yang mati akan dibangkitkan lagi dari bumi. Ya, yakin. Seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al A’raaf (7) ayat 25.

Allah berfirman:” Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.

Dalam proses kebangkitan, Allah telah memberikan gambaran kebangkitan dengan metafor yang jelas dalam Surat Az Zukhruf (43) ayat 11 dan Surat Qaaf (50) ayat 11 yang berbunyi sbb :

Dan Yang menurunkan air dari langit, menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)”.

”Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba(kami) dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan”.

Kebangkitan manusia ini disamakan dengan hidupnya tanah yang kering kemudian tumbuh tunas (kecambah) tanaman dan seterusnya. Jadi manusia dibangkitkan itu tidak langsung serta merta (Bhs. Jawa : jemegler) jadi manusia dewasa. Tetapi melalui proses bertemunya sel sperma dan sel telur, kemudian berproses menjadi bayi dan dewasa.

Tidak sulit proses kebangkitan ini seperti yang digambarkan Allah dalam firmanNya Surat An Naazi’aat (79) ayat 11-14.

Ayat 11

Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?.”

Ayat 12

Mereka berkata:”Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”

Ayat 13

Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja.”

Ayat 14

maka dengan serta merta mereka hidup kembali dipermukaan bumi.”

Seperti proses kelahiran bayi, diberikan tiupan roh oleh Allah. Proses kebangkitan ini juga sekali tiupan oleh Allah, maka serta merta hidup kembali dipermukaan bumi. Proses serta merta ini tentunya melalui proses sama seperti kelahiran bayi.

Kalau begitu manusia yang dihidupkan lagi atau dibangkitkan itu menjadi manusia dengan raga baru. Tapi rohnya tetap sama.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Saba’ (34) ayat 7.

Dan orang-orang kafir berkata (kepada teman-temannya). ”Maukah kamu kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki*) yang memberitakan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya, sesungguhnya kamu benar-benar (akan dibangkitkan kembali) dalam ciptaan yang baru?.

*) Yang dimaksud dengan seorang laki-laki oleh orang kafir itu ialah Nabi Muhammad s.a.w sebagai penghinaan mereka terhadapnya.

Dan disebutkan juga dalam Surat Al Israa’ (17) ayat 49 dan 50.

”Dan mereka berkata:” Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru ?”. (Ayat 49)

”Katakanlah :” Jadilah kamu sekalian batu atau besi. (Ayat 50)

Dengan demikian manusia dihidupkan lagi atau dibangkitkan itu bisa jadi manusia lagi atau bahkan bisa menjadi batu atau besi.

Apakah manusia akan dihisab sebelum dibangkitkan untuk diberikan pembalasan.

Ya, tentunya dan yakin akan dihisab karena akan diberikan pembalasan sebagaimana Surat Ash Shaaffaat (37) ayat 53.

Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberikan pembalasan ?.”

Seperti Surat An Naazi’aat (79) ayat 13, sekali tiupan manusia serta merta dihidupkan di bumi.

Sebelum hidup dibumi, roh manusia dihadapkan kepada Tuhannya sebagaimana Surat Ya sin (36) ayat 51

Lalu ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) Tuhan mereka”.

Kemudian dihisab, sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al Mu’minuun (23) ayat 99-104, Surat Qaaf (50) ayat 16-21 dan Surat Az Zumar(39) ayat 68-75 diatas.

Demikian uraian siklus kehidupan dan kematian dalam kategori kiamat kecil. Tentang kiamat kubro akan dijelaskan tersendiri. Bila ini benar datangnya dari Allah. Bila ijtihad saya ini salah datangnya saya sendiri. Ampunilah ya Allah bila apa yang saya sampaikan tidak benar. Wa llahu ’alam bi showab.

Siklus Kematian dan Kehidupan (1)

Mati dan Hidup adalah ciptaan Allah sebagaimana dalam Surat Al Mulk (67) ayat 1-2.

Ayat 1
”Maha Suci Alah yang menguasai segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ayat 2
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”.

Segala ciptaan Allah, pasti akan berakhir dengan ketiadaan. Kita lahir artinya menjadi ada dari tiada. Lalu mati artinya menjadi tiada dari ada. Matipun berakhir. Karena ia ciptaan. Berakhirnya mati. Ya hidup. Jadi, bukan hanya kehidupan yang berakhir. Kematianpun berakhir. Diungkapkan dalam pelajaran taukhid :

” Min al adam ila al mawjud tsuma al adam ba’da al mawjud.”
Artinya Dari ketiadaan menjadi wujud, kemudian menjadi ketiadaan setelah wujud.

Mati-Hidup-Mati-Hidup adalah suatu proses yang diciptakan Allah. Setelah proses ini tuntas, maka manusia baru bisa kembali kepada Allah.

Proses penciptaan ini juga berulang-ulang sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam surat Ar Rum (30) ayat 11. Allah berfirman sebagai berikut :

"Allah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, kemudian kepada Nya kamu dikembalikan "

Dulu (tadinya) kamu mati, raganya yang mati seperti dalam surat Al Baqarah (2) ayat 28.

”Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”.

Rohnya masih berada disisi Allah (belum ditiupkan), setelah raganya disiapkan oleh Allah melalui proses bertemunya sel sperma dan sel telur. Surat As Sajdah (32) ayat 7 dan 8.

” Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah ” (ayat 7).

” Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)” (ayat 8).

Barulah Roh ditiupkan kepada raga atau tubuhnya sehingga ia bisa hidup sebagaimana manusia hidup, mendengar dan melihat serta bergerak. Surat As Sajdah (32) ayat 9.

”Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)Nya kedalam (tubuh)nya*) dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”.
*) Wa nafakho fihi min ruukhihii

Kemudian kamu akan dimatikan. Surat As Sajdah (32) ayat 11.

”Katakanlah, ”Malaikat maut yang diserahi untukmu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan”.

Surat Al Anbiya’ (21) ayat 35 menyebutkan bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan mati.

”Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”.

Proses kematian ini digambarkan oleh Allah dalam beberapa surat, yaitu Surat Mu’minuun (23) ayat 99-104, Surat Qaaf (50) ayat 16-24 dan Surat Az Zumar (39) ayat 68-75.

Marilah kita amati Surat Al Mu’minuun.
Ayat 99
”(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata ” Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)”
Ayat 100
”agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh/perantara/dinding sampai hari mereka dibangkitkan”
Ayat 101
”Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi pertalian nasab diantara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya”
Ayat 102
”Barang diapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan”
Ayat 103
”Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal didalam jahanam”.
Ayat 104
”Muka mereka dibakar api neraka dan mereka didalam neraka itu keadaan cacat”.

Dalam Surat Al Mu’minuun ini digambarkan kematian orang kafir yang berada di alam barzakh dan kemudian dibangkitkan dengan tiupan sangkakala. Dan kemudian yang ringan timbangannya dibawa kedalam nar. Dan mereka dalam keadaan cacat.

Gambaran dalam Surat Qaaf adalah sbb :
Ayat 16
”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”
Ayat 17
”(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”
Ayat 18
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”
Ayat 19
”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya”
Ayat 20
”Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman”.
Ayat 21
”Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat pengiring dan seorang malaikat penyaksi”.

Dalam Surat Qaaf ini, digambarkan bahwa setiap diri didampingi oleh malaikat pencatat dan pengawas. Setelah datang sakaratul maut, kemudian ditiup sangkakala. Dan kemudian tiap diri dibangkitkan dengan didampingi malaikat pengiring dan penyaksi.

Surat Az Zumar menggambarkan sbb:
Ayat 68
”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian di tiup sangkakala sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”.
Ayat 69
”Dan terang benderanglah bumi dengan cahaya Tuhannya dan diberikanlah buku dan di datangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan”.
Ayat 70
”Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”.
Ayat 71
”Orang-orang kafir dibawa ke jahanam berombong-rombongan ..... ”
Ayat 73
”Dan orang-orang bertaqwa kepada Tuhan dibawa kedalam jannah berombong-rombongan pula.......”.

Dalam surat Az Zumar ini digambarkan bahwa semua mati kecuali yang dikehendaki Allah. Ini tetap menggambarkan kematian individu tetapi dalam jumlah banyak. Di bumi ini yang mengalami kematian, tentu dalam jumlah banyak setiap harinya. Dan yang masih hidup, itulah yan masih di kehendaki Allah.
Di bumi inilah Tuhan memberikan buku (perhitungan perbuatan masing-masing), kemudian orang kafir secara berombongan dibawa ke jahanam. Dan orang taqwa secara berombongan pula dibawa ke dalam jannah. Berarti jannah dan jahanam di bumi dalam hal kematian diri ini.

Minggu, 04 Mei 2008

Ketetapan Allah

Apakah manusia sebelum lahir sudah ditetapkan oleh Allah dengan ketetapan baik atau ketetapan buruk. Apakah Allah menetapkan manusia itu dengan sewenang-wenang ? Apakah benar manusia sebelum lahir ditetapkan Allah seperti dalam Lauh Mahfuzh ? Apa itu Lauh Mahfuzh ? Marilah kita pelajari pertanyaan-2 diatas melalui ayat-2 Al Quran.

Surat Al Hajj (22) ayat 70

"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah."

Surat Faathir ayat 11

"Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah."

Surat Yaasiin (36) ayat 12

"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Surat Ar Ra'd (13) ayat 39

"Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)."

Dilihat ayat-ayat yang menjelaskan Lauh Mahfuzh diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Lauh Mahfuzh adalah suatu kumpulan ilmu (Al Hajj ayat 70) dan kumpulan catatan tentang perbuatan manusia ( Yaasiin ayat 12) serta kehendak Allah ( Ar Ra’d ayat 39 dan Faathir ayat 11).
Berkaitan dengan ketetapan Allah, ayat tentang Lauh Mahfuzh yang berkaitan tentunya yang mempunyai arti ” kumpulan catatan perbuatan manusia dan kehendak atau ketetapan Allah”

Ketetapan Allah bukanlah merupakan ketetapan yang sewenang-wenang dan merugikan manusia. Ketetapan Allah merupakan ketetapan yang seadil-adilnya tergantung dari perbuatan manusia yang telah dikerjakan sebagaimana ayat berikut ini.

Surat Yunus (10) ayat 44

"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri."

Surat Al Ankabuut (29) ayat 40

"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. "

Surat Asy Syuura (42) ayat 30

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

Surat An Nisaa' (4
S) ayat 40

"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscahya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar"

Seorang yang dilahirkan cacat, atau orang yang dilahirkan oleh seorang ibu yang miskin dan papa yang rumahnya dibawah jembatan atau orang yang dilahirkan dari seorang ibu dan ayah yang beragama yahudi dan kristen. Apakah ini merupakan ketetapan Allah ? Ya ini merupakan ketetapan Allah berdasarkan hasil perbuatannya yang dicatat dalam Lauh Mahfuzh ( Surat Yaasiin (36) ayat 12)

"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)"

Jika hidup ini baru pertama kali, maka pernyataan bahwa Tuhan sedikitpun tidak merugikan hambaNya, tidak benar adanya. Didalam Al Quran Tuhan telah menyatakan dengan tegas bahwa Dia tidak merugikan manusia sedikitpun, bahkan diri manusia yang menganiaya dirinya sendiri seperti surat diatas. Allah menetapkan berdasarkan hasi hisab perbuatan yang dilakukan manusia. Perbuatan yang mana, ya, perbuatan yang dilakukan sebelumnya dalam kehidupan ini dan atau perbuatan sebelum di hidupkan kembali. Dihidupkan dimana ? Ya, dihidupkan lagi di bumi sebagaimana Surat An Naazi´aat (79) ayat 14

"maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi."

Dipermukaan bumi yang mana ? Yang jelas yang dimaksud bumi tentu seperti bumi yang kita pijak ini.

Serta merta hidup kembali di permukaan bumi ini terus jemegler (Bhs.Jawa) hidup diatas bumi. Tentu tidak, pasti melalui proses kelahiran. Karena Tuhan telah memberikan metafor terhadap proses kebangkitan atau kehidupan sesudah mati. Seperti dalam Surat Qaf (50) ayat 11.

"untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan"

Kalau tanah itu menjadi hidup tentunya akan muncul trubus atau kecambah yang akan menjadi tanaman-tanaman. Demikian juga proses kebangkitan atau proses kelahiran kembali. Ya, tentunya proses kelahiran itu melalui hubungan suami istri. Kebangkitan manusia ini disamakan dengan hidupnya tanah yang kering kemudian tumbuh tunas (kecambah) tanaman dan seterusnya. Jadi manusia dibangkitkan itu tidak langsung serta merta (Bhs. Jawa : jemegler) jadi manusia dewasa. Tetapi melalui proses bertemunya sel sperma dan sel telur, kemudian berproses menjadi bayi dan dewasa.
Dengan demikian takdir buruk dan takdir baik itu merupakan hasil perbuatan manusia sendiri dan bukan kehendak Allah yang berdasarkan kesewenang-wenangan. Tuhan menetapkan apa yang Ia kehendaki dapat diartikan Tuhan berkehendak menetapkan apa yang dikehendaki hambaNya. Tuhan tidak pernah membuat manusia menderita dalam hidupnya. Ini bukan hanya untuk orang-orang tertentu. Semua manusia tak pernah dan tak akan dianiaya oleh Tuhan. Bahkan jika manusia berbuat kebaikan sekecil apapun, Allah akan melipat gandakannya. Faktor inilah yang membuat manusia dapat menyempurnakan dirinya. Tuhan, dalam hal ini, hanya menjadi fasilitator. Tuhanlah yang memberi rahmat dan kemudahan pada diri manusia.

Wa llahu alam bi showab.